Kamis, 27 September 2007

YESUS SEBAGAI MANUSIA

OLEH:SASTRIO M R PURBA
KAMPUS:STT-DUTA MERLIN
Pengantar kristologi

Pertanyaan mengenai 'Siapakah Yesus Kristus?' adalah pertanyaan yang penting sekali untuk dijawab oleh setiap orang kristen khususnya mahasiswa teologia.Saya akan membahas Yesus Sebagai Manusia berdasarkan injil sinoptik dan injil Yohanes. Pembahasan tentang Yesus akan di mulai dari asal usul Yesus kemudian dilanjutkan dendan mengungkapkan Yesus sebagai manusia, menyelidiki sebutan yang dipakai Yesus terhadap diri-Nya dan bagaimana orang-orang lain menyebut Dia.Tiga peristiwa kristologi yang penting, yaitu kelahiran Yesus dari dara Maria,kebangkitan-Nya dan kenaikan-Nya. Ajaran-ajaran Perjanjian Baru tentang Kristus memperhatikan bukti bahwa Dia lebih daripada sekedar manusia,tetapi bukti itu akan lebih tajam jika kita mempelajari latar belakang kemanusiaan-Nya yang sejati.Pembahasan ini akan dipusatkan tiga hal penting yaitu Asal-usul Yesus,Kemanusiaan Yesus dan ketidakberdosaan Yesus.

Asal usul Yesus
a.Yesus Orang Nazaret
Yesus dikandung dan dilahirkan dari dara Maria, keturunan Daud dan Abraham. Kelahiran-Nya yang supra-alami Yesus dalam kandungan Maria tidaklah berasal dari atau oleh bapak duniawi,melainkan oleh kuasa roh kudus dan lahir sebagai anak Allah.(Luk 1:35,Mat 1:18-24). Yesus disebut orang Nazaret, karena Ia berasal dari Nazaret kotadi Galilea,tempat tinggal Yusuf dan Maria,juga Yesus selama kurang 30 tahun samapai Dia ditolak (Luk 2:39,4:16,28-31).Sebutan orang Nazaret (gelar untuk orang yang berasal dari Nazaret)di tujukan untuk Tuhan Yesus oleh roh-roh jahat (Markus1:24),orang banyak (Mark 10:47, hamba perempuan(14:67) dan kurir kebangkitan (16:6).Sebutan orang Nazaret dalam Matius,Lukas,Yohanes menunjuk kepada sekte pengikut Kristus. Gelar (Nazaret) itu tidak pernah digunakan kepada Tuhan tanpa nama "Yesus" dan untuk menandakan seseorang dengan tempat asalnya.

b. Yesus anak Yusuf

Secara biologis Yusuf bukanlah ayah dari Yesus, seperti dijelaskan di atas. Dia lahir dari benih Roh Kudus.Namun, Yesus disebut anak Yusuf supaya genaplah nats Perjanjian Lama yang menyatakan bahwa akan datang seorang Mesias (Penyelamat) dari keturunan Abraham.Yusuf adalah keturunan Daud yang berasal dari Keturunan Abraham.
Yusuf berperan sebagai Bapak terhadap Yesus, membawa Dia menyingkir ke Mesir untuk menghindari Herodes. Ia juga membawa Yesus ke Yerusalem untuk pentahiran.Tiap tahun Yusuf kembali ke Yerusalem untuk merayakan paskah (Lukas 2:41)

Yesus sebagai Manusia Sejati

a. Manusia menurut Matius

Matius adalah injil raja. Sepanjang injil ini sifat Kristus sebagai Raja sangat menonjol, silsilah Yesus pada pasal pertama diturunkan dari silsilah raja-raja Yehuda(Mat 1:1). Herodes merasa terancam karena kelahiran Yesus dipandang sebagai kemunculan seorang saingan politik. Matius mau menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan dalam PL. Oleh karena itu dikatakan 'Anak Daud,Anak Abraham'.Ia ingin menekankan bahwa orang Yahudi tidak usah menantikan kedatangan Mesias untuk melepaskan mereka. Di dalam Yesus Kristus itu sudah datang. Yesus telah menggenapi segala janji Allah yang dimulai dengan Abraham (2:17-18,3:15)

b. Manusia menurut Markus

Ayat pembukaannya menunjukkan inti dari injil ini "Ini permulaan injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah". Yesus sering menyebutkan diri-Nya Anak Manusia (Mark 8:38,13:26,14:62). Dengan menyamakan diri-Nya "Anak Manusia", kepada-Nya telah diberikan Kuasa yang kekal untuk memerintah semua bangsa. Ini menunjukkan Markus ingin menyatakan Yesus sebagai Anak Allah. Pribadi Yesus menguasai keseluruhan isi cerita. Karya-Nya merupakan titik perhatian utama, Ia berkuasa atas segala macam penyakit dan dengan kuasa ilahi-Nya, Dia mengusir setan -setan dari orang kerasukan. Kematian serta kebangkitan-Nya di Yerusalem merupakan puncak cerita yang mengharukan. " Sungguh, orang ini adalah Anak Allah (15:39)". Kata kepala Romawi saat Dia mati di kayu salib.

c. Manusia menurut Lukas

Materi injil Lukas disusun disekitar konsep utama tentang Yesus sebagai seorang manusia yang menjalani kehidupan manusia yang sempurna dan terhormat melalui kekuasaan Roh Kudus.Kemanusiaan-Nya besar sekali artinya bagi setiap orang kristen yang ingin hidup dan berbakti, menang atas pergumulan-pergumulan sebagaimana Ia menang.
Yesus adalah satu-satunya teladan yang sempurna kemanusiaan-Nya, Ialah pola kemanusiaan kita . Anak Allah lahir sebagai anak manusia biasa. Dia Allah sejati dan Manusia sejati (1:5-2:52). Masa pelayanan-Nya,Dia dimarahi dan ditolak.Tetapi sukacita dan kuasa-Nya tidak dapat dibinasakan sehingga pada akhirnya Dia menang. Pengalaman pahit, kemenangan mutlak dan sukacita dialami Tuhan Yesus, dapat terjadi dalam hidup kita yang mengikuti-Nya. Dia mengetahui pergumulan dan kebutuhan kita, karena Dia sendiri seorang manusia (Ibrani 4:15). Yesus datang ke dunia sebagai manusia untuk keselamatan manusia,”Anak manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (19:10). Lukaslah paling sering menggambarkan Tuhan Yesus sebagai penyelamat dan kabar kesukaan besar untuk seluruh bangsa (2:10)

d. Manusia menurut Yohanes

Yohanes tidak menulis riwayat hidup Tuhan Yesus. Tapi ia mencantumkan " Supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya". Injil Yohanes membawa kita lebih jauh lagi,yaitu pada preeksistensi Tuhan Yesus ;"Pada mulanya adalah firman, firman itu hidup bersama-sama dengan Allah dan firman itu adalah Allah (1:1) dan dilanjutkan pada ayat berikutnya "Firman itu telah menjadi manusia, dan diam diantara kita (1:14). Inilah pusat kemuliaan dan keindahan injil Yohanes.
Gelar utama Yesus dalam injil Yohanes ialah Anak Allah. Gelar ini menandakan karibnya hubungan Allah dengan Anak-Nya yang tunggal,yang sudah ada sebelum penciptaan (Yoh 3:16-18). Hubungan ini saling mengasihi (Yoh 3:35,5:20) dan kasih ini diungkapkan dalam cara anak menaati bapakNya (Yoh 5:19) dan bapak mempercayakan kepada-Nya tugas sebagai hakim dan pemberi hidup.
Ada beberapa ungkapan 'Aku-lah' dalam Yohanes yang berkaitan dengan 'gembala yang baik' , 'Pohon anggur yang benar', dan 'Akulah Terang', menunjuk kepada Yesus. Kadang kita jumpai ungkapan 'Aku ini' (6:20), Aku ada (8:58). Ungkapan ini terselubung memaksudkan ke-ALLAH-an Yesus.
Dalam I Yohanes sering Yesus menjadi pokok uraian dimana dinyatakan Yesus adalah Mesias atau Anak Allah ( I Yoh 2:22,4:15). Walaupun timbul pertanyaan 'apakah Yesus adalah Mesias yang dinanti-nantikan orang Yahudi? apakah dalam Yesus sudah ada inkarnasi Allah yang sungguh-sungguh mantap?'. Lawan-lawan Yohanes agaknya menyangkal kesatuan utuh pada Mesias atau anak Allah (1 Yoh 4:2) dengan Yesus (1 Yoh 4:2; 2 Yoh 7). Yohanes menekankan bahwa Yesus benar-benar sudah datang baik dengan (dalam) air maupun dengan (dalam) darah. Artinya menjalani baptisan dan kematian. Yohanes memakai gelar lengkap-Nya " Anak-Nya Yesus Kristus " 1 Yoh 1:3,3:23;5:20, untuk menandaskan kepercayaan kristen hanya Anak Allah saja menjadi Juruselamat dunia(1 Yoh 4:14).

Yesus Sebagai Manusia Tidak Berdosa

a. Kitab-kitab Injil Sinoptik

Tidak ada catatan khusus dalam kitab-kitab injil sinoptik mengenai pernyataan Yesus sendiri bahwa Ia tidak berdosa, an ada tanda-tanda didalamnya yang mendukung Ketidakberdosaan Yesus itu. Yesus tidak pernah membuat pengakuan dosa. Ia mulai pelayanan-Nya dengan memanggil orang-orang untuk bertobat.
Pada waktu Ia dibaptiskan oleh Yohanes, pada mulanya Yohanes ragu-ragu (Mat 3:14) tetapi akhirnya ia setuju untuk membaptiskan-Nya. Yesus mengatakan bahwa Ia dibaptis "untuk menggenapi seluruh kebenaran", bukan untuk menyatakan pertobatan dari dosa.
Tuhan Yesus memperlihatkan sikap penolakan yang peka terhadap yang jahat,misalnya pada waktu Ia manghardik usaha Petrus yang salah, ingin membelokkan Dia dari konsekuensi misi-Nya sebagai Mesias. Menyatakan secara tidak langsung bahwa tidak ada pikiran yang jahat dalam diri Yesus (Mat 16:23). Perkataan "Enyalah iblis" memperlihatakan reaksi yang tajam terhadap kehadiran iblis, terutama ketika iblis hadir dalam kata-kata yang diucapkan olah salah seorang murid-Nya yang terdekat. Matius dan Lukas memberi kesan yang kuat bahwa Yesus memperoleh kemenangan yang lengkap. Tidak ada tanda bahwa Yesus bersikap bimbang terhadap si pencoba. Pencobaan-pencobaan itu dapat mewakili segala pencobaan yang terjadi sepanjang pelayanan Yesus,maka kemenangan atas yang jahat ini pula dapat dianggap terjadi dalam seluruh kehidupan-Nya.
Tuhan Yesus pernah dengan tajam menuduh para ahli taurat dan orang-orang Farisi karena kemunafikan mereka dan tidak adanya tuduhan balik terhadap Yesus mendukung pandangan bahwa tidak seorang pun dapat menuduh Dia sebagai seorang yang munafik. Ia mendorong orang-orang agar menjadi sempurna sama seperti Bapa sorgawi yang sempurna (Mat 5:48). Ia membedakan diri-Nya dengan para pendengar-Nya pada waktu Ia menyebutkan mereka, walaupun jahat, mengetahui bagaimana memberi yang baik kepada anak-anak mereka (Mat 7:11,Luk 11:13)
Yesus tidak melebih-lebihkan kemunafikan dan tidak memberi penghargaan atas sifat-sifat baik dari ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Bahkan sudah diperlihatkan bahwa pendapat Yesus tentang mereka itu benar, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi sengaja menolak kemesiasan-Nya dan mereka melibatkan diri secara aktif dalam penyalipan-Nya.

b. Tulisan-tulisan Yohanes

Dalam injil Yohanes, yang menggambarkan Yesus sebagai Anak Allah dan juga manusia sejati menyatakan secara tidak langsung mengenai ketidakberdosaa-Nya. Yesus menuduh para pendengar Yahudi dengan mengatakan " Iblis yang menjadi bapamu" (Yoh 8:44 )dan hal ini diikuti dengan tantangan langsung,' Siapa diantaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa?'. Jawaban mereka " Bukankah benar kalau kami katakan bukti bahwa Yesus pernah berbuat dosa tapi merupakan suatu ledakan emosional (Yoh 8:44). Pernyataan Yesus "Aku Terang Dunia" (Yoh 8:12) betul-betul merupakan kecongkakan jika ststus moral-Nya tidak menduklung perkataa-Nya. Lawan-lawanNya bersekongkol melawan Dia bukan karena kata-kataNya yang tidak cocok dengan perbuatanNya, tetapi karena rasa iri hati mereka (Yoh 12:10-11). Yesus sering mengatakan bahwa Ia melakukan kehendak Allah. Hal ini memperlihatkan bahwa tidak mungkin bagi Dia untuk melakukan hal yang sebaliknya (Yoh 10:37,14:10-11,14:31,15:10,17:4). Ia tidak dapat menyatakan bahwa Ia dan Bapa satu (Yoh 10:30,17:12), jika Ia sadar akan adanya dosa dalam dirinya. Yesus yang dinyatakan dalam injil dalam injil Yohanes memperlihatkan tingakat moral-Nya yang tertinggi dan Yohanes tidak pernah menyatakan kesalahan atau kegagalan dalam Dia, kecuali dalam tuduhan-tuduhan palsu dari lawan-lawan-Nya (Yoh18:30), tetapi dalam hal ini pun tidak ada tuduhan tertentu yang diberikan. Kesucian moral-nya tidak dapat disangkal.


Kesimpulan

Dengan uraian di atas ‘Yesus Sebagai Manusia’, Ia berasal dari Nazaret kota di Galilea. Ia dilahirkan dari dara Maria dengan benih Ilahi Roh Kudus. Pembahasan Yesus sebagai manusia sangat jelas sekali dalam injil Lukas. Yesus sebagai manusia merasakan apa yang kita alami. Kegagalan, ditolak, dimarahi, pergumulan-pergumulan, sukacita dan menang atas pergumulan-pergumulan. Ini menunjukan Ia adalah manusia sejati.
Yesus ditekankan sebagai manusia, anak Allah dijelaskan secara luar biasa dalam injil Yohanes. Ia menekankan bahwa Yesuslah Mesias anak Allah. Yesus banyak mengungkapkan gelar, missal; ‘Anak Allah’, ‘Aku Gembala’, ‘Pohon Anggur yang baik’, mengindentitaskan bahwa Yesus itu adalah Allah yang sejati. Yesus memiliki sifat-sifat yang dimiliki Allah, pekerjaanNya tidak jauh berbeda dari pekerjaan Allah. Sebagai manusia biasa, tidak ada didapati cela atau dosa dalam diri Yesus. Tuduhan yang dilontarkan padaNya bahwa Dia munafik tidak terbukti sama sekali oleh lawan-lawanNya. Jelaslah bahwa Yesus adalah manusia sejati yang tidak berdosa dan Dia juga Allah sejati.
Daftar Pustaka
Ensiklopedia Alkitab Masa Kini (omf)
Introduksi Perjanjian Baru oleh Rev Ola Tulluan,Ph D
Survey Perjanjian Baru oleh Merrill C T enney
Teologia Perjanjian Baru I oleh Donald Guthree

DIMULAI PADA HAL KECIL UNTUK PENGARUH YANG BESAR DALAM PELAYANAN

OLEH:COKY AGUSTINUS
KAMPUS:STT-DUTA MERLIN
PENDAHULUAN
Hal-hal yang kecil dan sederhana sering kita anggap remeh bahkan sering pula kita tidak pernah menganggap hal-hal yang kecil tersebut dapat mempengaruhi segala sesuatu.
Sikap yang meremehkan hal-hal yang kecil ini menjadi suatu kebiasaan yang “mendarah daging” karena banyak orang bahkan hampir semua orang menganggap ini menjadi sesuatu yang biasa. Tetapi mereka tidak sadar jika saat pikiran untuk meremehkan hal kecil tersebut merupakan awal dari kehancuran besar.
Jika saja kita sedikit melihat makna dari sebuah “pertumbuhan tanaman” dimulai dengan hal yang kecil juga yaitu benih. Dan Yesus sering juga menggunakan perumpamaan-perumpamaan ini.
Masuk ke artikel ini maka akan kami coba memaparkan bagaimana Biji Sesawi” yang diumpamakan Yesus tersebut dapat memindahkan gunung seperti yang tertulis di Matius 17:20 Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana,maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.
BENIH DALAM ALKITAB
Organisme tumbuh-tumbuhan yang esensial, yang memungkinkan kelangsungan jenisnya dapat terus berkesinambungan. Benih dalam artian Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bibit berupa biji, bibit yang sudah tumbuh seperti padi, pokok, pangkal.
Dalam Alkitab Perjanjian Lama, keturunan dari jenis Homo sapiens disebut “benih” (Kej 3:15, 13:15). Demikianlah benih Abraham menjadikan Ishak dan keturunan-keturunannya. Hubungan Allah dengan umatnya menciptakan suatu lembaga abadi bagi benih Israel yang akan diperintah oleh seseorang keturunan Daud. Perumpamaan dalam benih dan penabur menafsirkan benih itu sebagai Firman Kerajaan sedangkan Markus dan Lukas mengartikannya sebagai Firman Allah. Dalam perumpamaan benih gandum dan lalang “benih” yang baik itu diartikan sebagai anak-anak kerajaan.
Gagasan tentang benih sebagai kehidupan tumbuh-tumbuhan muncul dalam beberapa perumpamaan Kristus. Makna kiasan dari benih berbeda-beda pada perumpamaan-perumpamaan itu.
MAKNA BIJI SESAWI DALAM PERUMPAMAAN
Dalam perumpamaan biji sesawi benih itu menunjuk pada kerajaan sorga. Perumpamaan mengenai biji sesawi menggunakan hal-hal sehari-hari untuk menjelaskan dinamika kerajaan Allah. Kegiatan Allah dalam pelayanan Yesus tampaknya kecil seperti Biji Sesawi, tetapi akibatnya dalam kepenuhan pemerintahan Allah akan sangat besar. Perbandingan ini mengisyaratkan bahwa dalam pengajaran Yesus kerajaan sudah memiliki dimensi masa kini dan bahwa proses menuju kepenuhannya dalam banyak cara telah dimulai Di sini harus kita pahami yang dimaksudkan dengan sesawi bukanlah tumbuhan sawi atau sesawi yang kita kenal di Indonesia. Sesawi yang dimaksud adalah sejenis tumbuhan yang lebih besar dari sesawi yang kita kenal ( dalam bahasa Inggris disebut pohon Mustard ) tingginya mencapai 2 sampai dengan 3 meter dan mempunyai batang serta cabang-cabang yang dapat dipakai oleh burung-burung untuk membuat sarangnya.
BIJI SESAWI DALAM PELAYANAN
Seperti biji sesawi yang sangat kecil hampir sama dengan butiran tanah, nilai-nilai kerajaan Allah juga tampak kecil sederhana, namun ketika benih itu tertanam akan berkembang menjadi pohon yang besar. Tindakan cinta kasih, kebenaran, keadilan, perdamaian tampak sederhana dan mulai dari yang kecil di lingkungan terdekat, namun bila dilakukan dengan tulus dan dalam tekat yang kuat, dampaknya akan begitu besar.
Jangan melangkah terlalu cepat dan terburu-buru. Orang yang melangkah dengan terburu-buru biasanya mudah “tersandung” karena dia tidak melihat “batu” yang kecil tersebut. Pada umumnya manusia ingin mengerjakan hal yang besar dengan tujuan supaya orang lain melihat dan memuji hasil pekerjaannya, namun lebih banyak lagi orang yang tidak siap mental sehingga ia akan mudah “tersandung”, pertahanannya tidak ada dalam menahan “Kebesaran” dirinya.
Maka dalam hal ini dapat kita simpulkan bahwa janganlah senang yang besar, hebat dan Heboh ! mulailah dengan yang kecil dan sederhana, seperti memaafkan orang lain yang paling dekat dengan diri kita. Dan kerjakan dengan setia bahwa Hal yang kecil merupakan awal dari sesuatu yang besar, Pohon sesawi menjadi besar karena diawali pada sebutir kecil biji yang begitu besar perbandingannya disaat pohon sesawi itu menjadi tumbuh dan berkembang. Dengan kita menyadari bahwa setiap pelayanan apapun itu bentuknya bahkan orang menilai sebagai sesuatu yang remeh bahkan tidak diperhitungkan, percayalah untuk tetap setia karena benih itu akan terus bertumbuh menjadi besar dan begitu banyak orang yang bertedung dibawah pohon tersebut. Maka hal yang kecil itu menjadi pengaruh untuk hal besar. Amin
DAFTAR PUSTAKA
ALKITAB
ENSIKLOPEDI ALKITAB MASA KINI, Yayasan Komunikasi Bina Kasih/ OMF, 2007.
TAFSIR ALKITAB PERJANJIAN BARU, Lembaga Biblika Indonesia, Pernerbit Kanisius, 2002
KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA.
TESAURUS BAHASA INDONESIA,Gramedia Pustaka Utama
2006.

TEOLOGI KEPEMIMPINAN

OLEH:DEVINA HALIM
KAMPUS:STT-DUTA MERLIN

The more I read the Bible, the more evident it becomes that everything I have ever taught or written about effective leadership over the past 25 years, Jesus did to perfection. He is simply the greatest leadership role model of all time." Ken Blanchard(writer/publisher of the book “Lead like Jesus”)
Pendahuluan
Dalam artikel ini saya ingin memberikan suatu pandangan tentang bagaimana kita bisa menerapkan teologi kepemimpinan, saya memandang hal ini menarik untuk di bahas karena kita berada di zona pendidikan kepemimpinana saat ini.
Seperti kita ketahui, Teologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan beragama, teologi adalah hak istemewa segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan. Dari banyak definisi tentang teologi, saya tertarik pemaparan dari definisi ini merupakan pendekatan yang paling umum dan paling bisa di terima.
Didalam kamus thesaurus arti memimpin yaitu mengepalai, mengimani, mengatur dan mengkoordinasi.
Kepemimpinan menurut Dr. Myles Munroe adalah suatu sikap yang dibutuhkan didalam perencanaan, pengaturan, pengambilan keputusan, pelaksanaan. Kepemimpinan merupakan hak istimewa yang di percayakan dan di berikan oleh para pengikut.
Kepemimpinan menurut Peter f. Drucker adalah kapasitas untuk mempengaruhi orang lain melalui inspirasi yang di motivasi oleh suatu hasrat, yang di bangkitkan oleh suatu visi, yang di hasilakan oleh suatu keyakinan, yang dinyatakan oleh suatu tujuan.
Kepemimpinan yang efektif tidak dipermasalahkan apakah kita ada di tempat kerja, lingkungan, gereja, ataupun di rumah. Kepemimpinan adalah suatu tindkan bukan panggilan. Segala sesuatu hal itu di mulai dari dalam diri kita sendiri. Sebelum kita mengharapkan untuk memimpin satu orang pun, terlebih dahulu kita harus mengetahui siapakah diri kita ini? Dan Setiap calon pemimpin harus menjawab 2 pertanyaan kritis, yaitu: 1. Ingin menjadi seperti siapkah Anda? 2.Ingin menjadi apakah Anda? Jawaban yang pertama ialah kita kaitkan hubungan kita dengan Kristus, dan yang kedua adalah tujuan dari hidup kita.
Menemukan kepemimpinan di dalam diri kita
Semua manusia mempunyai naluri dan kapasitas untuk memimpin, tetapi kebanyakan orang tidak mempunyai keberanian atau kemauan untuk mengembangkan nya. Yang memberikan perbedaan atas diri seorang pemimpin adalah pola pikir, sikap mental yang unik dan roh kepemimpinan.
a.)Pola pikir, seorang pemimpin berpikir beda tentang diri mereka sendiri, dan cenderung mempunyai penilaian diri dan menciptakan konsep diri yang kuat, positif dan pasti. Dan hal inilah yang membedakan dari pengikut. Pola pikir merupakan unsur penting untuk mampu menjadi seorang pemimpin karena akan menjadi apa kita adalah tergantung dari apa yang kita pikirkan, dan kita akan menjadi apa yang terus menerus kita pikirkan
Konsep diri, bagaimana cara seseorang bersikap adalah merupakan hasil dari konsep diri kita, gambaran tentang diri sendiri . Tuhan merancang kita menurut gambar dan RupaNya(Kej 1:26) dan demikianlah Tuhan ingin kita mempunyai konsep yang sangat baik tentang diri kita.

b.)Sikap mental yang unik, sangat penting bagi seorang pemimpin di mana saat dia akan menghadapi kehidupan, permasalahan,bahaya, tantangan, krisis dan tekanan, ataupun pengambilan kebijakan, sangat diperlukan suatu sikap mental yang unik dan kuat, sehingga mampu menghasilkan jalan tengah dalam penyelesaian suatu hal.
c.)Roh kepemimpinan, memberikan perasaan percaya diri, iman dan keyakinan pada segala kemungkinan, yang lahir dari pewahyuan pribadi dan dimanifestasikan dalam kualitas yang spesifik. Roh memimpin adalah hakikat dari manusia roh, yang bisa memahapi identitasnya hanya dengan berhubungan pada Sumbernya, Yaitu Tuhan.
Kepemimpinan Sejati merupakan kepemimpinan Pelayanan
Kepemimpinan sejati adalah bersumber dari hati, Hati adalah ruangan yang menampung keyakinan kita dengan semua aspek kehidupan kita, juga pusat filsafat kita, wadah ide kita. Karena hati menyimpan apa yang benar-benar kita percayai sehingga lahirlah sikap dan tindakan kita berdasarkan kepercayaan kita.
Di kitab Amsal di katakan “Roh manusia adalah pelita Tuhan, yang meyelidiki seluruh lubuk hatinya.”
Salah satu konsep kepemimpinan yang dapat kita ambil adalah Karakter Kepemimpinan Musa, Musa adalah seorang pemimpin Besar yang mampu memimpin kelompok dalam jumlah yang besar dan tingkat usia yang sangat variatif dan jangka waktu yang sangat panjang 40 tahun dan situasi dan lokasi yang tidak terprediksikan. Tetapi Di mampu bertahan dengan Tuntunan dan Kekuatan dari Tuhan. Dan saya percaya Musa memimpin dengan hatinya, untuk tetap menurut dan tetap setia kepada Tuhan yang menuntun mereka di padang gurun, dengan tiang awan dan tiang apiNya. Bukan suatu kepemimpinan yang mudah untuk memimpin umat Israel yang tegar tengkuk untuk keluar dari tanah mesir itu, dan pengikut yang selalu berkeluh kesah dan tidak pernah menjadi percaya, sebanyak apapun mukjizat dan penyertaan Tuhan kepada mereka.
Tuhan Yesus sendiri mengungkapkan sikap kepemimpinannya dan menjadikan dirinya sebagai contoh untuk dalam melayani untuk menjadi pemimpin, dengan mengatakan “Anak manusia datang bukan untuk di layani melainkan untuk melayani dan untuk memberikan NyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.”
Kedua pemaparan diatas merupakan kunci kepemimpinan untuk kita saat ini, yaitu kita sebagai seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan memimpin dengan potensi yang dimaksimalkan, mempunyai tujuan yang jelas, dan memimpin dengan meneladani kepemimpinan Kristus.
Kontradiksi kepemimpinan
Sering kali seorang pemimpin kehilangan arti pelayanannya, dikarenakan sering kali sorang pemimpin mengejar suatu pelayanan tanpa suatu filosofi pelayanan yang jelas. Filosofi pelayanan ialah semua gagasan ,nilai dan prinsip yang dipakai oleh seorang pemimpin sebagai pedoman untuk membuat keputusan, untuk mempergunakan pengaruh, atau untuk mengevaluasi pelayanannya. Penyebabnya di karenakan kurangnya pembelajaran dan kegagalan dalam mengintegrasikan pelajaran yang di peroleh ke dalam sebuah system. Sistem yang di butuhkan untuk menyiapkan pembuatan keputusan pelayanan di masa yang akan datang, dimana fase pendewasaan hidup dan fase pendewasaan sikap di dalam pelayanan karena akan diikuti dengan peningkatan filosofi pelayanan. Tidak ada seorangpun yang mengatakan bahwa ia mengasihi Allah tetapi tidak mengasisi manusia lain.
Penutup
Pada hakekatnya Manusia sejak awal penciptaan di rancang oleh Allah untuk memimpin dan berkuasa atas bumi( Kej 1:28), disitu Sang pencipta mempersiapkan manusia dengan kapasitas dan kemampuan alami untuk memimpin.
Pemimpin tertinggi kita yang Agung yaitu Yesus Kristus, mengalami perjumpaan menarik dengan sekelompok kecil manusia yang sudah IA pilih untuk di latih dan dipakai menjadi pemimpin bagiNya, untuk melaksanakan tugas-tugas yang di perintahkanNya.
Setiap manusia adalah seorang pemimpin untuk dirinya sendiri, apabila kita mampu mengatur diri kita sedemikian rupa dengan segala karunia-karunia dan potensi-potensi yang ada didalam diri kita maka kita akan menjadi orang yang berpengaruh buat orang lain.
Kuasailah segala potensi dan talenta yang ada didalam diri kita, dan pergunakanlah karunia itu sepanjang hidup kita di dalam pelayanan kita.
Jadilah pemimpin yang melayani.
___________________________
Daftar pustaka
Alkitab
Diktat pengantar ke dalam ilmu teologia, Pdt. Petrus Ambarita. Mth©
The Making of a Leader, recognizing the lessons and stages of Leadership development, Dr. J . Robert Clinton, church resource ministries(CRM), 2004
Lead like Jesus, Ken Blanchard & Phil Hodges (internet)
The spirit of Leadership, Dr. Myles Munroe, Immanuel, 2006

Jumat, 21 September 2007

PARADIGMA DALAM BERTEOLOGI

Nama:Buyung.cps
Kampus:STT Duta Merlin
PARADIGMA DALAM BERTEOLOGI


Pendahuluan
Setelah menjadi orang percaya (Kristen) banyak yang tidak menyadari bahwa ketika kita menjadi orang percaya (Kristen), kita mulai berada di dalam dua dunia yang berbeda didalam waktu yang bersamaan, kebanyakan dari orang Kristen masih menganggap bahwa tetap berada di dalam satu dunia yang sama seperti sebelum menjadi orang Kristen. Padahal setelah menjadi orang Kristen ada dua realita kehidupan yang sungguh bertolak belakang. Yang satu adalah realita rohani atau batiniah (yaitu dunia roh dan jiwa), sementara tubuh (daging dan darah) kita lebih berorientasi kepada dunia yang lain, yaitu realita lahiriah atau jasmaniah.
Bagaimana paradigma atau pola pikir didalam orang-orang percaya (Kristen) yang berteologi ? Apakah hanya memfokuskan pikirannya hanya kepada Ilmu Teologi sebagai ilmu pengetahuan ? Paradigma yang seperti apa seharusnya orang-orang Kristen didalam berteologi ?
Hakikat Teologi
Definisi Teologi
Istilah “Teologi” diambil dari dua kata bahasa Yunani yang berasal dari akar kata “Theos” = Allah dan “Logos” = pemikiran, uraian, ilmu. Pengertian secara sempit “Teologia” menunjuk pada usaha untuk meneliti iman Kristen dari aspek doktrinnya, Maka makna dari istilah teologi adalah suatu pembicaraan secara rasional tentang Allah dan pekerjaanNya.1 Substansi teologi adalah “saya percaya bahwa Tuhan ada sesuai dengan pernyataan Alkitab. Dan saya percaya seluruh keterangan tentang penjelasan yang ada pada Alkitab. Untuk memahami teologi kita harus berada di sekitar titik sentral, yaitu “saya percaya kepada Tuhan”. Berteologi merupakan suatu pembenahan iman kepada Tuhan yang bersifat konstruktif (konstruktif adalah adjectiva dan kiasan yg berarti berguna, bermanfaat, bernilai, membangun, membantu, positif, sehat )2 melalui suatu pengertian dan pengetahuan yang mendasar tentang Tuhan.
Teologi adalah pengetahuan metodis, sistematis dan koheren tentang seluruh kenyataan berdasarkan iman. Secara sederhana iman dapat didefinisikan sebagai sikap manusia dihadapan Allah, yang mutlak dan yang Kudus, yang diakui sebagai sumber segala kehidupan di alam semesta ini.3
Sumber Teologi
Sebagai Teologi yang sehat pertama-tama sekali harus mengacu kepada Alkitab sebagai sumber Bahan mentahnya. Karena Alkitab perlu digali, dan merupakan keharusan untuk diteliti. Apa yang kita katakan tentang Allah dan manusia dalam berteologi harus sinkron dengan Alkitab, sumber teologi yang selanjutnya adalah melihat kepada “barang” (yang sudah digali,jadi), seperti : Teologi Biblika, Teologi Historika, Teologi Filosofika.
Paradigma
Sebenernya apa yang di maksud dengan Paradigma ? Paradigma bisa berarti Ideal, Model, Patron, atau Pola, Jadi Paradigma itu sama saja dengan Pola Pikir, Cara berpikir. Jika kita melihat faktanya manusia tidak mungkin untuk tidak berpikir, manusia tidak memiliki pilihan untuk tidak berpikir, kalau kita melihat dari kemampuan daya pikir atau pola pikir manusia, manusia tidak dapat didalam waktu yang bersamaan untuk memikirkan dua perkara yang berlainan. Didalam berpikir manusia bisa memilih hal-hal apa yang akan dipikirkannya berdasarkan keinginannya. Karena kebebasan di dalam berpikir inilah terkadang pikiran-pikiran manusia bisa benar atau salah/keliru.
Paradigma atau pola pikir kita sesungguhnya terpengaruh dari bagaimana akal pikiran kita. Akal pikiran kita pada dasarnya bersifat Netral dan hanya dirancang untuk :
Menerima informasi baru
Menyimpan fakta-fakta yang dimasukkan ke dalam ingatan
Memberikan respons yang tepat kepada fakta-fakta tersebut dan mengkoordinasikan tindakan-tindakan yang sesuai.
Mengeluarkan hormon-hormon yang diperlukan untuk mengkoordinasikan tindakan-tindakan
Mengeluarkan masukan emosional yang sesuai untuk dikoordinasikan dengan tindakan-tindakan.
Memulihkan (mereparasi) diri sendiri dari kerusakan emosional yang berakibat negative.
Memulihkan kondisi tubuh jasmani dengan tenaga, semangat dan gairah yang baru.
Akal pikiran adalah seperti sebuah layar monitor sebuah computer, ia tidak dapat mengatur sendiri apa tayangan yang dikirimkan kepadanya. Ia hanya menayangkan, mengungkapkan serta memperlihatkan siaran yang diprogramkan.
Akal pikiran harus dilatih untuk berfungsi sesuai dengan pola pemrograman dan pengarahannya. Harus kita ingat bahwa memori (ingatan) sebenarnya adalah masalah yang menyangkut kebiasaan kita. Maka kita harus memprogram akal pikiran kita yang sangat berpengaruh di dalam pola pikir kita atau paradigma kita.
Paradigma didalam Berteologi
Banyak terkadang dari orang-orang Kristen di dalam berteologi hanya mengandalkan daya pikirnya saja, atau kepintarannya saja, terkadang pula di dalam berpikir teologi, pikiran mereka tidak terlepas dari keadaan dari kehidupan ini, masalah-masalah dari kehidupan yang selalu mempengaruhi cara kita untuk berpikir atau pandangan kita didalam berpikir.
Harus diingat oleh banyak orang Kristen bahwa dasar dari berteologi adalah Firman Tuhan/Alkitab, tidak mungkin manusia berteologi tetapi tidak menggunakan dasar Firman Tuhan / Alkitab. Setiap pemikiran dari orang Kristen di dalam berteologi diharapkan untuk mengikuti pola berpikirnya Tuhan. Bagaimana manusia dapat mengikuti pola berpikirnya Tuhan ? kalau kita lihat kembali ke Firman Tuhan di Roma 8: 5 yaitu “Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh”. Didalam Firman Tuhan diharapkan bagi orang-orang percaya untuk hidup menurut Roh, maka akal pikiran kitapun harus dipusatkan (berkonsentrasi) kepada hal-hal yang telah difirmankan Tuhan. Dengan cara ini maka kita menuntut pemikiran kita sendiri untuk mengikuti pola berpikirnya Tuhan.
Harus diingat bahwa orang percaya (Kristen) tidak berasal dari dunia ini, karena benih kita berasal dari surga (1 Ptr 1 : 23; 1 Yoh 3:9; Flp 3:20) Itulah sebabnya setiap orang percaya telah dipanggil dan dipilih oleh Tuhan dari dunia ini, dan ditempatkan kembali di dunia sebagai perantau atau orang asing (1 Ptr 2 : 9, 11). Dengan demikian kita harus berpikir dan bertindak sebagaimana layaknya warganegara surga. Karena kita memang tidak sama dengan orang dunia !.
Jika akal pikiran kita aktif dilibatkan untuk berpikir sesuai dengan firman yang Tuhan sampaikan, maka akal pikiran kita akan semakin banyak mengikuti pola Roh Kudus yang telah menaruh Rhema tersebut di dalam roh kita. Dengan demikian maka akal pikiran kita akan mengikuti pola yang ditentukan oleh Roh Kudus dan firman-Nya. Setiap ada pola berpikir yang lain maka akan langsung dihentikan dan ditundukkan kepada pengetahuan Roh yang terus semakin kuat berkembang di dalam hati kita.
Apabila didalam berteologi kita tidak tunduk akan kehendak Roh Kudus maka setiap pemikiran mengenai teologi didalam kehidupan manusia hanya beralaskan kepada pemikiran manusia semata-mata, hanya berdasarkan kepintaran manusia bukan berdasarkan hikmat dari Tuhan. Apabila manusia lebih sering memikirkan hal-hal yang berurusan dengan kedagingan biasanya keinginan dari kedagingan tersebut akan lebih kuat, dan cenderung setiap pemikiran manusia akan dipengaruhi oleh keinginan dari dagingnya sendiri.
Bagaimana caranya agar kita bisa mematikan keinginan dari daging kita sendiri. Mati atau tidaknya keinginan daging kita tergantung dari pikiran kita, makanya kita harus banyak-banyak memikirkan pikiran-pikiran Allah, dengan banyak mengarahkan pikiran kepada pikiran-pikiran Allah berarti kita menyalibkan kedagingan kita dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
Mungkinkan manusia mengontrol Paradigmanya didalam berteologi ? Mungkinkah untuk mengosongkan sebuah gelas dari semua udara yang terdapat di dalamnya ? Tentu saja. Menurut teori “displacement” (penggantian), kita tinggal mengisi gelas itu dengan air. Begitupula kita dapat mengontrol apa yang terdapat di dalam akal pikiran kita, yaitu dengan mengisi akal pikiran kita dengan firman Tuhan dan dengan berpikir terus mengenai prinsip-prinsip dan kebenaran Allah. Kita dapat mengendalikan paradigma kita atau pola berpikir kita dengan menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada kristus. Sesuai didalam firman Tuhan 2 Kor 10 : 5.
Perlu diingat bahwa Paradigma atau Pola Pikir kita dipengaruhi oleh bagaimana Akal Pikiran kita. Dan harus diketahui juga bahwa akal pikiran kita dirancang untuk bekerja sama dan meresponi Allah yang bersifat Roh. Hanya saja sejak kejatuhan Manusia ke dalam dosa, akal pikirannya menjadi terbiasa untuk suka menanggapi roh-roh yang lain, yaitu roh-roh Iblis.
Kalau kita perhatikan bagaimana pola pikir kita sejak kecil sudah ditanamkan oleh Orang tua dan guru mengenai hidup hemat pangkal kaya. Tetapi firman Tuhan didalam Amsal 11: 24 mengatakan “Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan.” Dua pandangan tersebut ini sangat berbeda dan bertolak belakang, Karena kita adalah orang-orang yang percaya (Kristen) maka lebih baik kita merubah pola pikir kita yang sebelumnya dan mengikuti pola pikir yang Tuhan berikan di dalam Amsal 11:24. Didalam Firman Tuhan tersebut tidak diajarkan agar masyarakat menjadi boros, apalagi menjadi konsumtif. Menyebarkan harta yang dikatakan didalam firman Tuhan tersebut tidaklah berarti menghabiskan harta untuk berfoya-foya atau untuk kesenangan jasmani. Apabila hal tersebut dilakukan maka kita akan mengalami kehidupan yang tragis seperti si bungsu di dalam perumpamaan tentang anak yang hilang (Luk 15:11-32). Di dalam Amsal 11 : 24 menyebar atau menghemat harta yang dimaksud Tuhan adalah untuk kepentingan manusia dan hubungan (sesama dan Tuhan). Seseorang dikatakan kaya apabila ia memiliki kualitas hidup yang baik secara menyeluruh, tubuhnya terawat dengan baik, jiwanya tenang dan tenteram, dan rohnya hidup dan diperbaharui.
Tetapi sebaliknya meskipun seseorang memiliki uang dengan berkelimpahan tetapi banyak penyakitnya, jiwanya tegang dan tidak ada ketenangan, dan rohnya padam maka sebenarnya orang itu hidup berkekurangan. Kehidupan manusia diukur dari nilainya, bukan dari jumlah atau kuantitas harta yang dimilikinya. Disini dapat kita lihat bedanya Pola pikir yang ditanamkan sejak kecil dan pola pikir yang Tuhan berikan di dalam Firmannya.
Terkadang kalau kita perhatikan Paradigma kita disertai dengan Ilmu Teologi akan berbeda dengan Paradigma kita tanpa Ilmu Teologi, seperti contoh diatas. Apabila diperhatikan kadang Paradigma dengan disertai Ilmu Teologi bertolak belakang dengan Paradigma kita tanpa Ilmu Teologi. Perbedaan yang bertolak belakang ini yang disebut dengan kata Paradoks. Untuk jelasnya kata Paradoks adalah hal-hal yang berlawanan atau bertolak belakang dengan pengertian atau pandangan umum tetapi sebenarnya mengandung kebenaran.
Satu lagi contoh dari Paradigma yang berbeda didalam kehidupan kita. Kita dari kecil ditanamkan nilai-nilai (value) dari Orang tua, guru, lingkungan kita bahwa segala sesuatu atau suatu keadaan atau kejadian atau kebenaran apabila dapat dibuktikan secara ilmiah dan dapat dijelaskan dengan akal sehat (logika) baru kita mempercayainya. Karena paradigma inilah maka manusia cenderung untuk melihat dahulu baru percaya. Sedangkan jika kita sudah didalam Tuhan paradigma kita disertai dengan Teologi berbeda, didalam Tuhan kita percaya dulu, kemudian kita melihat sesuatu terjadi. Didalam Yohanes 20 : 29 Tuhan Yesus berkata bahwa orang yang hidup dengan prinsip percaya meskipun tidak melihat adalah orang yang berbahagia. Dengan demikian salah satu kunci kebahagiaan terletak pada paradoks ini.
Mengapa kita bisa berbahagia dengan menjalankan paradigma yang Tuhan ajarkan ini ? sebelum menjawab pertanyaan ini kita perlu melihat perbedaan antara prinsip melihat baru percaya dengan percaya baru melihat. Yang pertama didasarkan atas kemampuan panca indera manusia. Sedangkan yang kedua didasarkan atas iman (kepercayaan) kita kepada Tuhan. Yang pertama bekerja dari luar ke dalam, artinya indera (bagian luar) kita berfungsi terlebih dahulu baru kemudian kita percaya di dalam hati kita (bagian dalam). Yang kedua bekerja dari dalam ke luar yaitu dari iman (bagian dalam) baru indera (bagian luar).
Manusia dengan paradigma yang pertama yaitu melihat baru percaya adalah manusia yang tertipu oleh Iblis karena ia hidup dengan bersandar pada inderanya, lebih daripada imannya kepada Tuhan. Hawa melihat buah yang dilarang Tuhan sebagai buah yang menarik dan sedap untuk dimakan (Kej. 3:6) akhirnya ia tertipu sehingga menjauh dari imannya. Paradigma yang Tuhan ajarkan berbeda karena kita Iman kita yang bekerja terlebih dahulu sebagai contoh Elisa yang beriman kepada Tuhan bahwa tentara Tuhan jauh lebih besar memagarinya. Paradigma seperti inilah yang Tuhan inginkan didalam kehidupan kita.
Kesimpulan
Paradigma kita apabila dipimpin oleh Roh Kudus sering kali bekerja dari dalam keluar, yaitu berdasarkan atau beralaskan kepercayaan/Iman.
Paradigma untuk orang-orang percaya terkadang menghasilkan Paradoks.
Apabila kita mengikuti Paradigma yang Tuhan ajarkan, terkadang kita dianggap aneh sama orang-orang diluar orang percaya (Kristen), tetapi di mata Tuhan kita adalah anak-anak yang Taat akan kehendekNya.

DAFTAR PUSTAKA

Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia
Apa itu Teologi, Pengantar ke dalam Ilmu Teologi, Pdt B.F. Drewes, Mth; Pdt. Julianus Mojau, Mth
Konkordansi Alkitab
Pola Pikir yang mengalami Terobosan, Dr. Jonathan David, Nafiri Gabriel
Paradoks Kekristenan, Pdt. Leonardo A Sjiamsuri, Nafiri Gabriel
Pengantar Teologi, Dr. Nico Syukur Dister OEM
Pengantar Teologia Kristen 1, Daniel Lucas Lukita, Mth
Thesaurus Bahasa Indonesia, Eko Endarmoko
Teologia dalam Arti Sebagai Pengantar Ilmu, www.petrusambarita.blogspot.com

Kamis, 20 September 2007

SIMON SIBARANI (MAHASISWA STT-TIBERIAS)

PENGETAHUAN TENTANG DIRI SENDIRI
DAN
PENGETAHUAN TENTANG ALLAH

PENULIS: SIMON SIBARANI
KAMPUS:STT-TIBERIAS
Pada waktu seorang bayi dilahirkan, kedatangannya kedunia biasanya disertai dengan sebuah pukulan di bagian belakang tubuhnya. Respon yang normal dari sibayi adalah tangisan sebagai protes terhadap apa yang telah dilakukan atas dirinya. Mengapa seorang bayi menangis? Apakah tangisan merupakan sebuah respon untuk menyatakan kesakitan? Atau kemarahan?
Bisa terjadi tangisan itu merupakan salah satu akibat dari penyebab yang telah di sebutkan di atas. Kedatangan kita kedunia ditandai dengan suara dan kemarahan. Tanda protes ini disimpulkan oleh sebagian orang sebagai suatu kesimpulan akhir bukan hanya dari arti kelahiran tetapi juga arti dari seluruh kehidupan manusia. Macbeth dengan berseloroh menyatakan:
Life’s but a walking shadow, a poor player
That strust and frets his hour upon the stage,
And then is heard no more; ‘tis a tale
Told by an idiot, full of sound and fury,
Signifying nothing.
Untuk menyatakan bahwa sesuatu tidak berarti apa-apa sama dengan menyatakan sesuatu itu sama sekali tidak penting. Tidak penting berarti tidak ada artinya sama sekali. Tidak ada artinya sama sekali sama dengan tidak bernilai apa-apa. Keberartian kita berkaitan dengan pertanyaan siapakah kita? dan apakah kita?. ini merupakan pertanyaan berkenaan dengan identitas. Identitas kita secara mutlak berhubungan dengan relasi kita dengan Allah. Kita tidak dapat mengerti siapa atau apa kita tanpa perngertian kita akan siapa dan apakah Allah itu. Ada saling kebergantungan antara pengetahuan kita tentang diri kita sendiri dengan pengetahuan kita tentang Allah. Pada saat kita menyadari diri kita sendiri sebagai kita, maka pada saat itu juga kita menyadari bahwa kita bukan Allah; kita adalah makhluk ciptaan. Kita memiliki tanggal kelahiran, waktu dimana kehidupan kita dimulai di dunia ini. Kuburan kita pada waktu kematian kita, sama halnya dengan kalahiran kita menunjukkan ketidakkekalan diri kita. kita tidak tahu bila kematian kita akan datang, tetapi setiap kita mengetahui tanggal dan tahun kelahiran kita.
Kesadaran kita sebagai makhluk ciptaan mendorong kita untuk berpikir tentang Pencipta kita. Kita tidak dapat merenungkan mengenai Allah atau hal yang lain di luar diri kita sampai kita sendiri harus menyadari akan diri kita terlabih dahulu. Demikian pula halnya, kita tidak dapat mengerti arti dari diri kita sepenuhnya sampai kita mengerti diri kita dalam kaitanya dengan Allah. Jadi, antropologi, yaitu usaha untuk mempelajari tentang manusia harus menjadi salah satu bagian di bawah teologi, yaitu usaha untuk mempelajari Allah.
Krisis manusia modern ditemukan pada perpecahan antara antropologi dengan teologi, antara usaha untuk mempelajari manusia dengan usaha untuk mempelajari Allah. Pada waktu kisah kita diceritakan terpisah atau diceraikan dari cerita tentang Allah, maka kisah kita benar-benar menjadi “ sebuah dongeng yang dikisahkan oleh seorang idiot, yang penuh dengan suara dan kemarahan, yang tidak berarti apa-apa”. Apabila keberadaan kita dipikirkan tanpa kaitannya dengan Allah, maka kita menjadi “a useless passion” (kegairahan atau nafsu yang tidak berguna) seperti yang dinyatakan oleh filsuf Jean Paul Sartre.
Apakah “kegairahan atau nafsu yang tidak berguna” itu? Nafsu atau kegairahan adalah suatu perasaan yang kuat. Kehidupan manusia ditandai dengan perasaan-perasaan yang kuat. Perasaan-perasaan itu adalah perasaan cinta, benci, bersalah, ambisi, nafsu, cemburu, iri, dan seorang tuan atau yang lain. Sebagai makhluk ciptaan kita memiliki perasaan yang dalam berkenaan dengan hidup kita. Pertanyaan yang menghantui kita adalah: Apakah semua perasaan itu tidak ada gunanya? Apakah segala perjuangan dan usaha kita hanya sekedar pekerjaan yang sia-sia, dan perjalanan yang sia-sia?
Arti kehidupan kita dan kewibawaan kita terancam. Apabila manusia dilihat sebagai seseorang yang sendiri dan terpisah dari hubungan dengan Allah, maka manusia akan tetap sendiri dan tidak penting. Apabila kita bukan makhluk ciptaan yang diciptakan dan ada hubungannya dengan Allah, maka kita hanyalah suatu kebetulan yang terjadi di dunia ini. Asal mula kita dan akhir hidup kita sama tidak berartinya. Apabila kita timbul dari suatu kebetulan dan kemudian berakhir pada suatu kesia –siaan yang tidak ada artinya. Kita bukan apa-apa, dan kita sama sekali tidak mempunyai wibawa dan nilai.
Untuk memberikan kewibawaan yang bersifat sementara kepada manusia di antara awal dan akhir hidupnya yang sia-sia merupakan suatu usaha yang bersifat membodohi diri sendiri dengan khayalan diri sendiri. Asal mula dan akhir hidup kita berkaitan dengan Allah. Arti hidup yang dapat kita miliki hanya arti hidup yang bersifat teologis. Pertanyaan yang kita tanyakaan, juga ditanyakan oleh pemazmur:
“Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kau letakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam. Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kau tempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?” (Mazmur 8:3-5).
Diciptakan oleh Allah berarti kita mempunyai relasi dengan Allah. Hubungan yang tidak dapat kita hindari ini menjamin bahwa kehidupan kita bukan merupakan suara atau perasaan yang tidak berguna. Di dalam penciptaan kita menerima suatu mahkota kemuliaan. Mahkota kemuliaan itu adalah mahkota kewibawaan. Dengan Allah kita memiliki kewibawaan; tanpa Allah kita bukan apa-apa.
Kesimpulan:
Kita tidak dapat mengenal Allah tanpa kita terlebih dahulu menyadari akan diri kita sendiri.
Kita tidak dapat secara akurat mengetahui tentang diri kita sendiri tanpa terlebih dahulu kita mengenal Allah.

Pengetahuan Tentang Allah Pengetahuan yang lebih tinggi tentang diri sendiri Pengetahuan tentang diri sendiri(Kesadaran tentang diri sendiri) Pengetahuan tentang diri sendiri memimpin
Kita kepada pengetahuan tentang Allah,akibatnya pengetahuan ini memberikan kita suatu pengertian tentang diri kita sendiri yang lebih tinggi dan lebih penuh.
Manusia dalam hubungannya dengan Allah: tujuan awal + tujuan akhir = kehidupan yang berarti. (Manusia dalam hubungannya dengan Allah, menjadikan manusia itu memiliki tujuan asal mulanya dan tujuan akhir hidupnya, sehingga kehidupannya merupakan kehidupan yang berarti.)
Manusia tanpa hubungan dengan Allah: asal mula tanpa arti + tujuan tanpa arti = kehidupan tanpa arti. (Manusia tanpa hubungan dengan Allah sama dengan manusia yang asal mulanya tidak berarti dan akhir hidupnya tidak berarti, jadi, kehidupannya merupakan kehidupan yang tidak ada artinya.)
Daftar pustaka:
Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen seri Teologi Sistematika,
Oleh: R. C. Sproul
Alkitab
Ayat-ayat Alkitab untuk bahan refleksi:
Kejadian 1:27
Mazmur 51
Kisah Para Rasul 14: 8-18
Kisah Para Rasul 17: 22-31
Roma 1: 18-23

Minggu, 16 September 2007