Kamis, 04 Oktober 2007

PENGINJILAN DAN PERTUMBUHAN GEREJA OLEH:VICTOR SIAHAAN

PENDAHULUAN

Penginjilan dan Pertumbuhan Gereja mempunyai hubungan yang sangat erat, dimana dalam hal ini kedua unsur tersebut berdiri sendiri dan satu sama lain tidak dapat dicampuradukkan.

Pertumbuhan berasal dari kata dasar tumbuh yang jika kita lihat artinya berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bertunas, menjadi tanaman baru, beranjak besar, menjadi bertambah besar, timbul, muncul, datang, terjadi.

Sebuah pertumbuhan dapat kita artikan secara umum disini sebagai hasil dari suatu usaha pada tindakan tertentu sehingga menimbulkan perubahan kearah yang lebih kompleks dan berkembang atau banyak.

Gereja tidak berusaha untuk menjalankan penginjilan di tengah ruangan yang tertutup tetapi keluar ke dunia. Dasar dari perintah untuk mengkabarkan Injil di dunia adalah Matius 28: 18-20, Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Lalu bagaimana dengan adanya tindakan penginjilan apakah menjadi bagian utama dari pertumbuhan sebuah gereja ? Tidak dapat disangkal bahwa ada hubungan yang erat antara penginjilan yang berkembang kearah kebangunan rohani dengan pertumbuhan Gereja dan hal ini merupakan fakta sejarah. Kajian- kajian tentang peningkatan jumlah umat Kristen di negeri sendiri dan di dunia ketiga membuktikan fakta tersebut. Korea, India (Assam, Andhra Pradesh), Indonesia dan Afrika Timur menjadi saksi-saksi. Ada dua pelaku kebangunan rohani terbesar, yaitu Southern Baptis (Konvensi Baptis Selatan) dan the Assemblies of God (Gereja Sidang-Sidang Jemaat Allah) mereka adalah gerakan yang paling cepat berkembang di seluruh dunia.1 Organisasi Gereja tersebut merupakan bukti tentang teori kebangkitan pengembangan gereja sezamannya, bahkan seperti Kitab Kisah Para Rasul yang menjadi kesaksian dari abad pertama tentang bukti alkitabiah yang kita miliki. Kebangunan rohani diadakan dan disiarkan, akibatnya terjadi ekspansi gereja Kristen yang luar biasa.

PENGINJILAN

Penginjilan terutama berhubungan dengan perkembangan gereja karena pertobatan jiwa-jiwa baru. Tetapi, penginjilan juga berhubungan dengan pertumbuhan gereja secara biologis karena dalam arti yang sesungguhnya anak-anak dari orang-orang yang telah percaya itu juga perlu diinjili.

Amanat Agung menugaskan Gereja untuk pergi ke seluruh dunia serta menjadikan sekalian bangsa murid Tuhan (Matius 28:19; Lukas 24:46-48; Kis 1:8). Alkitab tidak menyuruh Gereja menobatkan dunia, tetapi menginjili dunia.2 Artinya Gereja berutang kepada seluruh dunia. Dewasa ini Tuhan sedang dan terus terjadi untuk memanggil dari bangsa-bangsa bukan Yahudi suatu umat bagi nama-Nya (Kisah Para Rasul 15:14) dan tindakan tersebut dilakukan-Nya dengan perantaraan Gereja dan Roh Kudus-Nya. Hal ini akan berlangsung terus sampai “ jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk” (Roma 11:25). Tidak satupun manusia mengetahui kapan jumlah yang dimaksudkan itu tergenapi atau terpenuhi tetapi hal ini sangat jelas sebagai sasaran yang diinginkan Kristus yang tegas dan melibatkan Gereja. Tetapi penginjilan pada hakikatnya tidak ada sangkut pautnya dengan pertumbuhan gereja yang dikarenakan perpindahan anggota gereja.

Sebuah tindakan penginjilan itu seperti apa yang Alkitab katakan di dalam Kisah Para Rasul 11:8 “ Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." Sehingga Penginjilan dapat diklasifikasikan sebagai berikut











Penjelasan :

  • Penginjilan A atau Penginjilan Kosong

    Penginjilan yang dilakukan di ruang lingkup yang kecil seperti keluarga atau proses bimbingan kepada orang-orang yang telah menjadi suatu anggota gereja kepada suatu penyerahan kepada Yesus Kristus yang menjadi total. Sewaktu hal ini terjadi, jumlah keanggotaan Gereja tidaklah bertambah tetapi secara kualitas dalam hal ini pola pikirnya terus meningkat dan lebih berkarakter Kristus.

  • Penginjilan B atau Penginjilan Tingkat I

    Penginjilan yang terjadi dengan tingkat territorial yang lebih luas lagi menuju lingkungan sekitar dari kelompok budaya yang sama kepada Kristus. Dimana penginjilan ruang lingkupnya adalah lingkungan kita sendiri seperti tetangga kita maupun lingkungan dekat dengan dimana kita berada sampai dengan tingkat territorial nasional. Untuk dapat melakukan hal ini tidak perlu mempelajari suatu bahasa asing atau membiasakan dengan makanan asing ataupun mengadaptasi pada adat istiadat yang baru.

  • Penginjilan C atau Penginjilan Tingkat II

    Untuk penginjilan ini kita melayani orang-orang dalam budaya yang serupa dengan budaya kita sendiri dalam pengertian tidak begitu jauh budaya yang biasa dilakukan dalam kehidupan mereka sehari-hari misalnya seorang Indonesia menginjili orang-orang Malaysia. Dimana kita tahu bahwa orang – orang Malaysia memiliki budaya yang tidak jauh berbeda dengan budaya Sumatera.

  • Penginjilan D atau Penginjilan Tingkat III

    Dimana dalam bentuk penginjilan ini budaya orang-orang yang saudara injili berbeda jauh dengan budaya saudara selain itu bahasanyapun berbeda sampai dengan makanan yang biasanya dikonsumsipun jauh berbeda misalnya menginjili orang-orang Jepang.

Penginjilan harus membangun jembatan komunikasi antar budaya untuk menyampaikan berita tentang Yesus Kristus dengan memperhatikan semua aspek sosial yang ada3.

Dasar Teologis dari penginjilan telah diletakkan dalam Perjanjian Lama, dasar ini diteruskan dalam dan oleh Perjanjian Baru, dan hubungan atau kaitan teologis penginjilan dapat dilukiskan sebagai berikut4 :

    1. Penginjilan Perjanjian Lama bersifat filosofis dan Perjanjian Baru bersifat praktis, dalam hal ini bukan berarti bahwa di dalam Perjanjian Baru tidak ada dasar Teologisnya mengenai Penginjilan tetapi lebih ditekankan pada sifat penginjilannya.
    2. Perjanjian Lama merupakan dasar tumpu teologi penginjilan dan Perjanjian Baru adalah penggenapannya. Yang dimaksud di sini ialah, bahwa di dalam Perjanjian Lama terdapat dasar falsafah dan kerangka kerja serta merupakan titik awal penginjilan, sedangkan teologi Penginjilan Perjanjian Baru dibangun di atas kerangka sni sebagai kelanjutan dan penggenapnya.
    3. Perjanjian Lama menekankan fakta tentang Allah sebagai inisiator penginjilan dan Perjanjian Baru menekankan Allah sebagai konsumator. Dalam hubungan ini dapat dikatakan bahwa prakarsa penginjilan mulai di hati Allah dimana Allah menyatakan diriNYA sebagai pencipta dan memperkenalkan diriNYA sebagai Pemberi Janji Keselamatan (berita Perjanjian Lama) dan secara historis demonstrative penginjilan Allah melalui Tuhan Yesus Kristus (berita Perjanjian Baru). Disini penginjilan tetap bersifat Teosentris dan Mesianik dari penginjilan itu yang digenapkan dalam Karya Tuhan Yesus Kristus.
    4. Perjanjian Lama memandang Salib ada di depan sedangkan Perjanjian Baru memandang Salib ada di belakang. Berdasarkan Perjanjian Lama penginjilan sebagai bentuk harapan dan kenyataan yang sedang terjadi, sedangkan Perjanjian Baru merupakan kenyataan ndan pemenuhan.
    5. Teologi Penginjilan Perjanjian lama lebih menekankan pada Allah(Reason & Konsep)dan dalam perjanjian Baru menekankan kepada Kristologi atau dapat dikatakan bentuk dari Pelaksananaan dan Penerapan.
    6. Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru menonjolkan penginjilan seperti aliran kuasa penyelamatan Allah yang aktif, dinamis dan berkesinambungan. Allah terus bekerja dalam penggenapan rencana penyelamatanNYA.

