Senin, 08 Oktober 2007

TEOLOGI PAULUS Oleh:Paulus

TEOLOGI PAULUS DALAM

MENAKLUKKAN KEANGKUHAN

PADA DIRI ORANG PERCAYA

Salah satu sifat buruk yang tidak seorang pun di muka bumi ini bisa lolos darinya ; setiap orang di dunia ini benci ketika mereka melihat sifat ini pada orang lain, namun hampir tidak seorang pun diantara mereka merasa bersalah karena memiliki sifat ini, kecuali orang Kristen. Sifat buruk yang dimaksudkan adalah sifat “ KEANGKUHAN “.

KARAKTER KEANGKUHAN

Esensi keangkuhan adalah persaingan. Ia tidak senang hanya memiliki sesuatu, sebab ia ingin memiliki lebih banyak dari yang orang lain miliki. Kita menyebut seseorang angkuh dikarenakan orang tersebut kaya, pandai, atau cantik, padahal bukan itu alasannya. Seorang dikatakan angkuh karena ia lebih kaya, lebih pandai, atau lebih rupawan daripada orang lain .... Perbandinganlah yang menyebabkan seseorang menjadi angkuh.

Bila saya adalah seorang yang angkuh, maka selama ada orang lain di muka bumi ini yang lebih berkuasa, lebih kaya, atau lebih pandai dari saya, maka orang itu adalah saingan dan musuh saya. Orang angkuh membenci mereka yang ada diatasnya, dan menghina mereka yang ada dibawahnya. Karena orang angkuh selalu dikelilingi oleh orang – orang angkuh, maka timbullah konflik – konflik pribadi yang sangat parah.

Dari keangkuhan ini melahirkan perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, ambisi yang egois, percideraan, roh pemecah, dan kedengkian. ( Galatia 5 : 20-21).

Keangkuhan selalu berarti perseteruan.

PAULUS DIRENDAHKAN

Apakah yang terjadi ketika seseorang mengakui Allah dan berusaha menaati-Nya ? Keangkuhan yang begitu sulit ditaklukkan akan menemukan cara baru untuk menyatakan dirinya.

Paulus si Farisi, tekun melayani Allah seperti orang lain ( Kis. 22 : 3 ). Warisan religius dan prestasinya menjadi hal yang memupuk keangkuhannya. Seperti yang dikenang Paulus didalam Filipi 3 : 4 – 6, ia termasuk kaum pilihan Allah, berasal dari keluarga yang berbicara dengan bahasa kuno (“Ibraninya Ibrani”), dan termasuk golongan Farisi. Semua ini bisa menjadi alasan untuk bermegah. Berdasarkan standar hukum Musa, perilakunya tidak bercela, kebenarannya dalam mentaati Taurat murni, tidak pura-pura atau khayalan.

Tetapi semua ini menjadikan pencobaan keangkuhan semakin kuat, karena adanya perbuatan-perbuatan baik yang otentik itulah sehingga seseorang paling tergoda untuk berbangga. Dosanya tidak terletak pada perbuataannya, tetapi pada keangkuhannya.

Filipi pasal 3 menunjukkan sifat bersaing dari keangkuhan itu. Jika ada orang berpikir dapat menaruh kepercayaan pada hal-hal lahiriah, aku punya lebih banyak ( Filipi 3 : 4 ).

Paulus termasuk bangsa Israel , bukan bangsa rendahan. Berbeda dari beberapa keluarga Yahudi lainnya, Keluarganya berkomunikasi dengan bahasa Ibrani. Berbeda dengan mayoritas bangsanya, ia hidup menurut sekte garis keras dalam agama kita ( Kisah para rasul 26 : 5 ; bandingkan dengan filipi 3 : 6b). Dan bahkan dikalangan Farisi pun Paulus unggul. Dan dalam ajaran Yudaisme, aku lebih maju dari teman-teman sebayaku, sebab aku lebih giat menjalani tradisi leluhurku. Hal ini terbukti dari kegiatannya menganiaya jemaat.

Orang Farisi manakah yang sedemikian bersemangat dan berhasil melawan jemaat ?

Keangkuhan Paulus hancur saat ia berjumpa dengan Yesus Kristus dalam perjalanan ke Damsyik. Dampak kemuliaan Kristus betul-betul membawanya dalam kerendahan. Kebanggaan yang pernah ia nikmati pada masa lalu ambruk saat kekecewaan melanda dengan hebat. Perlawanannya terhadap Yesus dan jemaat-Nya, yang tadinya salah satu sumber utama keangkuhannya, kini terlihat sebagai serangan terhadap Allah yang kehormatan-Nya disangkanya sedang ia bela. Dan yang sangat mengejutkan bagi Paulus adalah setelah sadar siapa yang ia jumpai, bahwa Kristus datang bukan untuk menghancurkannya. Saat menyingkapkan kemuliaan-Nya, Kristus turun untuk mencurahkan anugerah-Nya. ( 1 Kor. 15 : 8-10 ; Gal. 1 : 13-16 ; 1 Tim. 1 : 13-17 ).

Kesadaran membawa kepada penyangkalan diri. Tetapi apa yang dahulu adalah keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi demi Kristus. Terlebih lagi, aku menganggap segala sesuatu kerugian dibandingkan pengenalan yang jauh lebih mulia tentang Kristus Yesus, Tuhanku yang untuk-Nya aku telah melepaskan segala sesuatu. Paulus tidak sedang memikirkan dosa-dosanya , tetapi hal-hal yang tadinya merupakan keuntungan baginya, bukan pelanggaran hukum , melainkan ketaatannya yang serius terhadap hukum Taurat. Kecuali dalam hal menganiaya jemaat Tuhan, warisan Paulus sungguh terhormat. Tetapi setelah ia mengerti, bahayanya justru terletak disini : semakin mulia garis keturunan seseorang dan semakin tinggi prestasi yang dicapai, semakin hebat pencobaan untuk bermegah. Paulus tidak mengingkari keturunannya atau meremehkan prestasi yang telah dicapainya, tetapi ia meninggalkan semua itu demi Kristus. Apa yang dulunya dianggapnya keuntungan, sekarang disebutnya “ skubala “ ( sampah ), bahkan kotoran hewan. Untuk menyatakan perubahan reaksinya terhadap akibat dari hal-hal terhadap dirinya, dan sifat radikal dari pertobatannya.

Kesadaran Paulus atas rasa bersalahnya sebagai penganiaya jemaat tidak membuatnya terperangkap dalam sikap mengasihani diri sendiri, demikian pula penolakannya terhadap masa lalunya tidak membuatnya beku dan tidak bekerja. Sebaliknya anugerah yang menghancurkan keangkuhannya telah memperbaharui dan mengarahkan semangat pelayanannya (1 Kor. 15 :9-10 ).

“ Duri dalam daging “ yang menahan Paulus dari memuliakan diri sendiri karena pengalaman sorga yang luar biasa ( 2 Kor. 12 : 7 ), menjadi sarana dimana anugerah kuasa Kristus disalurkan dalam hidupnya.

Berdasarkan pengalamannya, Paulus menyurati jemaat. Suratnya yang pilu menunjukkan keangkuhan yang luluh pada saat pertobatan ternyata masih sulit ditaklukkan, dan memperoleh kesempatan baru untuk menyatakan diri diantara orang Kristen. Bagaimana keangkuhan itu menampilkan diri, dan bagaimana cara Paulus mengatasinya ? Empat surat Paulus mengandung pengajaran tentang ini.

KONFRONTASI KEANGKUHAN DALAM SURAT GALATIA

Tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada budak atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu didalam Kristus ( Galatia 3 : 28 ).

Diluar Kristus, setiap faktor dapat menimbulkan keangkuhan. Di surat Galatia, Paulus memperingatkan mereka, khususnya untuk menyerang superioritas bangsa Yahudi terhadap orang non-Yahudi. Paulus melakukan hal ini secara prinsip dengan menyoroti keberhasilan Kristus, khususnya dalam kematian-Nya : “ Sekali-kali aku tidak mau bermegah dalam hal apapun, kecuali salib Tuhan kita Yesus Krsitus .... “ (Galatia 6 : 14).

Melalui peristiwa salib, Allah membenarkan orang-orang non Yahudi untuk menggenapkan perjanjian-Nya dengan Abraham. Saat dipersatukan dengan Kristus, orang-orang non Yahudi telah menjadi anak-anak Abraham : “ Jikalau kamu adalah milik Kristus, kamu juga adalah keturunan Abraham, pewaris janji-Nya “.Demikianlah superioritas yang dimiliki oleh kaum Yahudi. Satu-satunya cara agar orang Yahudi diterima Allah tidak berbeda dari orang non Yahudi adalah dengan pada Kristus Yesus yang disalib. Semua asal usul dan keberhasilan yang sering dibanggakan adalah percuma.

Iman menyatakan diri dalam kasih, “ Sebab seluruh Hukum Taurat teringkas dalam satu perintah yakni Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Kasih serta kualitas lain yang Allah berikan atau tumbuhkan dalam diri orang beriman bertujuan untuk melawan perbuatan-perbuatan daging, yaitu kebencian, perselisihan, iri hati, ambisi diri, pertikaian, perpecahan, dan kedengkian yang menunjukkan dosa keangkuhan yang mendasar.

Catatan khusus dalam Galatia 6 : 1 – 5. Seorang saudara seiman ketahuan berbuat dosa, atau kedapatan melakukan suatu pelanggaran. Berita semacam ini memberi peluang bagi anda dan saya untuk menempatkan diri lebih tinggi diatas orang itu, apalagi jika dosanya merupakan skandal yang tidak pernah anda dan saya lakukan. Untuk mengatasi masalah ini Paulus memerintahkan “ Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu ( bare ) terkait dengan sebab setiap orang akan memikul tanggungannya ( Phortion ) sendiri.

Saya percaya ayat 2 menyatakan beban masalahnya, sementara ayat 3 – 5 mendukung argumentasinya. Sebab jika seseorang menganggap dirinya penting, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu diri sendiri.

Disini Paulus menyerang keangkuhan yang ia sebutkan di Galatia 5 : 26. Sikap demikian menghalangi kita untuk saling menanggung beban, karena orang yang angkuh menempatkan diri diatas orang lain dan bersikukuh minta dilayani. Tetapi bila kita menggap diri kita tidak berarti, maka kita lebih siap melayani orang lain ; karena sebagai orang yang tidak berarti, kita berada dibawah orang lain dan dengan posisi tersebut kita bisa lebih muda menanggung beban orang lain.

KONFRONTASI KEANGKUHAN DALAM SURAT 1 KORINTUS

Perpecahan yang terjadi di jemaat korintus menunjukkan keangkuhan pada tingkat tertinggi. Semua partisan memegahkan golongan. Setiap golongan mencela golongan yang lain. “ Kami lebih baik dari kamu “. Keangkuhan setiap anggota bergabung dengan keangkuhan anggota lain, dan menghasilkan kumpulan keangkuhan yang bahayanya jauh melampaui keangkuhan masing-masing. Masalah relasi semakin diperburuk oleh mereka yang menyebut diri “ teleioi “ ( yang matang atau yang sempurna ). Mereka menganggap diri pantas menerima misteri rohani dan memperoleh privilese, sehingga mereka lebih tinggi daripada yang lain. Mereka disebut rohani, sedangkan kaum awam hanya disebut duniawi.

Ditengah-tengah respon Paulus kepada jemaat di korintus, terpancang “ salib Kristus “. Oleh pemberitaan Kristus yang disalibkan, ( 1 Korintus 1 : 18-25 ), Allah merendahkan hikmat zaman ini, yang dengan berbagai cara mempropagandakan bahwa keberhasilan manusia semata-mata demi kemuliaannya.

Sebaliknya kata Paulus keutuhan atau keselamatan manusia adalah prestasi Allah demi kemuliaan Allah .

Dalam hikmat-Nya, Allah menetapkan cara keselamatan yang akan membongkar keangkuhan manusia , baik orang Yahudi maupun orang Yunani.

Bagi mereka yang menyombongkan kuasa ( Orang Yahudi mencari tanda ) dan pemahaman ( orang Yunani mencari hikmat ), salib tampak begitu lemah dan memalukan. Tetapi penilaian ini justru membuktikan kebutaan penafsirnya. Kristus yang tersalib sesungguhnya adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah . Kegagalan seseorang menelaah hal ini, menunjukkan Allah menyembunyikan kebenaran itu dari mereka yang bersikeras memakai standar zaman ini.

Langkah awal dalam menaklukkan keangkuhan , dan bukti awal akan hikmat yang sejati adalah dengan mengakui bahwa diri kita adalah orang yang angkuh dan bahwa seluruh sistem pemikiran ( hikmat zaman ini adalah manifestasinya ), yang telah menumbuhkan keangkuhan dan menyediakan dasar persaingan , adalah tipuan palsu, konyol , dan menuju kepada kehancuran. Dengan kata lain, memahami apa yang telah terjadi pada salib berarti menghilangkan peluang untuk bermegah , kecuali bermegah didalam Tuhan Yesus kristus.

Untuk mengetahui kekuatan dan hikmat Allah dalam salib, kita perlu pencerahan roh Allah. Roh tidak akan membawa kita melewati salib, tetapi justru semakin masuk kedalamnya. Arti peristiwa yang terluput bahkan dari para ahli dan filsuf zaman ini dan para penguasa zaman ini, Allah singkapkan melalui Roh-Nya. Tujuannya adalah agar kita mengerti apa yang Allah karuniakan kepada kita, yaitu hikmat, kebenaran, kekudusan, dan penebusan yang berada dalam Kristus Yesus yang tersalib.

Bagaimana kita harus merespon ajaran Paulus tentang salib dan Roh, agar keangkuhan kita bisa dikalahkan secara efektif dan akibat sampingnya yang berbahaya bisa dicegah?

  • Pertama, kita perlu menerima pengajaran Allah.

Langkah awal untuk itu adalah dengan membuang semua pengajaran yang dulunya kita andalkan, beberapa versi dari hikmat zaman ini. Kita harus kembali menjadi orang bodoh, dan tidak berarti, karena orang-orang seperti ini, yang bodoh, lemah, rendah, hina, dan tidak berarti yang Allah panggil melalui petunjuk Roh.

Hanya orang yang tidak berarti yang sadar bahwa dirinya tidak berarti yang bisa menerima berita bahwa keselamatan adalah sepenuhnya karya Kristus, dan demi kemuliaan kristus semata.

  • Kedua , Paulus mendorong jemaat agar menerima karunia Allah. Karunia pertama ajaran rasul itu sendiri. Kepada mereka yang rela menjadi bodoh, Allah mengaruniakan pengetahuan sejati (gnosis) dan Roh-Nya. Orang beriman kini bisa memahami apa yang Allah karuniakan secara Cuma-Cuma kepada kita menurut anugerah-Nya baik dalam Kristus maupun dalam Roh, untuk masuk kedalam kehidupan dan memelihar kehidupan itu.

Akhirnya , Paulus menasihati jemaat di Korintus untuk saling mengasihi. Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih , ilah keangkuhan adalah dosa utama yang daripadanya dosa-dosa lain terpancar, kasih adalah kebajikan kristiani yang teragung, yang sangat penting untuk menaklukkan keangkuhan.

Pengetahuan meninggikan diri, tetapi kasih membangun. Kasih terbukti menjadi motivasi terkuat yang mendorong seseorang untuk menggunakan karunia-karunia rohaninya demi melayani orang lain. Kasih Paulus kepada Kristus dan kepada saudara-saudaranya seiman yang berada dalam bimbingannyalah yang menyebabkan Paulus mendisiplinkan dirinya secara ketat, dan sikap ini juga ia harapkan dari para pembacanya. Pertandingan yang ia minta mereka ikuti, hanya menghasilkan seorang pemenang, karena itu larilah untuk memenangkannya, merupakan suatu dorongan untuk saling mendahului dalam mengasihi dan melayani.

Ketika seseorang sadar bahwa dasar keangkuhan manusia telah dirobohkan dan semua yang kita perlukan untuk hidup adalah karya dan karunia Allah, saat seseorang mulai mengalami sukacita sebagai karunia Roh yang disediakan bagi mereka yang telah dibebaskan dari kompetisi keangkuhan, kedalam pelayanan demi kepentingan bersama seluruh tubuh, dan saat seseorang menyaksikan penaklukan keanggkuhan oleh kuasa kasih Allah, maka hasilnya adalah ibadah : Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan. Digenggam Allah merupakan satu-satunya obat yang bisa menyembuhkan mabuk diri akibat keangkuhan.

KONFRONTASI KEANGKUHAN DALAM SURAT FILIPI

Disurat Filipi, keangkuhan bekerja diantara kelompok pemberita dan penerima injil. Dicatat tentang dua kelompok yang memberitakan Kristus, namun demikian sebagian melakukannya demi ambisi diri. Karena itu tidaklah heran bila kedengkian dan persaingan mereka terpicu oleh lebih efektifnya golongan yang lebih dekat dengan Paulus, sehingga mereka berusaha menyusahkan dan menjatuhkan Paulus dan pengikutnya, dan dengan demikian akan memenuhi ambisi mereka menjadi yang paling teratas. Yang paling tragis adalah mereka memberitakan kristus dengan motif yang keliru, mereka bukannya melayani dan meninggikan Kristus Yesus, tetapi justru memanfaatkan-Nya untuk meninggikan diri.

Ambisi serupa menyusup kedalam jemaat Filipi yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi diatas kepentingan orang banyak, menganggap diri lebih baik dari orang lain, dan karenanya memicu konflik yang mengganggu keharmonisan antar pribadi.

Untuk mengatasi keangkuhan yang menjadi dasar perpecahan jemaat di Filipi, Paulus menyodorkan teladan kerendahan hati yang tertinggi. Biarlah sikap ini berada dalam engkau, seperti dalam Kristus Yesus, sebagaimana dipujikan dalam himne berikut :

Who,being in the from of God, did not consider it robbery to be equal with God.

But made Himself of no reputation , taking the from of a bondservant, and

Coming in the likeness of men

And being found in appearance as a man, He humbled Himself and became

Obidient to the point of death of the cross.

Therefore God also has highly exalted Him and given Him the name which is

above every name,

that at the name of Jesus every knee should bow, of those in heaven , and

of those on earth , and of those under the earth,

and that every tongue should confes that Jesus Christ is Lord, to the glory

of God the Father.

Kerendahan hati dalam inkarnasi dan pelayanan Yesus kristus tampak paling nyata diatas salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia ditempat tertinggi yang Ia duduki sebelumnya. Sebagai Dia yang merendahkan diri, Kristus ditinggikan, kerendahan hati-Nya adalah kemuliaan-Nya. Nama diatas segala nama adalah Kyrios (Tuhan) yang mewakili Yahweh, nama pribadi dari Allah kovenan Israel.

Kehidupan Paulus sendiri adalah teladan. Kasihnya kepada jemaat Filipi merembes dalam seluruh suratnya. Ia mengorbankan kepentingannya demi mereka

Dalam terang kerendahan hati ini, Paulus menghimbau jemaat Filipi , janganlah melakukan apapun dari kepentingan sendiri, atau puji-pujian yang sia-sia, melainkan hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih baik daripada dirinya, maksudnya lakukan apa yang layak bagi seorang budak dan tempatkan diri dibawah mereka, posisi dimana seseorang lebih siap melayani orang lain. Ingatlah apa yang lebih memacu kita untuk bersikap rendah hati dengan gentar dan takut kecuali saat kita sadar bahwa Dia yang mahatinggi dan agung rela merendahkan diri untuk tinggal dalam hati kita ( Yesaya 57 : 15 ).

KONFRONTASI KEANGKUHAN DALAM SURAT ROMA.

Roma 12 : 1 sampai dengan Roma 15 : 13 menyoroti kondisi jemaat Roma, meski tidak hanya itu. Roma 14 : 1 sampai Roma 15 : 6 secara khusus merefleksikan keprihatinan Paulus terhadap krisis yang serius dalam jemaat Roma. Disini ia menanggapi konflik antara yang lemah dan yang kuat, yaitu perpecahan antara kristen Yahudi dan Kristen non Yahudi hingga tingkat yang cukup parah. Kedua golongan ini sedang bertikai soal hukum Perjanjain Lama tentang makanan dan hari-hari khusus.

Kini keangkuhan mendapat peluang. Masing-masing golongan menempatkan diri lebih tinggi dari golongan lain, mereka yang makan segala jenis makanan mencemooh mereka yang tidak makan, mereka yang tidak makan menghakimi mereka yang makan. Tindakan saling menuduh ini didasarkan pada anggapan bahwa sang hakim menduduki tempat yang lebih tinggi.

Untuk memerangi hal ini, Paulus mula-mula menantang jemaat di Roma untuk berpikir . Berdasarkan anugerah yang diberikan kepadaku, aku berkata bahwa setiap kamu jangan memikirkan dirimu lebih tinggi dari yang sepatutnya kamu pikirkan , tetapi hendaklah kamu berpikir sewajarnya sesuai ukuran iman yang Allah karuniakan kepada setiap orang.

Pemikiran yang benar juga berarti menyadari bahwa keangkuhan merupakan dosa yang daripadanya semua dosa lain bersumber. Perintah didalam Roma 12 : 3 merupakan rubik bagi seluruh pembahasan. Semua yang Paulus bahas tentang kehidupan jemaat akan menjadi sia-sia jika dosa keangkuhan yang menjadi dasarnya tidak dipaparkan. Selain itu berpikir sewajarnya juga menyadari bahwa keangkuhan mengancam setiap anggota jemaat. Paulus menasihatkan semua pembacanya supaya Jangan Angkuh.

Di surat Roma, seperti diketiga surat lainnya, tindakan dasar untuk melawan keangkuhan adalah saling mengasihi. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Kasih tidak berbuat curang terhadap sesamanya, kasih tidak melenyapkan atau mengabaikan perbedaan antara yang kuat dan lemah, tetapi kasih justru muncul paling kuat tepat dihadapan perbedaan-perbedaan itu.

KESIMPULAN

  • Kerendahan hati sejati dimulai dengan mengagungkan Allah. Keangkuhan tidak hanya mendahului kejatuhan melainkan adalah sebuah kejatuhan. Paulus mengajak kita untuk membalikkan proses ini dengan memusatkan perhatian pada keindahan yang begitu agung dan kerendahan hati yang begitu ajaib dari Allah.
  • Kemampuan Paulus untuk mengatasi para penghotbah pesaingnya terkait langsung dengan ketetapan hatinya bahwa Kristus harus dimuliakan dalam tubuhnya, baik oleh hidupnya maupun oleh kematiannya. Ketetapan hatinya untuk hidup bagi Kristus dan tidak bagi dirinya sendiri diperoleh dari pemahaman nya akan salib (Kristus yang di salib ).

When I survey the wondrous cross

On which the Prince of Glory died,

My richest gain I count but loss,

And pour contempt on all my pride.

  • Memandang Allah sebagaimana adanya berarti melihat diri kita sendiri sebagaimana adanya. Menaklukkan keangkuhan diawali dengan menyadari bahwa kita memang angkuh, dan keangkuhan itu merusak diri kita.

Kita mungkin mengenal doa yang Michel Quoist panjatkan :

Tuhan ,

Bebaskanlah aku dari diriku sendiri ......

Aku sangat menderita, terkunci dalam diriku sendiri, tertawan dalam diriku sendiri, dan tidak mendengar apapun kecuali suaraku sendiri, aku tak dapat melihat apapun kecuali diriku sendiri .............

Tuhan ................

Peganglah kiranya tanganku ......

Tunjukkanlah kepadaku jalan menuju sukacita dan terang.

  • Melalui pengalaman menyakitkan, kita tahu akibat keangkuhan bagi hubungan antar pribadi, Keangkuhan melahirkan derita, kepahitan, iri hati, dan keterasingan . apa dampak bagi kerendahan hati ?

Orang yang rendah hati tidak menghina dirinya sendiri dan tidak pula berenang dalam kerendahan hatinya, karena keduanya merupakan bentuk dari egosentris yang semu. Orang bijak itu membumi, mereka merasa betah dengan kita, dan mereka membuat kita betah dengan mereka. Mereka tidak memikirkan diri mereka sendiri, tetapi memikirkan dan memperhatikan anda. Mereka tidak mementingkan diri bukan dengan menjadi kecil, tetapi menjadi kosong, terbuka, leluasa, mereka selalu punya cukup banyak ruang untuk anda dan kebutuhan anda.

  • Marilah kita bersikap realistis. Bapa dengan lembut namun tegas sedang membawa umat-Nya menjadi serupa dengan Kristus Yesus Raja dan Juruselamat yang rendah hati. Tetapi pekerjaan baik yang telah Bapa mulai, masih belum Ia selesaikan.

Kerendahan hati mungkin telah lahir dalam diri kita, namun kerendahan hati belum mencapai tingkat kematangan penuh, pertumbuhan terbaiknya mungkin masih ditahap remaja. Keangkuhan tumbuh seperti lalang, kerendahan hati tumbuh seperti sekuntum bunga oriental yang lembut. Mengira bahwa kerendahan hati telah dewasa dalam diri kita hanya menunjukkan betapa kita belum dewasa sama sekali.

Bapa ...........

Rendahkanlah diriku sampai ketanah dihadapan Engkau

Hancurkanlah Dagon keangkuhan sampai berkeping-keping

Di hadapan tabut hadirat-Mu

Remukkanlah Babel opini-diri dan tebarkanlah itu agar ditiup angin

Ratakanlah tembok Yerikho pemberontakan hati-Ku

Kiranya anugerah demi anugera akan menjadi pengalamanku dan seruanku

A M I E N

DAFTAR PUSTAKA

1. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan

2. Rasul Paulus

3. Paul and the self, J Knox Chamblin

4. Pemberi Impian, Bruce Wilkinson

5. Theadarus Bahasa Indonesia

6. Survey Perjanjian Baru

Tidak ada komentar: