Jumat, 19 Oktober 2007

Daniel Livius

MEMAHAMI PERJANJIAN LAMA III

(John Drane)

Iman Perjanjian Lama

Persekutuan Pembaca Alkitab

Pasal 9, Allah yang hidup

Siapakah Allah? Bagi sebagian orang, Allah adalah semacam ‘kekuatan’ yang tidak kelihatan yang membuat segala sesuatu berjalan sebagaimana mestinya. Beberapa orang bahkan memikirkan Allah dalam pengertian ‘hukum alam’. Yang lain menghubungkannya Allah dengan berbagai benda dari dunia alam, seperti matahari atau bulan, pepohonan atau bebatuan. Ada 3 hal yang secara khusus membedakan kepercayaan PL tentang Allah dari pandangan-pandangan lain yang lazim di dunia Israel purba;

  1. Allah tidak kelihatan : setiap bangsa yang berelasi dengan Israel menggambarkan para dewa dan dewinya dalam bentuk berhala. Kepercayaan bahwa Allah tidak kelihatan tertanam secara teguh pada setiap aliran penulis PL. Berhala dilarang dalam hukum kedua dari sepuluh perintah Allah (Kel. 20:4-5; Ul. 5:8-9). Kitab Yesaya memuat salah satu kecaman yang paling canggih terhadap penyembahan berhala ketimbang yang ada dalam karya sastra manapun (Yes. 44:9-20)
  2. Allah bukan kekuatan alam : kebanyakan agama di timur dekat kuno merupakan alat untuk menjelaskan dan mengontrol dunia alam yang mempengaruhi kehidupan manusia. Allah berada di atas alam, bukan bagian dari alam. Pada kesempatan tertentu Allah dapat digambarkan dengan memakai gambaran yang didapat dari gejala alam seperti terang atau api (Mzm. 104:2; Yeh. 1:27-28). Allah tidak dapat diindentifikasikan dengan kekuatan-kekuatan dunia alam (Kel. 19:8; Ul. 4:32, 36).
  3. Allah bukan suatu abstraksi : PL tidak pernah berusaha mendefinisikan Allah. Ini tidak mengherankan karena bila Allah lebih besar daripada inteligensia manusia. PL tidak pernah menganalisis Allah dengan cara yang abstrak.
  4. Seperti apakah Allah? Kitab-kitab PL menggambarkan cara Allah yang berbeda-beda ketika Ia menyatakan diri kepada umat-Nya. Tema-tema fundamental untuk gambaran total Allah dalam PL;

1. Allah yang aktif, PL lebih menekankan kepada fakta-fakta sejarah. Berita-berita para nabi, dan kitab-kitab sejarah, menyatakan bahwa Allah akan ditemukan dalam berbagai peristiwa kehidupan nasional Israel. Allah memilih umat-Nya (Kej 12:3), kasih Allah (Ul 26:7-8), kuasa Allah (Ia yang bertemu Musa di semak belukar yang terbakar (Kel. 3:1-10), Ia mengirim tulah-tulah kepada orang Mesir (Kel. 7:14-11:9) Ia membelah laut Merah (Kel. 14:1-31), keadialan Allah (Yes. 6:1-5).

2. Allah yang berpribadian,beberapa kisah di PL yang sangat mencolok dan tidak diduga-duga menggambarkan Allah terlibat dalam diskusi dengan umat-Nya, bahkan sampai mengubah pikiran-Nya (Kej. 18:16-33; Am. 7:1-6).

Bagaimana Allah dikenal?

  1. Anugerah Allah, Allah ingin mengikatkan diri kepada seluruh umat manusia dan untuk mencapai tujuan itu, Ia memanggil Abraham (Kej. 12:1-3)
  2. Firman Allah, para nabi dengan teguh mempertahankan berita-beria, karena mereka yakin, bahwa apa yang mereka katakana adalah firman Tuhan. Nabi Musa mengumumkan kisah keluaran sementara bangsa itu masih di perbudakan (Ul. 34:10-12).

Pasal 10, Allah dan dunia

Menemukan Allah di alam semesta dan sejarah, beberapa pemakaian bahasa dan yang ditemukan dalam kisah penciptaan dalam kitab kejadian (Kej. 1:1-2:4) kelihatan memiliki hubungan kisah-kisah dengan Mesopotamia tentang bagaimana dunia ini dibuat. Kitab kejadian telah disusun jauh sebelum pembuangan di Babel karena perlambangan mereka dan asumsi yang dibuat tentang daerah pedesaan dan keadaan cukup jelas menunjukan kepada latar belakang Palestina (Kej. 2:4-25).

Hubungan yang rusak dan permulaan baru, akibat ketidaktaatan dan keegoisan manusia adalah ;

  • ketidakharmonisan dengan alam. Sikap yang saling melayani dan saling bergantung antara manusia dengan dunia alam diganti dengan permusuhan saling mencurigai (Kej. 3:14-21)
  • Keterasingan dari Allah. Bukannya bertemu dengan Allah dalam hubungan yang intim, manusia menghindari Dia (Kej. 3:8-10), dan akhirnya diusir dari taman itu (Kej. 3:22-24)
  • Masyarakat yang rusak. dengan hubungan yang rusak di antara manusia, alam dan Allah, bahkan saudara bisa menjadi musuh. Jadilah Kain membunuh Habel, adiknya (Kej. 4:1-16).

Pasal 11, Allah dan umat-Nya

Kepercayaan dan tingkah laku, kelihatannya hampir merupakan sifat umat manusia yang umum untuk mengekspresikan keyakinan terdalam mereka dalam bentuk-bentuk tingkah laku khusus yang biasanya kita sebut lembaga agama. Israel tidak terkecuali. Nabi Mikha menekankan bahwa ibadah sejati Allah adalah jauh berbeda dan jauh menuntut (Mik. 6:8)

Menemukan kehendak Allah melalui hikmat, Salomo berdoa memohon hikmat, ia meminta diberikan kemampuan untuk “paham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat (1Raj. 3:9).

Menemukan kehendak Allah di dalam Taurat, seorang penulis puisi PL yang menulis, “Taurat-Mu adalah kegemaranku” (Mzm. 119:27), sepuluh perintah Allah (Kel. 20:1-17; Ul. 5:6-22).

Pasal 12, Beribadah kepada Allah

Beribadah kepada Allah yang kudus, di PL kebutuhan beribadah dikaitkan dengan fakta bahwa Allah itu kudus, yang menyatakan hal-hal yang spesifik mengenai Allah dan hubungan-Nya dengan umat manusia.

Allah yang tidak terbatas, para penulis puisi dan para nabi mengenal bahwa Allah berbeda dari manusia (Mzm. 139:6; Yes 40:13-14). Pengertian manusia mengenai karya Allah (Ay. 30:1-31)

Allah itu baik, karena manusia pada hakikatnya berlawanan dengan Allah, maka menerangkan Allah sebagai kudus berarti mengakui pula kegagalan manusia (Yes. 55:8).

Allah adalah kasih, bagi Yesaya, kesadaran yang menyakitkan atas kekudusan moral Allah sangat berkaitan dengan kebutuhan akan pengampunan (Yes. 6:5). Melalui tindakan simbolik ini Yesaya diberitahu “Kesalahanmu sudah dihapus dan dosamu sudah diampuni” (Yes. 6:7).

Romy R Matulessy

"MENGAPA GALILEA?"

Jika Anda ditanya, danau manakah yang terindah di dunia? Sebagai orang Indonesia tentu kita akan menjawab Danau Toba sekalipun kita belum pernah ke sana. Kalau orang Amerika yang ditanya, mungkin akan menjawab Danau Michigan, Danau Huron, atau Danau Superior di Negara Bagian Michigan. Namun kalau kita bertanya kepada orang Israel, mereka akan menjawab `Danau Galilea`. Mengapa demikian? Karena menurut para Rabbi Yahudi, tatkala Allah menciptakan dunia ini, terakhir yang Dia ciptakan adalah Danau Galilea untuk dinikmati-Nya sendiri. Bagi yang pernah ke Israel tentu tahu dan mengagumi keindahan pemandangan Danau Galilea dan sekitarnya yang selalu ditonjolkan sebagai salah satu objek turis utama di Israel.

Pada hari pertama kebangkitan Tuhan di hari Paskah, Dia memerintahkan murid-murid-Nya untuk berkumpul di Galilea (Matius 28:1-10). Mengapa Galilea? Bukan Betlehem tempat kelahiran-Nya? Dan bukan pula Nazaret di mana Dia dibesarkan? Juga bukan ke sungai Yordan di mana Dia dibaptiskan? Apakah Yesus ingin bersantai-santai dengan murid-murid-Nya sambil menikmati pemandangan Galilea yang menakjubkan itu setelah mengalami tekanan emosi dan keletihan jasmani akibat kekejaman serta tindakan para tentara Romawi dan pemimpin agama Yahudi? Sekarangkah waktunya untuk relaks dan istirahat? Sama sekali bukan! Yesus menyuruh murid-murid-Nya ke Galilea bukan saja untuk mengenang kembali saat yang indah di mana mereka banyak melewati waktu bersama, melainkan juga agar mereka memperoleh penyegaran rohani serta pembaharuan motivasi untuk tugas lebih lanjut. Mereka perlu ke Galilea agar mereka mempunyai kesempatan untuk merenungkan kembali serta mengevaluasi relasi mereka dengan Tuhan. Mereka diperintah-Nya ke Galilea untuk mengadakan semacam mini retreat bersama Tuhan, mundur sejenak untuk menemukan kembali panggilan dan jati diri yang semula.