Kita menganggap penginjilan terutama sebagai usaha manusia untuk mendapat suatu koleksi fakta-fakta Teologi tertentu di hadapan orang-orang dan melakukannya sedemikian rupa sehingga mencapai puncak pada sebuah “keputusan“ yang didasarkan atas fakta-fakta tersebut. Aktivitas ini umumnya dilihat sebagai usaha untuk dibuat oleh dan darinya sendiri dengan sedikit kesadaran tentang apakah hal ini cocok dengan pekerjaan Roh Allah dalam kehidupan seseorang. Penginjilan harus dilihat sebagai suatu proses yang lebih luas dimana Allah bergerak dalam kehidupan seseorang. Proses ini mencakup tiga tahap, semuanya dipimpin oleh Roh Allah, meskipun Allah menggunakan manusia sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebut.5 Proses Prapertobatan yang pertama dikenal sebagai keinsafan (Yoh. 16:7-11). Kedua adalah pertobatan itu sendiri atau titik perubahan dari “kerajaan gelap” ke dalam “Kerajaan AnakNYA yang Terkasih” (Kol. 1 :13). Langkah ketiga adalah proses pasca-pertobatan untuk pertumbuhan dan pendewasaan (1 Ptr. 2:2).

PENGERTIAN PERTUMBUHAN GEREJA

Gereja adalah persekutuan orang-orang yang terpanggil untuk menjadi sarana berkembangnya kerajaan sorga yaitu dengan pengakuan mereka dan dengan ketaatan mereka terhadap peraturan-peraturan dan undang-undang kerajaan tadi, serta dengan pemasyuran Injil Kerajaan.

Bahwa Gereja dipenuhi oleh Kristus dengan segala kepenuhan Allah itu bukan suatu kenyataan yang bersifat rahasia atau mistis, melainkan suatu kenyataan yang dihubungkan dengan hidup Gereja yang kongkrit di dalam dunia ini.6 Oleh karena itu kepenuhan dan pemenuhan ini adalah suatu kenyataan yang menuntut pergumulan Gereja dengan segala kuasa yang ingin melepaskan Gereja dari Kristus dengan segala kekayaanNya. Kepenuhan dan pemenuhan ini hanya dapat menjadi kenyataan jikalau Gereja berjuang dengan segala kekuatannya untuk merealisasikannya.

Selamanya Gereja harus menjadi Gereja yang melayani. Ia adalah alat dan wakil dari Roh Kudus yang diam di tengah-tengah Gereja untuk melaksanakan rencana dan maksud yang telah ditetapkan Allah, untuk menjangkau seluruh umat manusia dan mengantisipasi perluasan ke seluruh dunia.

Pertumbuhan dapat dikatakan sebagai kemungkinan ilusi7. Bagaimanapun, pertumbuhan kuantitatif bisa menyesatkan. Itu mungkin tidak lebih daripada perkembangan yang cepat dari gerakan sosial atau gerakan psikologis yang muncul secara mekanis, suatu hitungan numeric, suatu pertumbuhan badan tanpa pertumbuhan urat nadi dan organ-organ penting. Itu juga mungkin merupakan kemajuan untuk umat Kristen, tetapi bukan terobosan dari agama Kristen. Kehidupan belum disentuh oleh Allah dan konsekuensinya belum terjadi transformasi. Akibatnya, astrologi, okultisme dan penyembahan terhadap roh-roh tetap mencekeram banyak orang. Semua membuktikan bahwa pada dasarnya semua itu terjadi hanya sesaat, pertumbuhan dengan bertambahnya jumlah anggota yang menganut Kristen dipicu oleh factor psikologis, sosiologis dan politis, dan bukan lahir oleh Roh Kudus. Sehingga pertumbuhan yang terjadi adalah pertumbuhan yang mengalami kekeringan Rohani yang akhirnya akan mati.

