TEOLOGI INJIL SALIB
“ Sebab kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk disebelah kanan tahta Allah “ (Ibrani 12:1-2).
“ Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati dikayu salib “ (Filipi 2:8).
“ Dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diriNya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada disorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus. Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan memusuhiNya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, sekarang diperdamaikanNya, didalam tubuh jasmani Kristus oleh kematianNya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercacat di hadapanNya “ ( Kolose 1:20-22).
Teologiawan Perancis, Calvin, suatu kali berkata, “ Karena didalam Salib Kristus, seperti didalam sebuah gedung teater yang cantik-anggun, kebaikan Allah yang tak terbandingkan ditetapkan dihadapan seluruh dunia. Kemuliaan Allah sunggung-sungguh bersinar pada semua mahluk ciptaan di langit dan dibumi, namun tidak pernah lebih terang daripada di dalam Salib. “ Keseluruhan Alkitab memandang kepada dan dari Salib dengan sebuah kemenangan akhir dalam pikiran. Kita bisa menanggung salib-salib kita lebih bersukacita jika kita dapat memandang secara tepat mahkota yang menantikan kita.
” Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hariNya, tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada smua orang merindukan kedatanganNya” ( II Timotius 4:8).
Alkitab mendapatkan artinya yang penuh dari salib. Untuk menghapuskan salib berarti sama dengan mengeluarkan matahari dari langit, atau hati dan sistem pembuluh darahnya dari badan jasmani. Untuk memahami Salib dan segenap pertaliannya dengan penebusan adalah memahami Kekristenan yang murni sesungguhnya.
Seorang yang mengingkari berita Salib berarti mengingkari bukan hanya sebagian saja, melainkan juga keseluruhannya. Oleh karenanya kita harus mempertahankan salib sebagai sentral. Count Zinzandorf berhutang banyak bagi semangat rohaninya pada sebuah lukisan penyaliban Kristus dengan tulisan pendek sederhana dibawahnya, ” Semua ini untuk anda, berapakah untuk aku”.
Salib Kristus adalah adalah kunci yang membuka berkat-berkat rohani yang sejati bagi gereja. Berita salib harus diajarkan dengan sungguh-sungguh, terus menerus, karena Salib Kristus adalah sumber utama kehidupan. Ini merupakan berita pengharapan bagi seluruh bangsa.
Pengorbanan, penyerahan diri, dan pengudusan total adalah beberapa kebenaran yang sederhana namun kuat dari Salib. Prinsip-prinsip penderitaan, kekejaman, pemisahan, malu, dan kemuliaan juga ada pada Salib. Sewaktu kita membangun kehidupan Kristen yang teguh dan kuat, marilah kita bangun berdasarkan Salib. Hidup, kebangkitan Allah hanya dapat dilepaskan di dalam kematian Kristus diatas Salib. Hidup yang berserah membuka sebuah jalan kehidupan yang baru, hidup dalam alam supranatural ! Berita Salib membantu kita untuk menetapkan sebuah perspektif terhadap kehidupan dimana diri dengan segala hak-hak dan tuntutan-tuntutannya sesungguhnya ada diatas Salib dan Tuhan Yesus merupakan pusat eksistensi.
” Tetapi sekali-kali aku tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia ” (Galatia 6:4).
” Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau gandum tidak jatuh kedalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (Yohanes 12:24).
Paradoks Injil Salib
Kematian dan kebangkitan Kristus merupakan dua hal yang menjadi fondasi Injil. Apakah itu injil ? Injil adalah satu-satunya kabar baik dari Tuhan Allah, yang ditujukan bagi orang berdosa, bahwa Kristus yang diutus oleh Allah sudah mati dan sudah bangkit menjadi Penebus orang berdosa. Dia mati karena dosa kita masing-masing, dan Dia bangkit dengan tujuan memberikan kebenaran Allah kepada kita, yang datang kepadaNya. Ada sifat penting dalam Injil yang harus kita pertahankan. Sifat paling mendasar dari Injil adalah sifat penebusan -- The redemptive nature of the Gospel --. Injil bukan satu pengajaran baru, bukan semacam perubahan moral, bukan satu popularisasi dari ajaran agama Kristen. Mengabarkan Injil bukan satu gerakan menambah anggota gereja, bukan suatu pidato mengenai keagamaan. Mengabarkan Injil merupakan peperangan yang membawa manusia keluar dari tangan setan masuk ke dalam tangan Allah. Injil bersifat penebusan, yang tidak ada di dalam agama lain. Jikalau agama-agama mengajar manusia berbuat baik, dan orang-orang yang menganut agama itu taat pada pengajaran agamanya, maka mereka berbuat segala kebaikan sesudah menerima ajaran agama mereka. Ini tidak berarti perbuatan-perbuatan dosa sebelum itu sudah bisa diselesaikan. Jika seseorang berbuat baik menurut agama mereka, dan sampai mati tidak berbuat dosa lagi, tetap belum membereskan soal dosa kemarin, kemarin dulu dan tahun-tahun yang silam dan waktu-waktu yang sudah lalu.
Menurut pikiran Plato dan Socrates, orang Yunani mengatakan : ” Suatu hal yang tidak mungkin ! Bagaimana saya dapat percaya seorang bodoh seperti Yesus Kristus tersalib tanpa dapat menyelamatkan umat manusia? Bagi logika saya yang sudah dilatih oleh filsafat, saya tidak bisa terima. Sementara orang Yahudi mengatakan :
Paulus berkata : ” Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan” ( I Korintus 1:22), Itu Injil.
Ketika banyak orang mengabarkan Injil mencoba berusaha dengan mujizat dan bijaksana untuk menarik orang datang kepada Tuhan. Yesus ketika datang di dunia, Ia melakukan mujizat-mujizat, menyembuhkan orang-orang sakit, dan berbagai hal yang bersifat supranatural, tetapi Ia tahu bahwa tujuan utamanya adalah pada Salib itu sendiri.
” Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari manusia ” ( I Korintus 1:25). Inilah yang disebutkan sebagai sifat paradoks, yang berarti kelihatan salah tetapi benar, kelihatan konflik tetapi harmonis, itu disebut Paradoks.
Paradoks pertama adalah salib yang paling lemah, menjadi kuasa terbesar
Paradoks kedua adalah sewaktu kita mengabarkan Injil kepada yang membutuhkan, mereka tidak terima (menolak kita).
Cerita Paulus ketika ia berada di Troas diwaktu malam, mungin mimpi, mungkin penglihatan, ada orang Makedonia berkata : ” Mari menyeberang kesini, tolonglah kami!” Paulus menyangka pimpinan Tuhan, lalu ia pergi ke Makedonia. Kota pertama yang dikunjunginya adalah Filipi. Ia berkhotbah, hari kedua langsung masuk penjara. Ia tidak mengerti, di dalam visi disuruh ke sini, sudah datang, masuk penjara. Itulah Injil. Ketika pengabar Injil datang ke Irian Jaya, pergi, dimakan singa. Engkau bilang Sumatera perlu, ayo datang, Nommenson ke Sumatera hampir dibunuh mati. Jackson ke Birma, Hudson Taylor ke Tiongkok, David Braner ke India, William Carry ke India. Dalam sejarah dari misi, tidak ada satu tempat pun membuka kedua tangan secara luas untuk menyambut Injil. Jikalau mereka bisa begitu baik bereaksi kepada Allah, mereka tidak perlu Injil, justru Injil diperlukan oleh orang yang merasa tidak perlu, Injil dikabarkan kepada mereka yang tidak mau dikabarkan, Injil harus diberitakan kepada mereka yang menolak berita, itu Injil. Injil untuk orang-orang yang belum mengenal Yesus Kristus.
Paradoks ketiga, sifat Injil adalah berinisiatif. Tidak tunggu orang lain datang, engkau pergi .... (Matius 28 : 19-21)
Pertukaran yang terjadi pada Kayu Salib
Pesan atau berita Injil pada hakikatnya berpusat pada sebuah peristiwa unik yang hanya terjadi satu kali di sepanjang sejarah manusia, yaitu kematian Yesus di kayu salib, sebagai suatu kurban tebusan. ” Sebab oleh satu korban saja Ia (Yesus) telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan ” (Ibrani 10:14). Dalam ayat ini kita menemukan 2 (dua) buah ungkapan istimewa yang digabungkan menjadi satu, yaitu ” menyempurnakan ” dan ” untuk selama-lamanya ”. Penggabungan kata-kata itu menunjuk kepada suatu kurban tebusan yang mampu menjawab segala keperluan atau permasalahan yang dihadapi oleh seluruh umat manusia, menjangkau seluruh kurun waktu dalam sejarah dan sampai menuju kealam baka (kekekalan). Masalah yang dihadapi oleh umat manusia di dunia ini begitu banyak jumlahnya dan beragam jawaban pula. Ia hanya menyediakan satu jawaban, tetapi jawaban yang satu itu memenuhi segala kebutuhan dan sekaligus merupakan jawaban untuk menuntaskan segala macam persoalan.
Penjelasan yang paling lengkap mengenai apa yang sesungguhnya terjadi pada kayu salib itu disampaikan melalui Nabi Yesaya yang hidup 700 tahun sebelum peristiwa itu sendiri terjadi. Didalam Yesaya 53:10, nabi itu berbicara mengenai seorang ” hamba TUHAN” yang nyawaNya dipersembahkan kepada Tuhan sebagai kurban penebus salah (dosa). Semua penulis dari kitab-kitab yang terdapat dalam Perjanjian Baru tanpa terkecuali sependapat bahwa yang dimaksudkan sebagai ” hamba ” yang tak disebutkan namanya itu adalah Yesus. Sedangkan tujuan ilahi yang hendak dicapai melalui pengurbananNya itu diungkapkan dalam Yesaya 53:6, ” Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi Tuhan telah menimpakan kepadanya (Yesus) kejahatan kita sekalian.
Kematian Yesus Kristus di atas kayu salib mengandung 4 (empat) arti :
1. The sacrifice of the substitution (Pengorbanan yang menggantikan). Di dalam Alkitab konsep yang penting ini keluar dari mulut Yesus Kristus sendiri, Dia berkata: "... Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Markus 10:45). Yesus Kristus sendiri menyatakan konsep penggantian ini, yang saya sebut -- The sacrifice of substitution -- karena penggantian ini tidak mungkin dikerjakan oleh orang lain. Tidak ada kematian malaikat yang bisa diterima untuk mengganti kita.
Konsep ini sudah keluar dari mulut Kristus, yang kemudian dikembangkan oleh Paulus di dalam teologinya. Paulus berkata: " Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita (II Korintus 5:21) Ini adalah salah satu ayat yang paling sulit dimengerti oleh rasio dan sulit dimengerti dan dijelaskan di dalam Hermenutika. Mengapa? Apa artinya yang tidak mengenal dosa dibuatNya menjadi dosa? Inilah penerobosan dari Yang Kekal ke sementara, dari
2. The sacrifice of the propitiation (Pengorbanan yang memulihkan). Propitiation berarti pemulihan. Istilah propitiation yang dipakai dalam Kitab Suci bersangkut paut dengan kemarahan Allah, Allah adalah Allah Yang Mahasuci dan Mahaadil.
Yesus Kristus datang ke dalam dunia, Dia akan menjalankan dan melaksanakan keadilan dan kesucian Allah yang mutlak. Tuhan Allah adalah Tuhan yang tidak berkompromi ataupun menoleransi dosa. Itu sebabnya
Pada waktu kemarahan Tuhan ditimpakan kepada orang berdosa, maka Kristus yang datang untuk menanggungnya. Di atas kayu salib Dia telah mengalami vakum kasih. Satu-satunya tempat, satu-satunya saat, satu- satunya peristiwa di mana tidak ada kasih sama sekali, adalah ketika Yesus disalib. Bukankah Allah mengasihi Dia? Pada waktu itu tidak. Saat itu Allah meninggalkanNya, sehingga Dia berteriak: "Eli, Eli lama sabakhtani? AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Yesus ditinggalkan Allah. Saat itulah vakum kasih. No love of God is there. Pada waktu Yesus berada di kayu salib, cinta dari manusia tidak mungkin sampai kepadaNya. Karena Dia sedang menanggung dosa mereka, sehingga dosa mereka yang datang kepada Kristus, kemurkaan Allah yang ditimpakan kepada Kristus. The absolute vacum of love is in the cross.
3. The sacrifice of redemption ( Pengorbanan yang menebus )
Kematian Yesus Kristus bersifat penebusan. Apa artinya redemption? Apa artinya atonement? Di dalam bahasa Inggris atonement bisa dipisah menjadi at one ment yang berarti menjadi satu. Di dalam penebusan Dia membayar harga tunai yang tinggi dan sangat berharga sehingga nilai kita ditegakkan, dan kita mengetahui bahwa kita bernilai. Berapa besarkah nilai manusia? berapa mahalkah nilai jiwa manusia? Alkitab Perjanjian Lama memberikan sesuatu rumusan mengenai nilai jiwa manusia di dalam Kejadian 9:6: "Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia....", ini berarti man is equal to man, manusia nilainya sama dengan manusia. Di dalam Perjanjian Baru rumus yang lain diberikan mengenai nilai manusia, rumus yang baru dikatakan oleh Yesus Kristus: "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?" Di dalam kalimat tantangan dari Kristus ini, kita melihat betapa bernilainya jiwa. Seorang manusia lebih bernilai daripada seluruh dunia. Lebih jelas lagi di dalam I Petrus 1:18,19 yang berbunyi: "... kamu telah ditebus... bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus ... yang tak bercacat." Darah Kristus menjadi tebusan di mana jiwa kita boleh kembali kepada Tuhan Allah. Penetapan nilai jiwa manusia adalah setinggi darah Kristus. Karena Allahlah yang menciptakan manusia, maka Dia yang paling tahu dimana dan berapa besar nilai manusia. Nilai manusia sedemikian berharga sampai jikalau bukan Anak Allah sendiri mati bagi mereka, mereka tidak bisa ditebus dan tidak bisa kembali kepada Tuhan.
4. The sacrifice of the reconciliation (Pengorbanan yang mendamaikan) . Reconciliation berarti memperdamaikan. Pada waktu Kristus mati, harga sudah dibayar, kita ditebus kembali. Pada waktu Yesus Kristus mati, kebencian sudah ditanggung, dan segala kemarahan sudah dihentikan, kita berdamai kembali dengan Tuhan Allah Bapa di dalam surga. Satu pertanyaan yang perlu kita pikirkan adalah Kristus membayar harga untuk menebus kita, harganya dibayar kepada siapa?
Pada waktu kita berdosa, kita berhutang atas kemuliaan Allah. "Semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah." (Roma 3:23).
Karena Allah menyatakan, "Aku menerima engkau kembali", pemilik yang tidak sah harus melepas milik yang bukan miliknya. Itu sebab semacam kematian yang bersifat menebus kita, kematian yang bersifat memperdamaikan kita, yaitu Allah yang mempunyai keadilan, kesucian, sekarang karena telah disingkirkan melalui propisiasi itu. Maka Dia mampu memberikan pengampunan kepada kita, pengampunan itu mengakibatkan kita boleh berdamai lagi dengan Tuhan Allah, itu disebut reconciliation.
Perdamaian melalui Kristus dan salibNya didalam lima aspek:
- Perdamaian kita dengan Allah melalui Yesus Kristus.
Perdamaian antara orang berdosa dengan Allah
Sebelumnya saya berdosa dan menjadi musuh Allah. Sebagai seteru Allah, saya dibenci dan dibuang Allah. Murka Allah ada pada saya, tetapi Kristus yang menanggung, sehingga di dalam Kristus saya kembali kepada Allah. "Oh, Bapa ampunilah saya," dan Tuhan berkata, "Aku menerima engkau kembali. Sekarang kau bukan musuhKu. Aku memberikan hak kepadamu menjadi anak-anakKu." Kita berdamai dengan Allah.
- Perdamaian kita dengan kita melalui Yesus Kristus.
Setelah pengampunan dosa kita terima, maka dengan sendirinya terjadi perdamaian kedua: kita berdamai dengan kita sendiri. Berapa banyak orang menjadi manusia yang tidak rela. Hidup tidak rela, terhadap isteri tidak rela, melihat anak nakal tidak rela hati, benci, jengkel terhadap dirimu. Mengapa? Karena ada perpecahan antara dirimu dan dirimu. Engkau menjadi musuh dirimu, engkau jengkel terhadap dirimu, benci diri, engkau begitu mendendam diri, tetapi tidak berani mati. Akhirnya terpaksa hidup terus di dunia. Orang gila, orang yang bunuh diri adalah mereka yang menjadi fanatik dan ekstrim. Melampaui batas, upnormal, terjadi permusuhan antara oknum diri dengan diri secara kelebihan, sehingga mereka menjadi gila dan bunuh diri. Kita yang mengalami kesulitan dan kesulitan terus menerus kadang-kadang tidak bisa mempunyai keharmonisan diri, kita memerlukan perdamaian diri Tuhan Yesus.
Kita boleh mencintai diri tapi kita tidak boleh egois. Mencintai diri menjadi dasar etika mencintai orang lain. Alkitab mengatakan, "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Markus 12:31). Jadi, orang yang membunuh orang lain bukan karena membenci orang lain, tetapi karena membenci manusia dan dirinya adalah manusia. Karena membenci diri sekaligus membenci semua yang namanya manusia. Tetapi orang yang mencintai diri, lalu mempunyai konsep bahwa di dalam setiap orang ada diri, akan memperluaskan cinta ini menjadi cinta diri yang lain, itu menjadi dasar mencintai orang lain. Alkitab tidak salah. Cintailah sesamamu seperti engkau mencintai dirimu sendiri.
- Perdamaian kita dengan orang lain melalui Yesus Kristus.
Perdamaian kita dengan orang lain melalui Yesus Kristus
Perdamaian dengan diri mengakibatkan engkau mempunyai hidup yang limpah. Setelah berdamai dengan Allah dan berdamai dengan diri sendiri di dalam Kristus, dia mulai bisa melihat setiap orang itu bisa dicintai.
Seorang Kristen yang sudah mengalami kuasa Injil, mau tidak mau mempunyai perdamaian. Orang Kristen yang sudah mengalami Injil mau tidak mau berdamai dengan semua orang. Saya mencintai semua orang, saya harap saya bisa baik-baik hidup selama saya masih diberikan kesempatan bernapas di atas bumi ini, tidak menjadi musuh siapapun.
- Memperdamaikan orang lain dengan orang lain melalui Kristus.
Memperdamaikan orang lain dengan orang lain melalui Kristus
Jika kemana saya pergi saya tidak membikin orang lebih benci satu dengan lain. Tidak menghasut melainkan memberikan benih perdamaian. Saya ke sini, di sini ada damai, ke sana sana ada damai. Inilah janji Tuhan: "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah." (Matius 5:9). Puji Tuhan!
- Memperdamaikan orang lain dengan Allah melalui Kristus.
Memperdamaikan orang lain dengan Allah melalui Kristus
Memperdamaikan orang lain dengan Allah dikerjakan oleh orang yang sudah mengalami perdamaian Allah dalam diri sendiri, mengalami perdamaian antara diri dengan diri, mengalami perdamaian diri dengan orang lain, mengalami memperdamaian orang lain dengan orang lain,
Ini empat sifat dasar dari Injil itu sendiri berdasarkan kematian Kristus. Kematian Kristus bersifat propitiation, berarti memulihkan Allah dari murka, kematian Kristus bersifat redemption, menebus dan membawa kita kembali kepada Tuhan, karena harga yang tunai yang sudah dibayar, kematian Kristus bersifat reconciliation memperdamaikan kita dengan Allah, memperdamaikan kita dengan diri, memperdamaikan kita dengan orang lain dan memungkinkan kita memperdamaikan orang lain dengan orang lain, dan membawa orang lain yang bermusuhan dengan Allah kembali berdamai dengan Tuhan Allah. Ini sifat nuklir dari Injil.
Hanya ada satu hal yang mendasari setiap kemurahan yang disediakan Tuhan ” pertukaran yang terjadi pada kayu salib ”.
Yesus dihukum supaya kita diampuni.
Yesus disakiti supaya kita disembuhkan.
Yesus dijadikan dosa-dosa oleh dosa kita supaya kita dijadikan benar oleh kebenaranNya.
Yesus menjalani kematian bagi kita supaya kita menerima kehidupanNya.
Yesus mengalami kemiskinan kita supaya kita menikmati kelimpahanNya.
Yesus menanggung rasa malu kita supaya kita menerima kemulianNya.
Yesus menanggung ketertolakan kita supaya kita diterima oleh Bapa.
Yesus menjadi kutuk supaya kita menerima berkat.
Daftar diatas tentu saja belum menyebutkan keseluruhan aspek yang ada. Masih banyak aspek lain yang dapat ditambahkan. Tetapi semua itu sekadar merupakan sisi lain dari persediaan yang disiapkan oleh Tuhan melalui kurban tebusan Yesus itu. Segala sesuatu dirangkum dengan sebuah kata bagus yang mencakup segala-galanya, yaitu KESELAMATAN. Namun patut disayangkan karena banyak orang Kristen yang mempersempit pengertian akan keselamatan itu sehingga diartikan hanya sebatas pengampunan dosa dan kelahiran baru saja. Meskipun kedua hal itu memang indah, itu hanya merupakan awal dari keselamatan yang seutuhnya yang diungkapkan dalam Perjanjian Baru.
DAFTAR PUSTAKA
- ALKITAB
- MAJALAH MOMENTUM EDISI : 7/Desember 1989, Artikel : Teologi Penginjilan , Pdt. Dr. Stephen Tong Halaman : 20-25
- KUNCI-KUNCI EFEKTIF BAGI KEPEMIMPINAN YANG SUKSES, Frank Damazio,Harvest Publication House, 1993
- PERTUKARAN PADA KAYU SALIB, Derek Prince,Derek Prince Ministries Indonesia, 2005.
- TEOLOGI PERTUMBUHAN GEREJA, George W. Peters, Gandum Mas, 2002
- STRATEGI PERKEMBANGAN GEREJA, C. Peter Wagner, Gandum Mas, 2003
- IMAN KRISTEN, Dr.Harus Hadiwijono, BPK Gunung Mulia, 2006
- DINAMIKA PERTUMBUHAN GEREJA,Ron Jenson&Jim Stevens,Gandum Mas, 2004
- GEREJA ZAMAN PERJANJIAN BARU & MASA KINI,D.A.Carson, Gandum Mas, 1997
- PENGINJILAN MASA KINI Jilid 1, Pdt. Dr. Y. Tomatala, Gandum Mas, 1998
- PENGINJILAN MASA KINI Jilid 2, Pdt. Dr. Y. Tomatala, Gandum Mas, 1998
- KAMUS UMUM BAHASA INDONESIA, Prof.Dr.J.S. Badudu, Prof.Sutan Mohammad Zain, Pustaka Sinar HArapan, 1996
Tidak ada komentar:
Posting Komentar