Panggilan Menjadi Penjala Manusia

Penginjil Matius mencatat peristiwa panggilan pertama rekan-rekannya sebagai berikut: "Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia." (Matius 4:18-22)

Bukan secara kebetulan Yesus memanggil murid-murid-Nya yang mula- mula untuk menjadi penjala manusia di Danau Galilea. Karena sebelumnya Dia sudah mengenal mereka seperti yang ditulis oleh Rasul Yohanes dalam Yohanes 1:35-51. Yesus memanggil mereka di Danau Galilea untuk mengalami transisi hidup, suatu perubahan orientasi hidup. Danau adalah pertemuan antara tanah dan air, darat, dan danau atau laut; suatu lokasi di mana terjadi transisi, dari tanah ke air atau sebaliknya.

Bagi Petrus, Andreas, Yakobus, dan Yohanes Danau Galilea adalah tempat di mana mereka membersihkan perahu dan jala setelah mereka menangkap ikan. Danau Galilea adalah juga tempat mereka untuk berusaha dan bekerja keras serta mendapatkan nafkah. Dari Danau Galilela mereka berlayar ke tengah danau untuk menangkap ikan hidup menjadi ikan yang mati. Namun, dengan mematuhi serta mengikut panggilan Tuhan: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.", di Danau Galilea juga mereka mengalami transisi hidup, perubahan orientasi hidup. Di Danau Galilea mereka telah melakukan pilihan yang bukan saja mengubah arah dan tujuan hidup mereka, melainkan juga menentukan makna hidup mereka selanjutnya. Di Danau Galilea mereka membuat pilihan untuk meninggalkan comfort zone mereka. Ada batas yang harus dilangkahi, ada halangan yang harus diatasi, dan ada relasi yang harus digeser yaitu meninggalkan keluarga mereka. Namun yang terutama, ada kenikmatan tersendiri sebagai penjala ikan yang harus ditinggalkan lalu beralih menjadi penjala manusia yang mati dalam roh agar mendapatkan hidup baru di dalam Tuhan. Peralihan itu menuntut pengorbanan ekstra! Setelah kebangkitan-Nya, Yesus menyuruh murid-murid-Nya berkumpul di Galilea bukan untuk kembali menjala ikan seperti yang dilakukan oleh Petrus dan kawan-kawan (Yohanes 21:1-3), melainkan untuk mengingatkan mereka kembali akan panggilan mereka mengikut Yesus dan menjadi penjala manusia.

Saudara, hendaknya peringatan Kebangkitan Tuhan mengingatkan kita juga akan tugas dan panggilan kita sebagai orang-orang percaya untuk menjadi penjala manusia. Setiap kita adalah penjala manusia, jika kita tidak menjala manusia maka kita bukanlah pengikut Kristus. Menjala manusia bukankah suatu pilihan bebas untuk orang percaya, menjala manusia adalah mandat untuk dipatuhi oleh setiap pengikut Kristus. Lihatlah dunia sekeliling kita, bukankah masih banyak manusia yang masih hidup dalam dosa dan mati di dalam roh? Mereka membutuhkan Juruselamat yaitu Tuhan Yesus Kristus yang adalah Anak Domba Allah Sang Penebus dosa dunia. Memang tidak semua kita terpanggil sebagai hamba Tuhan penuh waktu seperti pendeta atau penginjil, namun setiap kita dapat menjadi penjala manusia.

Seseorang dapat menjadi penjala manusia dengan menggunakan kail pendek dengan mata-pancing tunggal untuk menjangkau orang-orang setempat tinggal, sekantor, sekelas atau keluarga terdekat. Kita juga dapat menggunakan kail yang lebih panjang dengan mata-pancing berganda untuk menjangkau para tetangga, keluarga jauh atau orang- orang yang kita jumpai di pusat perbelanjaan dan sebagainya. Tentu ada juga yang dapat menjala di kebaktian-kebaktian istimewa seperti para pendeta atau penginjil untuk menjangkau massa yang lebih luas.

Rick Warren, gembala sidang Saddleback Valley Community Church di Lake Forest California Selatan, yang terkenal dengan seminar Purpose-Driven Church-nya, sehingga gerejanya dapat bertumbuh dari empat orang menjadi 15.000 anggota jemaat menggunakan berbagai strategi penginjilan untuk memenangkan jiwa. Salah satu nasihatnya yang terpenting adalah "use more than one hook" (gunakan lebih dari satu mata kail). Oleh karena itu apa pun cara atau metode yang hendak digunakan jadilah penjala manusia.

Di Galilea setelah kebangkitan Tuhan, para murid menemukan kembali tujuan panggilan mereka mengikut Tuhan. Setelah kenaikan Tuhan ke surga, mereka mengikut Tuhan dengan setia, bahkan kebanyakan harus mati sahid, menjadi martir Kristus yang terpencar ke seluruh penjuru dunia untuk menjala manusia. Sudahkah di hari Paskah ini kita juga menemukan kembali panggilan Galilea kita?

Percaya akan Kuasa Transformasi Tuhan

Di Galilea para murid bukan saja dipanggil untuk menjadi penjala manusia, namun mereka juga mendapatkan hak istimewa menyaksikan mujizat pertama Tuhan yang menyatakan keilahian dan kemuliaan-Nya dengan mengubah air menjadi anggur di pesta pernikahan di Kana (Yohanes 2:11).

Apakah yang dipercaya mereka? Yang dipercaya mereka ialah bahwa Tuhan sanggup melakukan "hal-hal yang lebih besar" daripada sekadar mengetahui atau melihat terlebih dahulu Natanael berada di bawah pohon ara (Yohanes 1:43-51). Di Pesta pernikahan itu Yesus mengubah air yang dingin, tanpa warna, tanpa rasa, dan tanpa harga serta yang hanya digunakan untuk mencuci kaki menjadi anggur yang mempunyai warna, rasa, dan harga serta dapat menghangatkan tubuh. Tuhan membuat anggur dengan menggunakan apa yang tersedia yaitu tempayan dan air yang ada di situ, bukan mencari sesuatu yang luar biasa untuk membuat anggur. Air yang diubah menjadi anggur itu bukan saja menjadi berkat bagi sang pengantin tetapi juga bagi semua yang hadir di pesta itu. Itulah kuasa tranformasi Tuhan.

Dari tanda mujizat pertama di Galilea itu Tuhan menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa seperti air yang diubah menjadi anggur itu, hidup mereka yang sederhana sebagai nelayan-nelayan dapat diubah Tuhan menjadi berkat bagi banyak orang. Mereka mengalami kuasa tranformasi Tuhan dalam hidup mereka. Bagaikan anggur yang yang terus-menerus memberikan kehangatan serta rasa, warna, dan harga bagi orang-orang yang dilayani.

Yesus mengumpulkan murid-murid-Nya di Galilea agar sekali lagi mereka mau mendedikasikan hidup mereka kepada Tuhan. Hidup yang selama beberapa hari terakhir mengalami `pukulan` yang luar biasa. Guru yang mereka puja dan kagumi ternyata harus mati disalib bagaikan seorang kriminal yang tidak berdaya dan tidak bisa membela diri. Mereka semua melarikan diri ketika Tuhan ditangkap bahkan Petrus, murid andalan Yesus; menyangkal Tuhan sampai tiga kali. Mengingat semua kegagalan itu mereka pasti menganggap diri sudah tidak berguna lagi seperti air yang dingin tanpa rasa, tanpa warna, dan tanpa rasa itu; hanya layak untuk mencuci kaki saja.

Dengan mengumpulkan murid-murid-Nya di Galilea Tuhan ingin sekali lagi mengingatkan dan menunjukkan mereka akan kuasa transformasi-Nya yang dapat mengubah hidup. Mereka yang menganggap diri tidak layak lagi melayani Tuhan karena telah bersikap pengecut dan penakut dapat dipulihkan dan dibentuk kembali menjadi utusan-utusan Kristus yang penuh kuasa ilahi. Transformasi tersebut dilakukan Tuhan tatkala Dia berdialog dengan Petrus sebagai `wakil` teman-temannya di Danau Galilea, karena memang selama ini Petrus selalu menjadi `juru bicara` rekan-rekannya. Ketika Tuhan sebanyak tiga kali berkata kepada-Nya: "Gembalakan domba-domba-Ku" (Yohanes 21:15-17) pada saat itulah bukan saja Tuhan mengampuni Petrus dan kawan-kawannya, melainkan juga dipercaya kembali untuk melaksanakan Amanat Agung Kristus, memberitakan Injil ke seluruh penjuru dunia. Dan selanjutnya kita tahu adalah sejarah! Karena kesetiaan Petrus dan rekan-rekannya serta pengikut-pengikut Kristus lainnya dalam waktu yang sangat singkat, hanya kurang lebih empat abad Injil telah diberitakan ke seluruh benua yang dikenal saat itu: Asia, Eropa, dan Afrika, melalui pemberitaan Injil yang penuh kuasa dan urapan Roh yang disertai manifestasi-manifestasi adi kodrati. Semua itu bisa terjadi karena mereka telah mengalami kuasa transformasi Tuhan di Galilea.

Bila Anda ke Dakota Selatan. Anda dapat melihat suatu karya seni patung yang menakjubkan yang dikerjakan oleh seorang pemahat bernama Gutzon Borglum (1871-1941). Borglum telah menghasilkan suatu karya seni yang tak pernah dipikirkan orang, yakni memahat empat wajah Presiden Amerika: George Washington, Thomas Jefferson, Abraham Lincoln, dan Theodore Roosevelt pada bukit karang Black Hills. Untuk memahat patung-patung tersebut Borglum bersama para pekerjanya bergelantungan pada tali di ketinggian kurang lebih 150 meter di atas dasar lembah. Mereka memakai berbagai alat, mulai dari pahat sampai dinamit untuk menciptakan wajah-wajah yang tingginya setara dengan gedung bertingkat lima itu. Borglum memerlukan waktu 14 tahun untuk menyelesaikan proyek tersebut. Sebagaimana Borglum telah mentransformasi bukit batu menjadi patung-patung yang indah dan menakjubkan demikian juga dengan kuasa transformasi-Nya Tuhan dapat mengubah hidup Anda.

Saudara, setelah kita memperingati Kebangkitan Tuhan hendaknya mengingatkan kita juga akan kuasa transformasi Tuhan yang bukan saja sanggup mengubah air menjadi anggur, melainkan juga murid-murid-Nya yang gagal menjadi berhasil dalam pelebaran kerajaan Allah. Mungkin selama ini saudara merasa sebagai Kristen yang gagal seperti murid- murid yang pengecut dan penakut itu. Marilah kita datang pada-Nya sebagaimana adanya kita seperti Petrus yang berlari mendapat Kristus di Danau Galilea. Memohon pengampunan dan pemulihan-Nya. Di Galilea setelah kebangkitan Tuhan, para murid murid-murid mendapatkan kesempatan kedua menemukan kembali jati diri mereka yang sebenarnya. Kiranya di hari Paskah ini kita juga mendapat kesempatan kedua menemukan kembali jati diri kita di Galilea kita masing-masing. Menjadi pengikut-pengikut Kristus yang ditransformasikan oleh kuasa kebangkitan-Nya. Menjadi orang-orang percaya yang hidup berkemenangan seperti kemenangan Tuhan yang telah mengalahkan maut.

DAFTAR PUSTAKA

* Alkitab
* Sumber Internet
* Ensiklopedi Alkitab (Yayasan Komunikasi Bina Kasih / OMF )
* Tafsir Alkitab Perjanjian Baru (Kanisius 2002)

Selasa, 16 Oktober 2007

Aditya Putra


METANOIA

Sejarah dari Terjemahan PB akan Metanoia

Latin Kuno

Para Bapa Latin menerjemahkan metanoia sebagai paenitentia yang berarti, “penebusan dosa” atau “tindakan penebusan dosa”. Mereka sadar bahwa untuk mendapatkan keselamatan kekal manusia harus melakukan tindakan penebusan dosa seperti yang ditunjukkan oleh pendeta dari orang yang mengakuinya.

Vulgata Latin

Jerome membentuk terjemahan Latin kunonya sebagai yang berotoritas saat dia mengambil paenitentia sebagai terjemahan dari metanoia. Sistem penebusan dosa menjadi jalur dimana seseorang berharap mendapatkan anugrah.

Versi Inggris Awal

John Wyccliffe, “the Morning Star Of The Reformation”, mengawali penyelesaian English Bible diakhir tahun 1300’s. Sayangnya karyanya tidak didasarkan atas Yunani dan Ibrani asli, tapi terjemahan literal vulgate. Maka itu tidak mengherankan kalau dia menerjemahkan bahasa Latin agite paenitentiam sebagai “melakukan penebusan dosa”. Ini diadopsi dalam tahun 1609-1610 dalam versi Roman Catholic Douay Version.

William Tyndale menghasilkan PB cetak Inggris pertama ditahun 1526. Dia menggunakan bertobat dan pertobatan untuk kata me anoia dan metanoeo….suatu perbaikan besar atas melakukan penebusan dosa tapi masih membingungkan dalam banyak konteks lain.

Versi Inggris yang kemudian, didalamnya Authorized atau King James Version tahun 1611, sangat berhutang pada phraseology-nya Tyndale, termasuk kata bertobat dan pertobatannya.

Terjemahan pertobatan kelihatannya tetap memepertahankan pengertian bahwa seseorang harus berbalik dari perbuatan dosanya untuk mendapatkan kebaikan Tuhan. Tapi, itu menghilangkan pendapat bahwa, seseorang harus mengakui dosanya ke pendeta dan melakukan pekerjaan baik sebelum dia mendapat (atau mendapatkan kembali) anugrah.

Terjemahan Modern

Terjemahan modern pada umumnya menerjemahkan metanoia sebagai pertobatan. Walau ini adalah peningkatan dari terjemahan Latin “penebusan dosa”, didalam banyak kasus, kurang mencerminkan artinya dalam PB.

Arti Dari Metanoia dalam PB

Arti Dasar: Perubahan Pikiran

Pengertian pre-Christian dari metanoia sebagai suatu perubahan pikiran juga merupakan pengertian dasar PB. Ini bisa dilihat dalam Heb 12:17 sbb “Sebab kamu tahu, bahwa kemudian ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya (Metanoia), sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata”. Apa yang tidak bisa ditemukan Esau? Bukan tidak bisa berbalik dari perilaku berdosanya. Itu bukan penebusan dosa. Hal yang tidak bisa ditemukannya adalah cara untuk mengubah pikiran ayahnya. Hal ini jelas. Betapapun dia memohon, dia tidak bisa mengubah pikiran Ishak.

Seluruh PB memasukkan pengertian perubahan pikiran yang ada saat itu. Tapi, jika konteksnya jelas menunjukkan hal perubahan pikiran seseorang, dimungkinkan ditemukannya terjemahan Inggris yang lebih halus. Sebagai contoh, jika seseorang berubah pikiran mengenai perbuatan berdosanya, istilah pertobatan bisa mewakilinya dengan baik.

Ada empat tipe khusus dari penggunaan metanoia dalam PB. Kita sekarang akan membahasnya.

Suatu Sinonim bagi Keselamatan Kekal

Didalam beberapa bagian, metanoia digunakan via metonymy sebagai suatu synonym bagi keselamatan kekal. Kasus ini melibatkan metonymy dari sebab akibat. Sebabnya adalah perubahan pikiran mengenai Kristus dan InjilNya. Akibatnya adalah keselamatan kekal. Maka itu saat kita membaca 2 Pet 3:9 “ Tuhan …menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat (metanoia),”artinya sama dengan 1 Tim 2:4 “Tuhan menghendaki supaya semua orang diselamatkan.”

Luk 5:32 menggambarkan penggunaan yang sama: “Aku dating bukan untuk memanggil orang benar, tepai orang berdosa, supaya mereka bertobat (metanoia).”Yesus menegaskan bahwa Dia tidak datang untuk memanggil mereka yang berpikir dirinya benar.

Suatu Perubahan Pikiran Mengenai Perilaku Berdosa = Pertobatan

Pada beberapa kejadian metanoia digunakan dalam konteks perubahan pikiran yang dilihat dengan jelas berkaitan dengan praktek berdosa seseorang. Sebagai Contoh, didalam Luk 17:3-4 Yesus mengajar murid-murid bahwa mereka harus mengampuni semua yang berdosa terhadap mereka jika mereka dating dan menunjukkan kalau mreka menunjukkan perubahan pikiran mengenai dosa mereka. Didalam kasus ini yang lainnya ‘pertobatan’ merupakan pilihan terjemahan yang baik. Kita mengampuni semua orang berdosa terhadap kita dan kemudian bertobat.

Suatu Perubahan Pikiran Mengenai Diri dan Kristus

Banyak bagian PB menggunakan metanoia didalam konteks dimana seseorang mengubah pikirannya mengenai dirinya dan Kristus. Sebagai contoh, didalam Acts 2:38, setelah menuntut pendengar Yahudinya karena menyalibkan Mesias mereka dan menjawab pertanyaan mereka, apa yang harus mereka lakukan? Petrus memanggil mereka untuk merubah pikiran amereka mengenai Yesus Kristus. Mereka telah menolak Dia. Sekarang mereka bisa menerima Dia. Merasa diri benar jelas berlawanan dengan iman (Luk 18:9-14).

Didalam penggunaan seperti ini metanoia muncul sebagai sinonim bagi pistis ( Iman).

Suatu Perubahan Pikiran Mengenai Berhala dan Tuhan

Didalam bagian objek metanoia dinyatakan sebagai berhala dan Tuhan (Acts 17:29-31). Paulus memberitahukan para filsuf Atena bahwa Tuhan membangkitkan Yesus Kristus dari kematian dan Dia akan dating kembali sebagai Hakim. Dia memberitahu para pendengarnya bahwa untuk bisa selamat dari hukuman harus mengubah pikiran mereka mengenai berhala dan Tuhan dan manusia yang Dia kirim dan akan datang kembali. Mereka harus mengalihkan berhala mereka kepada Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus.

Ringkasan

Metanoia digunakan dalam PB dalam berbagai cara, semuanya memiliki pemikiran perubahan pikiran. Didalam beberapa konteks digunakan via metonymy sebagai sinonim keselamatan kekal. Didalam konteks seperti itu metanoia digunakan sebagai sinonim bagi iman.

    1. Arti Dari Metamelomai


Arti dasar dari metamelomai “mersa menyesali”. Didalam 2Kor 7:9 Paulus menunjukkan bahwa dia tidal lagi menyesal mengirim mereka surat yang membuat mereka menyesal, walau awalnya dia menyesali.

Penyesalan biasanya membawa pemikiran perubahan pikiran. Didalam Mat 21:29 Yesus menceritakan perumpamaan 2 orang anak. Keduanya disuruh bekerja dikebun anggur. Seorang berkata tidak, tetapi berubah pikiran dan pergi. Anak lain berkata setuju, tetapi tidak pergi.

Setelah menglhianati Yesus, Yudas menyesali apa yang telah dilakukannya, memberikan uang darahnya, dan menggantung dirinya (Mat 27:3) Yudas “bertobat”dalam pengertian ini atau lebih tepatnya sangat menyesali dirinya (NKJV).

Walau pada umumnya diterjemahkan dalam cara itu, tidak ada penggunaan metamelomaididalam PB dimana kata pertobatan merupakan terjemahan yang tepat.

    1. Arti Dari Strepho Compounds


Walau mereka tidak pernah diterjemahkan sebagai pertobatan, majemuk dari sterpho didalam beberapa konteks membawa pemikiran berbalik dari dosa. Pengertian dasar dari majemuk ini adalah berbalik dari atau kepada sesuatu. Majemuk ini adalah istilah yang berhubungan dengan PL shu,b

Berbalik kepada Tuhan digunakan dalam PB seperti dalam PL, sebagai ekspresi iman dan konversi. Didalam PB tidak ada penggunaan kata kerja ini untuk menunjukkan bahwa seseorang hanya berbalik dari dosanya untuk mendapat keselamtan kekal.

    1. Kesimpulan
    2. Saya masih tidak yakin apa yang dimaksud orang ditempat atletik di T-shirtnya. Kata bertobat memiliki arti yang pasti dalam bahasa Inggris. Tapi, tidak semua yang menggunakan itu memiliki defini normal dalam kamus. Sebagaian hanya sebagai pengakuan dosa seseorang. Pengertian lainnya perubahan pemikiran mengenai Yesus Kristus. Orang lain mengerti itu sebagai berbalik dari dosa seseorang.

Saya berharap kita bisa menerjemahkan kembali PB, itu akan membuat pengajaran dan pemberitaan bagian yang menggunakan metanoia lebih mudah. Itu akan menghilangkan kebingungan banyak orang saat mereka mebaca Alkitab mereka dan mereka membaca serta melihat bertobat.

Satu-satunya kata bertobat merupakan pilihan terjemahan yang tepat adalah saat objek metanoia adalah perbuatan berdosa. Suatu perubahan pikiran terhadap perbuatan berdosa setara dengan pertobatan. Hampir satu abad yang lalu, dalam The Great Meaning Of Metanoia, Treadwell Walden memutuskan terjemahan Latin dan Inggris dari metanoia sebagai suatu “ terjemahan yang sangat salah / extraordinary mistranslations. ”




Senin, 15 Oktober 2007

MARSEL J. TUMBELAKA

PENGENALAN PRIBADI ALLAH DARI SEJARAH MANUSIA PERJANJIAN LAMA

PENGENALAN PRIBADI ALLAH DARI SEJARAH MANUSIA PERJANJIAN LAMA

Ditengah-tengah peradaban regenerasi manusia dari tahun ke tahun, manusia sudah sampai pada tingkat modernisasi dunia. Oleh sebab itu, manusia mulai mempertanyakan keberadaan Allah yang sesungguhnya. Para Filsuf dan Teolog, demikian juga tidak terhitung orang awam disepanjang masa, telah mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan definisi-definisi dan asumsi yang mereka pelajari sendiri baik berdasarkan pengalaman maupun sejarah manusia itu sendiri. Sedangkan dalam perjanjian lama, keberadaan Allah tidaklah diperdebatkan. Oleh sebab itu, perjanjian lama menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan cara yang berbeda sama sekali.

Ada tiga hal yang secara khusus membedakan kepercayaan perjanjian lama tentang Allah dari pandangan-pandangan yang lazim didunia Israel purba:

  1. Allah tidak kelihatan

      Setiap relasi bangsa-bangsa lain terhadap bangsa Israel menggambarkan para dewa dan dewi dalam bentuk berhala. Sedangkan Allah sendiri yang memerintahkan Musa, menjabarkan hukum-Nya untuk tidak menyembah berhala atau yang menyerupai apapun juga.

  1. Allah bukan kekuatan alam

      Kebanyakan agama ditimur dekat kuno merupakan alat untuk menjelaskan dan mengontrol dunia alam yang mempengaruhi kehidupan manusia. Sedangkan perjanjian lama, Allah adalah pencipta bumi dan segala isinya. Itu artinya Allah berkuasa atas alam dan bukan bagian dari alam.

  1. Allah bukan suatu abstraksi

      Buku-buku teologi sistematika modern, sering mendefinisikan keberadaan Allah secara abstrak. Seakan-akan ada semacam formula kimai atau sistematis untuk mengetahui keberadaan-Nya. Sedangkan perjanjian lama tidak menganalisis Allah sebagai specimen dibawah miskroskop. Akan tetapi lebih mengacu pada definisi fungsional, yaitu dengan menelusuri kerelevansian-Nya dalam kehidupan dan pengalaman manusia, seperti “Kasih” sebagai kunci untuk mengenal kepribadian-Nya.







Perjanjian lama (PL) berisikan kitab-kitab yang menunjukan bagaimana Allah berelasi dengan situasi kehidupan sehari-hari yang lebih biasa, baik dalam kehidupan masyarakat ataupun dalam pengalaman pribadi rohani. Dengan variasi yang sedemikian, PL membuat banyak perspektif yang berbeda tentang keterkaitan Allah dengan umat-Nya, yang lebih bersifat Fundamental untuk gambaran total PL tentang Allah. PL melihat bahwa aktivitas Allah tidak dilihat didalam insiden-insiden yang terpisah, namun dalam keutuhan kisah itu seluruhnya. Sesungguhnya hanya karena Allah bekerja maka sejarah dapat memiliki arti yang koheren. Hal ini tentu menjelaskan bahwa sejarah manusia merupakan bentuk aktivitas Allah dalam rancangan-Nya.

    1. Allah memilih umat-Nya

      Bagi bangsa Israel, kisah Abraham sebagai Bapa atas segala bangsa dan bagaimana keturunan Abraham dibebaskan dari perbudakan di Mesir merupakan suatu kisah yang bukan sekedar cerita. Akan tetapi lebih mengacu untuk mengingatkan mereka pada kebaikan Allah dan tanggung jawab mereka. Oleh sebab itu, bagi bangsa Israel kelepasan yang dramatis dari perbudakan dan pendudukan ditanah kanaan bukan sekedar atau disebabkan faktor-faktor geografis tau sosial. Tetapi hal itu merupakan tindakan Allah sendiri (tanpa campur tangan-Nya hal itu tidak mungkin terjadi).

    1. Kasih Allah

      Karakter diberikan dimensi sosial yang kuat oleh para Nabi untuk mengingatkan umat bahwa Allah memberikan perhatian khusus bagi mereka yang menjadi korban penindasan yang tidak adil. Kisah keluaran bukanlah hanya demonstrasi tindakan Allah yang penuh kuasa didalam sejarah., tetapi merupakan suatu pengalaman atas kasih-Nya yang sungguh-sungguh digenapi ketika kasih itu dipusatkan kepada mereka yang tidak mempu menolong diri mereka sendiri.

    1. Kuasa Allah

      Kuasa Allah atas kehidupan adalah hal yang dominan. Allah bertindak bukan hanya didalam kehidupan umat-Nya untuk membawa mereka kepada keselamatan, tetapi Ia juga mengontrol kuasa-kuasa alam, seperti sejarah Allah memerintahkan liah api dan membelah laut teberau.

    1. Keadilan Allah

      Pada pusat iman PL, terdapat kepercayaan bahwa Allah bertindak sesuai dengan standar keadilan-Nya sendiri, bukan secara sewenang-wenang atau tidak dapat diterka. Inti dan hubungan Allah dengan umat-Nya adalah moralitas dan perjumpaan dalam konteks tantangan moral.

DAFTAR PUSTAKA

  • ALKITAB
  • Drane, John. “Memahami perjanjian lama III”, 2003; Penerbit yayasan persekutuan pembaca Alkitab.











Jezelin Grace de Fretes

EFFECTIVE PARENTING

IN A DEFECTIVE WORLD
TUGAS MAKALAH

Mata Kuliah : Pengantar Teologi

Dosen : Pdt. Petrus ambarita, MTh

OLEH : JEZELIN GRACE DE FRETES

STT TIBERIAS – KEPEMIMPINAN KRISTEN

ANGKATAN I

FORWARD

Di era globalisasi ini, peranan dunia digital dan elektronik makin terasa sangat signifikan. Apapun dalam hidup ini pasti menggunakannya. Bahkan keduanya sudah merambah segi-segi rohani manusia. Sebut saja Alkitab Elektronik, banyaknya tools software yang membantu seorang pengkhotbah dalam mempersiapkan khotbahnya. Bukan hanya itu saja, dunia digital dan elektronik ini juga merambah dunia anak-anak. Jika dulu kita cukup puas dengan mainan mobil dari kulit jeruk, boneka dari ikatan kain, permainan congklak, galasin, pada saat ini hampir setiap anak di kota metropolitan memiliki ponsel, personal computer, sehingga melalui kedua perangkat ini, wawasan setiap anak menjadi lebih luas.

Kemajuan teknologi bila digunakan dengan benar sangat besar manfaatnya, namun sangat disayangkan sebagian besar dari penggunanya menggunakannya di jalan yang salah. Bahkan dunia anak-anak pun terkena dampak negative dari penyalahgunaan media elektronik dan digital ini.

Di kesempatan kali ini saya akan membahas bagaimana dunia anak-anak memerlukan penanganan yang serius dalam menghadapi kemajuan eknologi digital dan eletronik. Saya melihat peranan orang tua dalam hal ini sangat penting sekali. Karenanya pada bab-bab berikut, saya akan membahas bagaimana ‘oknum” yang dari semula sudah menjatuhkan manusia dengan segala daya upayanya. Dan bagaimana dunia anak-anak telah diperlakukan dengan kejam olehnya. Tapi Tuhan sangat sayang kepada kita sehingga Dia tidak henti-hentinya selalu mau repot untuk kita sehingga kita selalu menang dalam segala keadaaan. Termasuk dalam urusan anak-anak kita.

Saya sangat senang dengan istilah “ mau repot”. Kalau bukan karena Tuhan yang mau repot untuk kita, tidak mungkin Dia mengutus AnakNya terkasih untuk menebus Saudara dan saya, meninggalkan 99 domba dan mencari 1 yang tersesat. Bukankah Allah kita adalah Allah yang mau repot untuk kita? Betapa dahsyatnya Allah kita!

Tulisan ini bukan ditujukan untuk orang tua yang bertujuan agar anak-anaknya berhasil di dunia sekuler, menjadi sukses, kaya, tenar, terpandang saja, tetapi tulisan ini ditujukan untuk orang tua yang ingin anaknya tetap menjaga kekudusan pribadi dalam dunia yang semakin menuju kepada kebinasaan, sehingga, Matius 6 : 33 – Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu – akan digenapi dalam setiap kehidupan anak kita.

Saya sangat berharap agar tulisan ini dapat bermanfaat bagi setiap pembaca.

Tuhan Yesus memberkati………………..

Penulis

Dengan penuh cinta untuk ananda tersayang

Samuel Ishak Ruben……………..
DAFTAR ISI

    1. POLA STRATEGI SETAN
    1. KEKUDUSAN PRIBADI DALAM DUNIA YANG RUSAK
    1. EFFECTIVE PARENTING IN A DEFECTIVE WORLD

    LITERATUR REFERENSI

    BAB I

    POLA STRATEGI SETAN

    Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan , karena dari situlah terpancar kehidupan (Amsal 4:23).

    Segala bentuk kejahatan di dunia ini baik dalam skala besar atau kecil, baik dilakukan secara terorganisir atau pun hanya suatu keisengan belaka, dilakukan oleh orang dewasa atau bahkan sekalipun oleh anak kecil, semuanya itu tak lepas dari pengaruh si “ular tua”.

    Dari sejak kejatuhan si “ular tua” ke dalam dosa tak henti-hentinya dia melakukan segala tipu daya, bujukan, rayuan agar setiap manusia jatuh ke dalam dosa. Target utamanya adalah agar setiap anak Tuhan tidak bersandar lagi sepenuhnya kepada Tuhan, dan itu bukan saja melanda orang dewasa, tetapi juga anak-anak kita, generasi penerus kita!

    Karenanya untuk mengetahui sepak terjang si “ular tua”, kita perlu mengetahui pola strategi si “ular tua”.

    Kaum skeptis mencoba memberitahu kita bahwa segala sesuatu yang berbau setan adalah hanya sisa mitos kuno dan takhayul belaka. Tetapi jika kita menerima otoritas Alkitab yang inneransi, kita harus mempercayai bahwa setan itu adalah hal yang nyata (Matius 25:41) dan

    harus diwaspadai. Bukan hanya diwaspadai tetapi harus dihancurkan! (Efesus 6:12)

    Berikut saya mencoba untuk mengikhtisarkan pola strategi si “ular tua” ke dalam suatu bagan yang dapat memudahkan kita untuk dapat membaca sepak terjangnya.

    POLA STRATEGI SI “ULAR TUA”

NO SEBUTAN SETAN SASARAN SETAN SENJATA SETAN TUJUAN SETAN PERTAHANAN KITA
1 Sang Penipu

Yoh 8:44

Pikiran kita

2 Kor 11:3

Exp : Hawa

Dusta

Kolose 3:9-10

Menjadikan kita buta terhadap kehendak Allah Firman Allah

Efesus 4:17-24

Efesus 6:17

2 Sang Perusak

1 Ptr 5:8

Wahyu 9:11

Tubuh kita

Mat 9:32-33

Luk 13:11-17

Exp : Ayub

Penderitaan

Luk 22:31-32

Membuat kita tidak tekun terhadap kehendak Allah Anugerah Allah yang diberikan

2 Kor 12:7-10

1 Ptr 5:10

3 Sang Penguasa

Yoh 12:31

Yoh 14:30

Kemauan kita

Yes 14:12-14

Exp : Daud

Kesombongan

1 Taw 21: 1-19

Membuat kita tidak bergantung pada kehendak Allah Roh Kudus yang berdiam di dalam kita

Filipi 2:12-13

4 Sang Pendakwa

Wahyu 12:10

Zakaria 3

Hati dan nurani kita

Zakaria 3

Exp : Yosua

Dakwaan

Zakaria 3

2 Kor 2:7,8,11

Mengajukan dakwaan berdasarkan kehendak Allah Pembelaan Anak Allah

1 Yoh 2:1


    Pola strategi setan dari sejak zaman Adam dan Hawa sampai sekarang ini tetap sama, tetapi caranya pada saat ini sangat-sangat “gentle”.

    Mungkin dulu orang akan takut dengan penampilan setan dengan dua tanduk di kepala, punya ekor dan wajah yang menakutkan, tetapi sekarang hal itu mungkin tidak akan berlaku lagi. Wajah cantik, kata-kata lembut penuh rayuan, uang, kedudukan, kebahagiaan semu lewat drug, harus lebih diwaspadai sebagai suatu strategi setan untuk menjatuhkan setiap anak Tuhan. Dan yang menjadi sasaran utama dan nomor satu dari setan adalah pikiran kita. Mengapa? Karena pikiran kita adalah salah satu karakteristik gambar dan rupa serta citra Allah yang ada dalam diri kita. Melalui pikiran dan didukung dengan hati, Tuhan menyatakan kasihNya, kuasaNya, kehendakNYa, rencanaNya yang mendatangkan sukacita dan damai sejahtera bagi kita, karena rancanganNya adalah hari depan penuh harapan (Yer 29:11).

    Dunia digital dan eletronik pun tak luput dijamah oleh setan. Sajian tontonan televisi sekarang banyak menampilkan kekerasan, sex, penjunjungan tinggi balas dendam sebagai bakti kepada orang tua dan keluarga, pornografi, bahkan film-film kartun pun menjadi tempat yang empuk bagi setan untuk “menyelipkan filosofi kerajaan neraka”. Bukan hanya di televisi, di dunia maya pun yang seharusnya menjadi media kita dan anak-anak kita menambah wawasan ilmu dan pengetahuan menjadi ajang tempat mencari situs-situs pornografi, ramalan-ramalan, dan juga humor-humor yang tidak mendidik. Yang lebih heboh, handphone sebagai sarana komunikasi kita yang diperlengkapi dengan segala fitur yang memberikan kemudahan-kemudahan bagi si pemakai tak luput dari jamahan si setan.

    Menurut hasil survey di Amerika, banyaknya tindakan bunuh diri di sana yang sebagian besar dilakukan oleh para remaja setelah mereka mendengar lagu yang bait-baitnya mengarahkan mereka untuk melakukan tindakan bunuh diri.

    Kalau demikian keadaannya bagaimana kita dapat melepas anak-anak kita untuk “berjalan” di tengah dunia ini yang semakin kacau balau?

    Apakah masih ada harapan bagi anak-anak kita untuk hidup kudus, yang merupakan syarat mutlak untuk dekat, melihat Allah, dan masuk ke surga?

    Tapi puji syukur kepada Tuhan kita Yesus Kristus semua strategi setan di atas yang dilancarkan oleh setan ke semua lini kehidupan anak Tuhan, baik di kehidupan rumah tangga, entah itu orang tua ataupun anak, di lingkungan anak Tuhan, bahkan di gereja sekalipun, yang semuanya menjadi sasaran dan target utama setan sudah dikalahkan oleh Tuhan Yesus kita! Walaupun dia berkeliling seperti singa yang mengaum-ngaum (1 Ptr 5:8) namun tenanglah Saudara, dia hanya singa yang ompong! Sebab semuanya sudah ditaklukan kepada Tuhan Yesus Kristus.

    Untuk menghadapi semua strategi setan, Tuhan Yesus tak pernah melepaskan kita berjalan sendiri . Dia selalu menyertai kita

    Setan tak peduli kita rajin ibadah, sering mendengar Firman Allah, rajin membayar perpuluhan, tidak melakukan kejahatan, walaupun semuanya itu adalah benar. Yang setan peduli adalah ketika kita menmpunyai hubungan yang intim dengan Tuhan kita Yesus Kristus, kita melekat padaNya sehingga kita dapat menghadapi setiap serangan setan.

    Strategi yang harus kita lakukan dalam menghadapi serangan setan adalah sebagai berikut:

  1. Hidup Oleh Iman Kepada Allah

    Perbedaan orang yang belum bertobat dengan anak Tuhan adalah bukan pada fakta imannya melainkan pada sasaran imannya. Orang belum bertobat percaya pada dirinya sendiri sedangkan kita percaya padaAllah kita. Setan mengetahui hal ini, karenanya ia berusaha dengan segala cara untuk menghambat pertumbuhan iman kita 1 Tes 3:1-10.

    Hal yang menghambat karya Allah bukanlah ketidakmahakuasaanNya melainkan lemahnya iman kita (Matius 13:58). Kita tidak pernah bisa mempercayai Allah kecuali bila kita percaya kepadaNya untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin (Lukas 1:37) Tetapi perlu digarisbawahi, bahwa iman yang benar adalah harus selalu memberikan kemuliaan kepada Allah (Roma 4:21)

  1. Jangan Menyerahkan Benteng Pertahanan kepada Setan

    Jika kita tetap membiarkan dosa tinggal di dalam kita, kita memberikan tempat berpijak kepada setan. Dan dalam setiap agresinya, setan akan merebut tempat-tempat lain. Jangan beri kesempatan pada setan (Efesus 4:25-32).

    Daerah pertama yang direbutnya adalah “dusta putih” yang sangat rohani, kemudian kemarahan, lalu akar pahit, pencurian, perkataan kotor, fitnah, dan akhirnya kita semakin jauh, jauh, dan sangat jauh dari Tuhan.

  1. Gunakan Selengkap Senjata Allah

    Ini sangat ampuh dalam menangkal setiap strategi setan dengan didukung hubungan yang intens dan mesra antara kita dengan Tuhan Yesus, sehingga kita menjadi biji mataNya (Ul 32:10, Maz 17:8, Za 2:8).

Sebagai orang percaya akan Tuhan Yesus kita berperang bukan untuk memperoleh kemenangan, tetapi kita berperang dari kemenangan lepas kemenangan. Haleluya! BABA II

    KEKUDUSAN PRIBADI

    DALAM

    DUNIA YANG RUSAK

Ketika kita bertanya pada seseorang apakah dia yakin bahwa dia adalah orang kudus, jawaban terbaik yang dapat kita peroleh adalah bahwa mereka sedang dalam proses untuk hidup kudus dan itupun dengan rona wajah penuh keraguan. Hal ini terjadi karena mereka memliki konsep yang salah tentang kekudusan.

Konsep kudus yang telah terdoktrinasi selama ini adalah :

    • Para pendetalah yang dapat hidup kudus
    • Kekudusan identik dengan kehidupan yang sukar
    • Kudus adalah hidup di lembah “TIDAK” – tidak terhadap: segala sesuatu yang berwarna-warni, penuh sukacita, spontanitas, keragaman, kreativitas, olahraga, musik penuh irama
    • Hidup yang penuh dengan aturan agama dan banyak larangan
    • Suatu hal yang tidak mungkin dilakukan di zaman sekarang
    • Konservatif = kolot
    • Sesuatu yang mustahil

Ketika kita berbicara tentang kekudusan kepada anak-anak kita, mereka pun, baik secara halus maupun spontanitas akan berusaha menghindarinya bahkan menolaknya. Wajar hal ini terjadi, karena mereka sudah terlebih dulu apriori dan itu adalah akibat doktrin yang salah tentang kekudusan yang telah mereka terima.

AQ (Attraction Quotient = Derajat Minat = skala 1 - 100) terhadap kekudusan di era globalisasi ini semakin menurun bahkan mendekati skala yang sangat memprihatinkan.

Karenanya sangat perlu sekali kita melakukan reposisi terhadap kekudusan sesuai dengan Alkitab, yaitu sesuatu yang bermanfaat, menyenangkan dan membawa sukacita sehingga tidak ada kata tidak untuk melakukannya. Dan itu harus dimulai dari keluarga kita. Tetapi ini bukanlah perkara yang mudah.

Musuh-musuh kekudusan telah dengan sengaja dan terus menerus mereposisi kekudusan sebagai sesuatu yang menggugah emosi negative seseorang. Sehingga kekudusan menjadi sesuatu yang tidak menarik bahkan membahayakan.

Sebelum kita sampai pada langkah untuk menjadi orang tua yang efektif di tengan dunia yang semakin rusak. Kita harus tahu dengan jelas dan sesuai dengan maksud Allah tentang definisi kekudusan.

  1. KEKUDUSAN BERARTI “PEMISAHAN”

Konsep dasar kekudusan pertama kali disingkapkan melalui drama semak menyala (Keluaran 3:3-5)

Bagaimana tempat semak menyala itu disebut kudus, apa bedanya dengan keadaan sekelilingnya? Bukankah Musa sering melewati tempat itu dengan ternak gembalaannya pada hari-hari sebelumnya dan tempat itu tidak kudus?

Mengapa Allah menyebut tempat itu kudus? Inilah alasannya:

  1. Kekudusan berlangsung dalam pikiran orang percaya

    Tuhan memisahkan tempat itu dari lainnya sebagai tempat yang unik, yang lain dari sekitarnya, untuk menyatakan “sesuatu” kepada Musa. Karena Tuhan adalah kudus, maka kita harus kudus (Im 19:2)

    Jadi kita harus menjaga pikiran kita sebagai area yang kudus dengan memikirkan semua yang benar, mulia, adil, suci, manis, sedap didengar, disebut kebajikan dan patut dipuji – 2MABDKS2 (Fili 4:8).

    Kita tidak perlu meng-upgrade pikiran kita, tetapi kita harus menggunakan filter terhadap apa yang masuk dalam pkiran kita.

  1. Kekudusan harus merupakan “dari” dan “untuk”

    Kekudusan menuntut

    • Pemisahan DARI suatu hal dan pemisahan UNTUK suatu hal lain yang berbeda. Kita tidak dapat melaksanakannya secara terpisah, keduanya merupakan satu paket. Sebelum kita memisahkan area pikiran kita dari kontaminasi pikiran-pikiran orang lain, dan menggunakannya untuk 2MABDKS2, maka pikiran kita akan terkontaminasi dengan hal-hal yang tidak kudus. Jadi yang berubah bukan area pikiran kita tetapi pemisahan dan pengkhususan area pikiran kita untuk memikirkan 2MABDKS2 itulah yang membuat kudus. Memang itu tidak mudah. Tetapi itu merupakan suatu proses yang menyenangkan jika kita menjalaninya dengan benar bersama Kristus.
    • Penambahan – menanggalkan semua paradigma kita dan menambahkan paradigma yang baru yang berasal dari Kristus kepada area pikiran kita. Kekudusan yang Alkitabiah harus memiliki “perhentian” yang dilanjutkan dengan “permulaan”.
  1. KEKUDUSAN MEMILIKI STANDAR

Kekudusan tanpa standarisasi akan menyebabkan tidak ada bedanya antara kekudusan itu sendiri dengan norma-norma kebudayaan suatu masyarakat.

Karenanya:

  1. Kekudusan menuntut pemisahan dari yang “sekular” kepada yang “sakral”

    Tuhan harus dilibatkan di dalam kekudusan, jika tidak kita tidak akan pernah sampai pada kekudusan sejati.

    Karena banyak orang mencari kekudusan dengan cara yang mereka anggap benar. Tetapi kita dipanggil untuk meninggallkan ketidakkudusan dan mengejar kebenaran Allah.

  1. Kekudusan Ilahi ditentukan oleh Tuhan dan PewahyuanNya

    Betapapun tulus dan berserahnya seseorang dalam melaksanakan kekudusan, bila mereka melakukannya berdasarkan emosi dan pikiran mereka sendiri di luar Alkitab, yang mereka lakukan adalah sia-sia.

  1. Kekudusan buatan manusia adalah kekudusan yang tidak berharga

    Jika standar manusia yang dipakai dalam melakukan kekudusan, maka kekudusan itu akan dirasa sebagai suatu beban yang sangat berat, yang membebani setiap langkah hidup kita. Tetapi jika Keluaran 19:5-6 menjadi dasar kita melakukan kekudusan kita, maka adalah suatu kebahagian sejati dan sempurna bila kita dapat menjaga hidup kita tetap kudus di hadap Allah menurut Alkitab.

  1. Kekudusan lahiriah tanpa kekudusan batiniah bukan kekudusan yang Alkitabiah

    Kekudusan lahirah tanpa kekudusan batiniah, seseorang akan menjadi seperti orang farisi (Mat 23:27, Luk 12:1), munafik!

    Tetapi kekudusan batiniah tanpa kekudusan lahiriah akan menjadi mati.

    Karena iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati (Yak 2:14-24).

    Jika kita melakukan kedua hal tersebut secara terpisah, maka yang akan lahir adalah KEKUDUSAN YANG DESTRUKTIF.

Lalu setelah kita tahu tentang definisi kekudusan, bagaimana kita dapat menlakukannya di tengah dunia (=setan) yang tak henti-hentinya menarik kita untuk melakukan hal yang sebaliknya?

Kita sebagai orang dewasa, beberapa kali jatuh walaupun tidak sampai tergeletak dalam mengejar kekudusan, bukankah kita terlebih lagi khawatir tentang keberadaan anak-anak kita?

Tetapi puji syukur kepada Tuhan Yesus, Allah kita, Dia tahu itu, berikut beberapa tips yang telah Dia sediakan bagi kita:

      1. Jangan pernah menuruti rasa penasaran kita

    Hawa sudah gagal dalam hal ini. Apalgi kita, siapa kita ini?

    Setan dengan sengaja membuat kita berargumen dengannya sehingga kita mulai meragukan perintah Allah, meragukan kasih Allah, dan akhirnya mengingkari Firman Allah.

    Setiap pencobaan selalu berakar paling tidak pada satu dusta besar yang dipromosikan sebagai jawaban atas apa yang sedang kita cari.

      1. Andalkan kekuatan Tuhan dalam menghadapi pencobaan

    Seringkali, karena kita sudah menganggap diri kita dekat dengan Tuhan, puas dengan kekudusan yang telah dicapai, kita berkata pada diri kita sendiri bahwa kita tidak akan jatuh bila kita menghadapi pencobaan. Inilah awal mulanya kejatuhan kita. Karena kecongkakan mendahului kehancuran (Amsal 16:18). Di saat kita merasa semua “oke”, kita akan menjadi lengah.

    Kita seharusnya tetap berjaga-jaga dan waspada serta berdoa(Matius 26:41, Lukas 22:40, 1 Kor 10:12).

      1. Jangan pernah menyerah

    Ketika pencobaan datang jangan pernah menyerah, sebelum kita menyerah pada pencobaan, dosa itu tidak pernah terjadi. Dan jika kita mengalahkan pencobaan itu, kita tidak akan berbuat dosa. Karenanya tunduklah pada Allah dan lawanlah si iblis (Yak 4:7).

      1. Pencobaan bukanlah sesuatu yang unik, tetapi merupakan sesuatu yang lazim

    Pencobaan yang kita alami adalah pencobaan biasa (1 Kor 10:13). Seringkali kita merasa bahwa pencobaan yang kita hadapi sangat besar, hanya kita yang pernah mengalaminya, tidak ada seorang pun yang mengerti saya, saya yang termalang, ter…, ter…... Perasaan-perasaan seperti ini membuat kita semakin terjerat dalam dosa yang sedang kita “gauli”. Semakin tipis harapan kita untuk dapat bebas dari pencobaan ini sehingga kita akhirnya menyerah padanya. Sadarlah bahwa banyak orang juga mengalami hal yang sama seperti itu. Dan seperti mereka dapat lepas dari pencobaan ini, kita pun pasti bisa. Jadi tidak ada satu pun yang unik. Sejak di awal tulisan ini saya jelaskan, bahwa pola strategi setan selalu sama, hanya caranya lebih “gentle” seiring bertambahnya usianya yang menuju kepada kebinasaan kekal.

      1. Tuhan yang setia tahu kapasitas kita

    Pencobaan bukanlah dosa, pencobaan adalah panggilan untuk berperang (Erwin Lutzer)

    Jangan penah kita lari dari pencobaan, hadapi dia dengan kekuatan dari Allah. Karena pencobaan adalah merupakan batu loncatan iman untuk kita naik kelas iman. Di dalam setiap pencobaan Allah selalu menjanjikan kekuatan untuk menanggungnya (1 Kor 10:13) sehingga kita dimampukan untuk selalu bersukacita senantiasa (1 Tes 5:16).

      1. Tuhan selalu menjanjikan jalan keluar

    Allah secara berdaulat dan unik selalu menyediakan dan membangun “jalan keluar yang aman” bagi kita ketika kita menghadapi pencobaan (2 Ptr 2:9)

      1. Pencobaan tidak akan melampaui apa yang dapat kita tanggung

    Tuhan selalu terlibat dalam kehidupan anakNya yang secara terbuka membiarkan Dia hadir di setiap langkah hidupnya. Karenanya Tuhan yang membatasi pencobaan itu, yang menyediakan jalan keluar, pasti juga akan memampukan kita untuk menanggung pencobaan itu (1 Kor 10:13).

Berikut adalah TQ (Temptability Quotient = Derajat Ketergodaan) dengan skala 1 – 10 untuk mengukur kapankah waktu rentan dan lemah Saudara dalam menghadapi pencobaan

    1 Secaa fisik lesu / letih 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Penuh tenaga / kuat
    2 Secara emosional patah semangat / murung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Besemangat
    3 Secaraa mental bosan / tidak puas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tertantang / puas
    4 Secara rohani kosong 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Bertumbuh / penuh
    5 Secara geografis jauh / sendiri 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Dekat / bersama- sama
    6 Secara hubungan terasing / dingin 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Erat / hangat
    7 Secara internal tidak berpengharapan / sedih 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Penuh harapan / bahagia
    8 Secara pribadi tidak aman / tidak yakin 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Aman / yakin
    9 Secara diam-diam pahit / marah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Mengampuni / menerima
    10 Secara dalam terluka / sakit hati 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Dihargai / dikasihi
    Hari ini TQ saya

Penafsiran skor:

90 – 100 Saudara sudah dimuliakan di surga!

80 – 89 Sangat kuat, namun perlu waspada terhadap kesombongan

terselubung

70 – 79 Kuat, jagalah ketergantungan Saudara dengan Tuhan

60 – 69 Cukup, namun awasi kecenderungan Saudara – Saudara di garis

batas

50 – 59 Lemah, secara emosional Saudara rentan

40 – 49 Bahaya! Jagalah diri Saudara secara intensif – Saudara mulai

terantuk

30 – 39 Bahaya kritis! Mintalah tolong pada teman seiman terbaik

saudara

20 – 29 Di atas kereta dorong – mungkin sudah jatuh ke dalam dosa

    mayor

10 – 19 Mereka sedang mendorong Saudara ke kamar mayat

Gerakkan jempol Saudara………..

0 – 9 Mimpi buruk, cubitlah diri Saudara dan cobalah sekalai lagi!

    BAB III

    EFFECTIVER PARENTING IN A DEFECTIVE WORLD

    Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Ada banyak masalah yang timbul di masa lampau, tetapi semuanya itu tidak ada artinya dibandingkan dengan masa sekarang. Saat ini taruhannya lebih besar.

    Anak-anak bisa mengambil keputusan yang salah dan akhirnya mereka bisa terlibat dengan narkoba, sek bebas, mengidap HIV, bahkan mengalami trauma yang mendalam karena melihat temannya menjadi korban penembakan dari temannya sendiri.

    Kita perlu memahami dunia tempat anak – anak kita hidup saat ini. Banyak dari teman-teman anak kita tidak pernah diajar untuk dapat membedakan yang baik dan yang buruk karena orang tua mereka tidak mengetahuinya atau terlalu terintimidasi dengan kebudayaan untuk berpegang padanya. Tanggung jawab telah membuka jalan bagi relavitas dan hasilnya adalah kekacauan moral. Dunia telah berubah menjadi tidak pasti, kejam, menakutkan dan rusak.

    Dibutuhkan hikmat dan disiplin yang luar biasa untuk membantu anak-anak kita melalui medan ranjau perubahan, informasi yang berlebihan, narkoba, alkohol, tekanan teman sebaya dan imoralitas seksual. Membuat mereka tetap fokus untuk hidup dengan cara yang berkenan bagi Kristus jauh lebih menantang. Mungkinkah anak-anak kita dapat tumbuh menjadi dewasa, saleh, murni dan bertanggung jawab di tengah semua kekacauan ini? Masihkah ada harapan?

    Jawabannya adalah ya! Allah memiliki rencana. Lingkungan yang rusak tidak dapat mencegah rencana Allah di dalam kehidupan anak-anak kita. Ia dapat memakai kita, sebagai orang tua yang takut akan Dia, dengan bimbingan Roh Kudus untuk dapat membantu anak-anak kita melakukan terobosan di dalam budaya dan bahkan mentransformasinya.

  1. Cara membesarkan anak yang positif dalam dunia yang negatif

    Kebanyakan dari kita menjadi sangat takut melihat bagaimana dunia ini menuju kehancuran dan kita mulai membangun tembok-tembok bagi anak-anak kita. Hasilnya adalah kita menekan, mengisolasi, melarang mereka untuk mengikuti segala aktivitas dan bergaul dengan orang-orang atau hal-hal yang kita sebagai orang tua pikir dapat menyakiti mereka.

    Tidak ada gunanya bagi orang tua, entah tanpa arah atau sebagai reaksi dari kecemasan, mencoba mengantisipasi dan menghindari bahaya yang mungkin dihadapi oleh anak-anak kita.

    Prinsip 1 : Menetapkan Sasaran yang Jelas

    Untuk menjadi orang tua yang efektif, inilah awalnya : sasaran yang jelas dan positif. Tanpa tujuan kita tidak akan ke mana-mana. Menjadi orang tua yang didasarkan pada ketakutan (=ikut arus) dapat membahayakan karena arus dapat mengalir ke arah yang salah.

    Strategi prinsip pertama ini dapat ditemui dalam Efesus 6:4

    Orang tua harus mengambil alih pimpinan di dalam mendisiplinkan dan mengimplementasikannya dengan cara yang membuat anak diperlengkapi dengan baik untuk dapat bertumbuh di dalam iman. Dan itu hanya dapat dilakukan dari rumah.

    Kita juga harus mencegah diri kita dari koreksi yang berlebihan dan tetap berpegang pada isu-isu moral yang tidak bisa dikompromikan.

    Kita menginginkan anak-anak kita dapat bertumbuh bukan hanya secara fisik saja, tetapi juga secara intelektual, emosional dan spiritual.

    Kita juga harus membuat mereka mengetahui bahwa kita mempercayai mereka dan mengandalkan karakter mereka serta mengajarkan mereka cara bertahan hidup. Itu semua jauh lebih penting dari pada menemani mereka di setiap langkah mereka dan memastikan mereka baik-baik saja.

    SASARAN KITA ADALAH MEMBANTU ANAK-ANAK KITA MENJADI SEPERTI YESUS

    Impian Allah bagi anak-anak kita adalah supaya mereka menjadi yang kudus bukan hanya yang berbahagia. Wow! Itu pasti berat!

    Jangan bersikap skeptis terlebih dahulu. Kekudusan yang Alkitabiah itu menarik dan menyenangkan. Kekudusan berarti “dikhususkan bagi Allah dan dipenuhi dengan kesenangan dan rencanaNya”.

    Prinsip 2 : Menjadi Teladan

    Menjadi orang tua yang efektif menuntut kita untuk melakukan apa yang kita ajarkan. Anak-anak kita membentuk kehidupan mereka bukan dengan apa yang mereka dengar tetapi dengan apa yang mereka lihat dari kehidupan kita sebagai orang tuanya setiap hari secara konsisten (1 Kor 4:14-16)

  1. Membangun relasi yang mengikat

    Orang tua sering berada dalam posisi saling bermusuhan anak-anak mereka ketika mereka mencoba meng-komunikasikan apa yang ingin sampaikan. Justru hal ini berpotensi terjadinya perpecahan antara mereka dan anak mereka dengan jumlah yang tidak terbatas. Karena faktor pemisah antara kita dan anak kita sangat banyak, seperti teman-teman, pengaruh media, stress, pengalaman traumatis, budaya dan banyak lagi.

    Memiliki sasaran yang jelas dan menjadi teladan menjadi sangat efektif bila dilakukan secara progresif dalam lingkungan yang mencerminkan kasih yang murni dan ekspresif akan menimbulkan ikatan batin yang sangat kuat antara kita dan anak-anak kita .

    Harus diingat: JANGAN PERNAH JADIKAN PENGALAMAN HIDUP ORANG TUA SEBAGAI FORMULA UNTUK HIDUP ANAK!!!!

    Tips untuk dapat mengekspresifkan kasis secara progresif

    • Kasih tidak bersyarat
    • Intensitas kebersamaan
    • Perhatian yang terfokus
    • Kontak mata
    • Menjaga komunikasi yang tak terputus
    • Sentuhan bermakna
    • Bersenang-senang bersama
    • Berdoa bersama

    Untuk mengimplementasikan rencana sangatlah mudah tetapi untuk memelihara dan memperbaiki rencana tersebut agar tetap fokus pada sasarannya sangatlah sukar.

    Kita memiliki rencana yang sangat sempurna bagi anak-anak kita. Tetapi seiring berjalannya waktu, rencana itu tidak dapat berjalan mulus, harus ada revisi yang dilakukan secara konstan. Tetapi itu sebenarnya juga tidak mudah. Selanjutnya kesalahan terjadi kembali, sehingga kita frustasi dan siap untuk menyerah. Tetapi puji syukur kepada Allah, Dia mengingatkan kita “Teruslah bertahan. Aku sedang bekerja. Berjalanlah bersama Aku, tetap fokus pada sasaran dan jadilah sabar.

  1. Mengembangkan Potensi Anak secara Maksimal

Cara mengembangkan potensi anak secara maksimal:

    • Pahami kebutuhan utama mereka
    • Ketaatan sejati adalah tunduk pada kata orang lain

      Ketaatan yang sehat adalah tunduk karena kasih dan

kepercayaan bukan karena takut.

Ketaatan adalah mengajar anak mendengar suara kita dan

menaatinya.

    • Ketaatan adalah sebuah proses
    • Menyediakan sumber-sumber yang diperlukan:

      Kebenaran doktrinal, ibadah pribadi, pengetahuan Alkitab, perintah yang sistematis, waktu belajar

Untuk mempermudah pengingatan akan beberapa hal berikut yang akan kita bahas, saya mencoba untuk menyajikannya dalam bentuk bagan dan diagram. Semoga ini dapat membantu para orang tua yang menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya.

FORMASI ROHANI DAN PERKEMBANGAN MENTAL

      Aturan Hubungan Alasan Ketetapan Hati
      Umur 0 – 4 atau 5 6 - 7 11 - 12 16 – 17

Pemikiran konkrit pemikiran abstrak dewasa

RESEP MEMBANGUN KEYAKINAN

PENGETAHUAN + KASIH + HIKMAT = KEYAKINAN

  1. Cara mendisiplinkan anak secara efektif

    Sosiolog Reuben Hill melakukan studi terhadap 1000 remaja dan orang tua di Minnesota dan menemukan empat model orang tua

    1. Orang tua yang 100 4. Orang tua yang

    PERMISIF = takut OTORITATIF = bersahabat

0ß------------------------------------------------à100

Disiplin atau kontrol

2. Orang tua yang 3. Orang tua yang

MENGABAIKAN = OTORITER = berjuang

Meninggalkan 0

kasih

Hasil cara pendisiplinan anak dari keempat tipe orang tua

NO TIPE ORANG TUA CIRI HASIL
1 PERMISIF Besar kasih rendah displin Anak yang tidak percaya diri, rendah diri, inferior
2 MENGABAIKAN

(terburuk)

Tidak banyak kasih dan tidak peduli pada disiplin Anak menjadi terasing, cuex, tidak berdisiplin
3 OTORITER Berdisiplin baik dan kurang baik dalam mengekspresikan kasih dan perhatian Anak pemberontak, kaku dalam pergaulan
4 OTORITATIF Memiliki kombinasi disiplin dan kasih yang ideal, berbelas kasih dan otoritas yang tegas, menghormati anak tanpa mengkompromikan disiplin Anak yang memiliki penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri dan cakap dalam menghadapi masalah

    Berikut adalah lima karakteristik Disiplin Alkitab

NO KARAKTERISTIK KETERANGAN REFERENSI
1 Kebutuhan akan disiplin Menghindari kehancuran Ibrani 10, 11, 12
2 Alat displin Tindakan dan kata-kata Ibr 12:5 Ams 3:11
3 Motivasi disiplin Mengekspresikan kasih Ibrani 12:6-9
4 Tujuan disiplin Mengajarkan ketaatan Ibrani 12:9
5 Hasil dari disiplin Penderitaan jangka pendek dan keuntungan jangka panjang Ibrani 12:10-11



  1. Hukuman VS Disiplin

HUKUMAN DISIPLIN
Tujuan Memberikan hukuman atas pelanggaran Melatih untuk koreksi dan kedewasaan
Fokus Kesalahan masa lalu Tindakan koreksi di masa yad
Sikap Permusuhan dan frustasi di pihak orang tua Kasih dan perhatian di pihak orang tua
Emosi yang dihasilkan pada anak Ketakutan dan rasa bersalah Rasa aman


    TINDAKAN = KONSEKUENSI YANG KONSISTEN

    Tujuh Langkah Penegakan Disiplin

  1. Peringatan yang jelas

    Anak harus tahu alasan disiplin yang yang diterapkan

  1. Mengenakan tanggung jawab

    Jangan bertanya “Mengapa kamu melakukannya?”

    Bertanyalah “ Apa kesalahanmu?”

    Sehingga kita menuntun anak kita untuk mengetahui apa kesalahannya.

  1. Jangan mempermalukan

    Jangan pernah mempermalukan anak di depan siapapun. Ini dapat merusak hubungan kita dengan anak kita. Tegurlah dia secara pribadi “4 mata”.

  1. Komunikasikan kesedihan

    Daripada mengumbar emosi dan kemarahan yang dapat tidak terkendalikan, katakan kepada anak-anak kita bahwa kesalahan mereka membuat kita sedih.

  1. Tongkat disiplin

    Ayunkan pergelangan tangan kita pada bagian tubuh yang berlemak dari anak kita sehingga rasa sakit yang timbul tidak melukai.

    Tangan pendisiplinan yang tegas dan dikendalikan oleh anugerah pada usia dini yang disertai dengan kasih akan mencegah pemberontakan di tahun-tahun mendatang.

  1. Pertobatan yang tulus

    Setelah kita menuntun anak-anak kita mengetahui kesalahan mereka, bimbinglah mereka bukan hanya memohon maaf kepada kita, tetapi juga memohon pengampunan kepada Allah di dalam doa. Sehingga pada tahun-tahun mendatang mereka dapat merekonsiliasi dengan mandiri hubungan yang telah rusak akibat kesalahan mereka, baik dengan Allah maupun dengan orang sekitarnya.

  1. Kasih tanpa syarat

    Kita tetap mengasihi anak-anak kita walaupun mereka telah bersalah. Ekspresikan itu!












Jelas sudah bagi kita bahwa kekudusan bukanlah hal yang mustahil di tengah dunia yang menuju kebinasaan ini. Setan selalu membisikkan kata-kata yang melemahkan iman kita dan membuat kita merasa mmustahil untuk hidup kudus. Tapi Tuhan kita Yesus Kristus telah menebus kita sehingga kita dapat berjalan berangkat dari kemenangan lepas kemenangan. Dan hal ini harus kita terapkan dalam kehidupan anak-anak kita. Alih-alih kita menuntun dan menemani anak-anak kita dalam mengambil keputusan di setiap langkah mereka, adalah suatu langkah yang bijaksana jika di usia yang sedini mungkin kita membuka wawasan mereka untuk dapat hidup kudus dengan keputusan mereka sendiri di hadapan Allah walaupun mereka hidup di tengah dunia yang semakin hari semakin rusak ini.

Tulisan ini bukanlah merupakan formula bagi Anda untuk melakukan semuanya itu. Tapi ini adalah se-iota kecil dari segala yang Tuhan inginkan bagi kebaikan kita dan anak-anak kita.

Harapan saya tulisan ini dapat menjadi lilin yang walupun kecil dapat menerangi sekitarnya dan memberikan visi yang jelas bagi para orang tua sebagai tempat anak-anak kita berlabuh di tengah lautan kehidupan ini.

Tuhan Yesus memberkati………………………………………..

    LITERATUR REFERENSI

    1. Warren W. Wiersbe, Andi, Strategi Setan

    1. Bob Larson, Andi, Membongkar Tipu Daya Iblis

    1. Pdt. H. Soekahar, BTh, Gandum Mas, Satanisme dalam Pelayanan Pastoral

    1. Ev. Yeremia Bachtiar, STh, SAT Angkatan VIII – Hero Bekasi, Pelayanan Kuasa

    1. Pdt. DR. Karel Sosipater, MA, MTh., SAT Angkatan VIII – Hero Bekasi, Etika Kristen I

    1. Pdt. S. Ndruru, STh., MDiv., SAT Angkatan VIII – Hero Bekasi, Peranan Suami dalam Keluarga Kristen berdasarkan Alkitab

    1. Chip Ingram , WorldTeach Indonesia, Effective Parenting in a Defective World

    1. Bruce H. Wilkinson, WorldTeach Indonesia, Personal Holiness in Times of Temptation