Dalam banyak hal, ekspansi dari umat Kristen telah mengorbankan kemurnian Injil dan kehidupan serta tatanan Kristiani yang sebenarnya. Gereja dipenuhi oleh kepercayaan-kepercayaan dan praktek-praktek pagan, teologis sinkretistik sebagaimana terbukti pada cabang-cabang kekeristenan kuno yang lebih banyak. Bagian terbesar dari Gereja telah menjadi kekristenan yang tercampur paganisme.

Sikap-sikap yang kurang kreatif, tidak luwes, konservatif budaya dan structural, ketetapan-ketetapan gerejawi dan berbagai tata cara liturgis, dan cara-cara yang tetap bentuknya dalam menghadapi gerakan-gerakan serta situasi-situasi kehidupan merupakan sebagian dari “Kejahatan-kejahatan” paling serius yang telah dilakukan oleh gereja terhadap Injil serta umat manusia. Sikap-sikap seperti ini telah mematikan kehidupan gereja, menolak (mengabaikan) orang banyak, melumpuhkan gerakan gereja. Namun kenyataan yang ada sekarang ini bahwa Injil dan gereja Alkitabiah yang masih tersisa untuk tetap hidup sepanjang abad.






KESIMPULAN

Saat ini, gereja kembali mengalami penambahan anggota secara besar-besaran. Adalah menjadi suatu pertanyaan yang besar pada diri kita yaitu Bagaimana kita dapat menguatkan momentum dari gerakan-gerakan besar dan benar-benar membawa umat ke dalam hidup yang benar dalam Kristus dan bukan sekedar berpindah agama?.

Jawaban yang sederhana ialah bahwa baik penginjilan, berdirinya gereja dan pertumbuhan gereja harus berorientasi pada Alkitab. Satu-satunya jawaban yang bisa diandalkan ialah berupaya kembali pada prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan yang digambarkan dalam Kitab Kisah Para Rasul.

Sebuah Gereja bertumbuh maksimal, jika dengan giat menjalankan fungsinya dalam penginjilan yang intensif dan ekstensif.

  • Bersifat ekstensif :

    Menjangkau semua kelompok dan orang dalam komunitas itu dan semua

    bangsa di bumi.

  • Bersifat Intensif :

Menyentuh semua fase pengalaman manusia dan menundukkan seluruh

kehidupan dibawah Kristus.

Akhirnya penginjilan harus bersifat terus-menerus, bukan sporadic. Penginjilan harus denyut hidup serta gaya hidup dari seluruh Gereja. Peningkatan kualitas penginjilan akan sangat baik bagi pertumbuhan Gereja, dan setelah Gereja bertumbuh secara kuantitas bertambah, jangan terjebak dengan urusan ke-organisasian Gereja yang akhirnya akan mematikan kobaran Api Roh Kudus dalam diri Jemaat hanya karena merasa gereja sudah menjadi besar sehingga menjadi lupa bahwa bukan karena Organisasi Gerejanya yang membuat gereja itu bertumbuh tetapi Firman Allah yang hidup dan terus berkobar di dalam diri para Jemaat sampai mengalami tranformasi yang dashyat dan terus meningkat.sehingga pertumbuhan tersebut dapat mencapai apa yang diinginkan Oleh Kristus.




DAFTAR PUSTAKA

  • ALKITAB
  • TEOLOGI PERTUMBUHAN GEREJA, George W. Peters, Gandum Mas, 2002
  • STRATEGI PERKEMBANGAN GEREJA, C. Peter Wagner, Gandum Mas, 2003
  • IMAN KRISTEN, Dr.Harus Hadiwijono, BPK Gunung Mulia, 2006
  • DINAMIKA PERTUMBUHAN GEREJA,Ron Jenson&Jim Stevens,Gandum Mas, 2004
  • GEREJA ZAMAN PERJANJIAN BARU & MASA KINI,D.A.Carson, Gandum Mas, 1997
  • PENGINJILAN MASA KINI Jilid 1, Pdt. Dr. Y. Tomatala, Gandum Mas, 1998
  • PENGINJILAN MASA KINI Jilid 2, Pdt. Dr. Y. Tomatala, Gandum Mas, 1998
  • KAMUS UMUM BAHASA INDONESIA, Prof.Dr.J.S. Badudu, Prof.Sutan Mohammad Zain, Pustaka Sinar HArapan, 1996

Tidak ada komentar: