Rabu, 10 Oktober 2007

Bernard Marbun

Pada tanggal 09/10/07, Bernard Marbun menulis:
Antara Iman dan Rasio

Pendahuluan
Kata Iman yang dipakai merupakan terjemahan dari kata berasal Yunani yaitu pistis, sedangkan kata kerjanya percaya adalah terjemahan dari kata pisteuoo. Abraham adalah Bapa orang percaya, dengan iman ia pergi menuju tempat yang telah di janjikan Allah kepadanya. Iman Abraham adalah iman yang aktif, ia langsung pergi tanpa berkomentar tentang apapun (kejadian 12:4).
Latar Belakang
Untuk dapat pengetahuan yang benar maka manusia berpikir. Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Apa yang disebut benar bagi tiap orang adalah tidak sama maka oleh sebab itu kegiatan proses berpikir untuk menghasilkan pengetahuan yang benar itu pun juga berbeda-beda. Dapat dikatakan bahwa jalan pikiran mempunyai apa yang disebut sebagai kriteria kebenaran, dan kriteria kebenaran ini merupakan landasan bagi proses penemuan kebenaran tersebut.
Isi
Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (kejadian 1:26). Ketika manusia jatuh dalam dosa karena telah mengabaikan larangan yang Allah berikan untuk tidak memakan buah yang berada di tengah-tengah taman (kejadian 3:3)
Menurut Injil Matius 22:37 Tuhan Yesus menjelaskan tentang Hukum yang terutama. Hal ini menunjukkan bahwa manusia di terdiri dari tubuh, jiwa dan roh (....segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.)
Sejak manusia jatuh dalam dosa itulah, tahu mana yang baik dan yang jahat. Ini menunjukkan bahwa manusia memiliki kehendak bebas (free will).
Rasionalisme adalah gerakan jaman pencerahan yang menitikberatkan pada cara berpikir/intelek dan akal budi. Jadi rasio adalah cara berpikir dengan akal budi.
Sekarang kita akan membahas tentang keberadaan Iman untuk percaya kepada Allah dengan rasio yang membatasi keberadaan manusia.
Apakah kita dapat mempercayai akan janji-janji Allah dengan berpikir secara logis dalam kehidupan kita?
Pada zaman Pl, para nabi dituntut untuk mempercayai Allah dan dalam PB pun Allah juga menyuruh para rasul untuk diam di Yerusalem menantikan janji Bapa (Kisah Rasul 1:4). Para Nabi dan Rasul telah beriman dan mereka taat kepada Allah, walaupun dalam hal ini Musa tidak dapat menikmati janji Allah, karena Musa telah melanggar Kekudusan Allah.
Dalam kehidupan bangsa Israel sendiri ketika mereka menghadapi musuh yang begitu banyak jumlahnya (Hakim-hakim 7) dengan jumlah mereka yang hanya tiga ratus orang saja (hakim 7:7), kalau dipikir secara akal budi, bangsa Israel akan kalah dalam berperang namun dalam hal ini, Allah mengajarkan kepada bangsa Israel untuk taat dan beriman kepada kekuatan Allah saja.
Jika kita berpikir secara rasio, mungkin pada saat itu orang Israel memiliki strategi berperang yang baik; itu memang benar; oleh karena itulah Allah menyuruh Gideon untuk mengatur strategi berperang(ayat 9).
Jika pada jaman dahulu saja Allah sanggup untuk menolong Israel dari kesesakan; apalagi kita orang yang percaya ; Allah akan menepati janji-janji-Nya kepada kita supaya kita yang percaya mendapatkan sukacita dan kelimpahan di dalam rencana-Nya.
Apakah penggunaan rasio itu dilarang? tidak; karena Allah sendiri telah memakai akal budi manusia untuk menuliskan Firman-Nya (ulangan 31:24). Rasio di pergunakan untuk mencari kebenaran;Tuhan telah memberikan penyataan kepada manusia yaitu yang dinyatakan Allah secara umum dan secara khusus. Penyataan yang dinyatakan secara umum misalnya Allah telah menciptakan dunia dan kebenaran secara khusus Allah telah menyatakan kehendakNya kepada orang-orang yang di kenan-Nya, untuk menyatakan kehendak-Nya; Allah tidak sembarangan untuk mencari manusia dalam menyatakan kehendak-Nya. Ia mengenal setiap manusia (Amsal 3:12). Jadi penggunaan rasio atau akal budi kita digunakan untuk membedakan mana yang kehendak Tuhan dan mana yang bukan.
Kesimpulan
Iman yang aktif akan membantu kita untuk percaya kepada Allah, dan dengan Iman maka pemikiran-pemikiran yang mustahil itu akan dikuatkan dengan iman. Karena Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11:1)
Daftar Pustaka
Suriasumantri, Jujun S, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer.Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000
Alkitab Penuntun Hidup berkelimpahan

Tidak ada komentar: