Nama:Buyung.cps
Kampus:STT Duta Merlin
PARADIGMA DALAM BERTEOLOGI
Pendahuluan
Setelah menjadi orang percaya (Kristen) banyak yang tidak menyadari bahwa ketika kita menjadi orang percaya (Kristen), kita mulai berada di dalam dua dunia yang berbeda didalam waktu yang bersamaan, kebanyakan dari orang Kristen masih menganggap bahwa tetap berada di dalam satu dunia yang sama seperti sebelum menjadi orang Kristen. Padahal setelah menjadi orang Kristen ada dua realita kehidupan yang sungguh bertolak belakang. Yang satu adalah realita rohani atau batiniah (yaitu dunia roh dan jiwa), sementara tubuh (daging dan darah) kita lebih berorientasi kepada dunia yang lain, yaitu realita lahiriah atau jasmaniah.
Bagaimana paradigma atau pola pikir didalam orang-orang percaya (Kristen) yang berteologi ? Apakah hanya memfokuskan pikirannya hanya kepada Ilmu Teologi sebagai ilmu pengetahuan ? Paradigma yang seperti apa seharusnya orang-orang Kristen didalam berteologi ?
Hakikat Teologi
Definisi Teologi
Istilah “Teologi” diambil dari dua kata bahasa Yunani yang berasal dari akar kata “Theos” = Allah dan “Logos” = pemikiran, uraian, ilmu. Pengertian secara sempit “Teologia” menunjuk pada usaha untuk meneliti iman Kristen dari aspek doktrinnya, Maka makna dari istilah teologi adalah suatu pembicaraan secara rasional tentang Allah dan pekerjaanNya.1 Substansi teologi adalah “saya percaya bahwa Tuhan ada sesuai dengan pernyataan Alkitab. Dan saya percaya seluruh keterangan tentang penjelasan yang ada pada Alkitab. Untuk memahami teologi kita harus berada di sekitar titik sentral, yaitu “saya percaya kepada Tuhan”. Berteologi merupakan suatu pembenahan iman kepada Tuhan yang bersifat konstruktif (konstruktif adalah adjectiva dan kiasan yg berarti berguna, bermanfaat, bernilai, membangun, membantu, positif, sehat )2 melalui suatu pengertian dan pengetahuan yang mendasar tentang Tuhan.
Teologi adalah pengetahuan metodis, sistematis dan koheren tentang seluruh kenyataan berdasarkan iman. Secara sederhana iman dapat didefinisikan sebagai sikap manusia dihadapan Allah, yang mutlak dan yang Kudus, yang diakui sebagai sumber segala kehidupan di alam semesta ini.3
Sumber Teologi
Sebagai Teologi yang sehat pertama-tama sekali harus mengacu kepada Alkitab sebagai sumber Bahan mentahnya. Karena Alkitab perlu digali, dan merupakan keharusan untuk diteliti. Apa yang kita katakan tentang Allah dan manusia dalam berteologi harus sinkron dengan Alkitab, sumber teologi yang selanjutnya adalah melihat kepada “barang” (yang sudah digali,jadi), seperti : Teologi Biblika, Teologi Historika, Teologi Filosofika.
Paradigma
Sebenernya apa yang di maksud dengan Paradigma ? Paradigma bisa berarti Ideal, Model, Patron, atau Pola, Jadi Paradigma itu sama saja dengan Pola Pikir, Cara berpikir. Jika kita melihat faktanya manusia tidak mungkin untuk tidak berpikir, manusia tidak memiliki pilihan untuk tidak berpikir, kalau kita melihat dari kemampuan daya pikir atau pola pikir manusia, manusia tidak dapat didalam waktu yang bersamaan untuk memikirkan dua perkara yang berlainan. Didalam berpikir manusia bisa memilih hal-hal apa yang akan dipikirkannya berdasarkan keinginannya. Karena kebebasan di dalam berpikir inilah terkadang pikiran-pikiran manusia bisa benar atau salah/keliru.
Paradigma atau pola pikir kita sesungguhnya terpengaruh dari bagaimana akal pikiran kita. Akal pikiran kita pada dasarnya bersifat Netral dan hanya dirancang untuk :
Menerima informasi baru
Menyimpan fakta-fakta yang dimasukkan ke dalam ingatan
Memberikan respons yang tepat kepada fakta-fakta tersebut dan mengkoordinasikan tindakan-tindakan yang sesuai.
Mengeluarkan hormon-hormon yang diperlukan untuk mengkoordinasikan tindakan-tindakan
Mengeluarkan masukan emosional yang sesuai untuk dikoordinasikan dengan tindakan-tindakan.
Memulihkan (mereparasi) diri sendiri dari kerusakan emosional yang berakibat negative.
Memulihkan kondisi tubuh jasmani dengan tenaga, semangat dan gairah yang baru.
Akal pikiran adalah seperti sebuah layar monitor sebuah computer, ia tidak dapat mengatur sendiri apa tayangan yang dikirimkan kepadanya. Ia hanya menayangkan, mengungkapkan serta memperlihatkan siaran yang diprogramkan.
Akal pikiran harus dilatih untuk berfungsi sesuai dengan pola pemrograman dan pengarahannya. Harus kita ingat bahwa memori (ingatan) sebenarnya adalah masalah yang menyangkut kebiasaan kita. Maka kita harus memprogram akal pikiran kita yang sangat berpengaruh di dalam pola pikir kita atau paradigma kita.
Paradigma didalam Berteologi
Banyak terkadang dari orang-orang Kristen di dalam berteologi hanya mengandalkan daya pikirnya saja, atau kepintarannya saja, terkadang pula di dalam berpikir teologi, pikiran mereka tidak terlepas dari keadaan dari kehidupan ini, masalah-masalah dari kehidupan yang selalu mempengaruhi cara kita untuk berpikir atau pandangan kita didalam berpikir.
Harus diingat oleh banyak orang Kristen bahwa dasar dari berteologi adalah Firman Tuhan/Alkitab, tidak mungkin manusia berteologi tetapi tidak menggunakan dasar Firman Tuhan / Alkitab. Setiap pemikiran dari orang Kristen di dalam berteologi diharapkan untuk mengikuti pola berpikirnya Tuhan. Bagaimana manusia dapat mengikuti pola berpikirnya Tuhan ? kalau kita lihat kembali ke Firman Tuhan di Roma 8: 5 yaitu “Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh”. Didalam Firman Tuhan diharapkan bagi orang-orang percaya untuk hidup menurut Roh, maka akal pikiran kitapun harus dipusatkan (berkonsentrasi) kepada hal-hal yang telah difirmankan Tuhan. Dengan cara ini maka kita menuntut pemikiran kita sendiri untuk mengikuti pola berpikirnya Tuhan.
Harus diingat bahwa orang percaya (Kristen) tidak berasal dari dunia ini, karena benih kita berasal dari surga (1 Ptr 1 : 23; 1 Yoh 3:9; Flp 3:20) Itulah sebabnya setiap orang percaya telah dipanggil dan dipilih oleh Tuhan dari dunia ini, dan ditempatkan kembali di dunia sebagai perantau atau orang asing (1 Ptr 2 : 9, 11). Dengan demikian kita harus berpikir dan bertindak sebagaimana layaknya warganegara surga. Karena kita memang tidak sama dengan orang dunia !.
Jika akal pikiran kita aktif dilibatkan untuk berpikir sesuai dengan firman yang Tuhan sampaikan, maka akal pikiran kita akan semakin banyak mengikuti pola Roh Kudus yang telah menaruh Rhema tersebut di dalam roh kita. Dengan demikian maka akal pikiran kita akan mengikuti pola yang ditentukan oleh Roh Kudus dan firman-Nya. Setiap ada pola berpikir yang lain maka akan langsung dihentikan dan ditundukkan kepada pengetahuan Roh yang terus semakin kuat berkembang di dalam hati kita.
Apabila didalam berteologi kita tidak tunduk akan kehendak Roh Kudus maka setiap pemikiran mengenai teologi didalam kehidupan manusia hanya beralaskan kepada pemikiran manusia semata-mata, hanya berdasarkan kepintaran manusia bukan berdasarkan hikmat dari Tuhan. Apabila manusia lebih sering memikirkan hal-hal yang berurusan dengan kedagingan biasanya keinginan dari kedagingan tersebut akan lebih kuat, dan cenderung setiap pemikiran manusia akan dipengaruhi oleh keinginan dari dagingnya sendiri.
Bagaimana caranya agar kita bisa mematikan keinginan dari daging kita sendiri. Mati atau tidaknya keinginan daging kita tergantung dari pikiran kita, makanya kita harus banyak-banyak memikirkan pikiran-pikiran Allah, dengan banyak mengarahkan pikiran kepada pikiran-pikiran Allah berarti kita menyalibkan kedagingan kita dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
Mungkinkan manusia mengontrol Paradigmanya didalam berteologi ? Mungkinkah untuk mengosongkan sebuah gelas dari semua udara yang terdapat di dalamnya ? Tentu saja. Menurut teori “displacement” (penggantian), kita tinggal mengisi gelas itu dengan air. Begitupula kita dapat mengontrol apa yang terdapat di dalam akal pikiran kita, yaitu dengan mengisi akal pikiran kita dengan firman Tuhan dan dengan berpikir terus mengenai prinsip-prinsip dan kebenaran Allah. Kita dapat mengendalikan paradigma kita atau pola berpikir kita dengan menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada kristus. Sesuai didalam firman Tuhan 2 Kor 10 : 5.
Perlu diingat bahwa Paradigma atau Pola Pikir kita dipengaruhi oleh bagaimana Akal Pikiran kita. Dan harus diketahui juga bahwa akal pikiran kita dirancang untuk bekerja sama dan meresponi Allah yang bersifat Roh. Hanya saja sejak kejatuhan Manusia ke dalam dosa, akal pikirannya menjadi terbiasa untuk suka menanggapi roh-roh yang lain, yaitu roh-roh Iblis.
Kalau kita perhatikan bagaimana pola pikir kita sejak kecil sudah ditanamkan oleh Orang tua dan guru mengenai hidup hemat pangkal kaya. Tetapi firman Tuhan didalam Amsal 11: 24 mengatakan “Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan.” Dua pandangan tersebut ini sangat berbeda dan bertolak belakang, Karena kita adalah orang-orang yang percaya (Kristen) maka lebih baik kita merubah pola pikir kita yang sebelumnya dan mengikuti pola pikir yang Tuhan berikan di dalam Amsal 11:24. Didalam Firman Tuhan tersebut tidak diajarkan agar masyarakat menjadi boros, apalagi menjadi konsumtif. Menyebarkan harta yang dikatakan didalam firman Tuhan tersebut tidaklah berarti menghabiskan harta untuk berfoya-foya atau untuk kesenangan jasmani. Apabila hal tersebut dilakukan maka kita akan mengalami kehidupan yang tragis seperti si bungsu di dalam perumpamaan tentang anak yang hilang (Luk 15:11-32). Di dalam Amsal 11 : 24 menyebar atau menghemat harta yang dimaksud Tuhan adalah untuk kepentingan manusia dan hubungan (sesama dan Tuhan). Seseorang dikatakan kaya apabila ia memiliki kualitas hidup yang baik secara menyeluruh, tubuhnya terawat dengan baik, jiwanya tenang dan tenteram, dan rohnya hidup dan diperbaharui.
Tetapi sebaliknya meskipun seseorang memiliki uang dengan berkelimpahan tetapi banyak penyakitnya, jiwanya tegang dan tidak ada ketenangan, dan rohnya padam maka sebenarnya orang itu hidup berkekurangan. Kehidupan manusia diukur dari nilainya, bukan dari jumlah atau kuantitas harta yang dimilikinya. Disini dapat kita lihat bedanya Pola pikir yang ditanamkan sejak kecil dan pola pikir yang Tuhan berikan di dalam Firmannya.
Terkadang kalau kita perhatikan Paradigma kita disertai dengan Ilmu Teologi akan berbeda dengan Paradigma kita tanpa Ilmu Teologi, seperti contoh diatas. Apabila diperhatikan kadang Paradigma dengan disertai Ilmu Teologi bertolak belakang dengan Paradigma kita tanpa Ilmu Teologi. Perbedaan yang bertolak belakang ini yang disebut dengan kata Paradoks. Untuk jelasnya kata Paradoks adalah hal-hal yang berlawanan atau bertolak belakang dengan pengertian atau pandangan umum tetapi sebenarnya mengandung kebenaran.
Satu lagi contoh dari Paradigma yang berbeda didalam kehidupan kita. Kita dari kecil ditanamkan nilai-nilai (value) dari Orang tua, guru, lingkungan kita bahwa segala sesuatu atau suatu keadaan atau kejadian atau kebenaran apabila dapat dibuktikan secara ilmiah dan dapat dijelaskan dengan akal sehat (logika) baru kita mempercayainya. Karena paradigma inilah maka manusia cenderung untuk melihat dahulu baru percaya. Sedangkan jika kita sudah didalam Tuhan paradigma kita disertai dengan Teologi berbeda, didalam Tuhan kita percaya dulu, kemudian kita melihat sesuatu terjadi. Didalam Yohanes 20 : 29 Tuhan Yesus berkata bahwa orang yang hidup dengan prinsip percaya meskipun tidak melihat adalah orang yang berbahagia. Dengan demikian salah satu kunci kebahagiaan terletak pada paradoks ini.
Mengapa kita bisa berbahagia dengan menjalankan paradigma yang Tuhan ajarkan ini ? sebelum menjawab pertanyaan ini kita perlu melihat perbedaan antara prinsip melihat baru percaya dengan percaya baru melihat. Yang pertama didasarkan atas kemampuan panca indera manusia. Sedangkan yang kedua didasarkan atas iman (kepercayaan) kita kepada Tuhan. Yang pertama bekerja dari luar ke dalam, artinya indera (bagian luar) kita berfungsi terlebih dahulu baru kemudian kita percaya di dalam hati kita (bagian dalam). Yang kedua bekerja dari dalam ke luar yaitu dari iman (bagian dalam) baru indera (bagian luar).
Manusia dengan paradigma yang pertama yaitu melihat baru percaya adalah manusia yang tertipu oleh Iblis karena ia hidup dengan bersandar pada inderanya, lebih daripada imannya kepada Tuhan. Hawa melihat buah yang dilarang Tuhan sebagai buah yang menarik dan sedap untuk dimakan (Kej. 3:6) akhirnya ia tertipu sehingga menjauh dari imannya. Paradigma yang Tuhan ajarkan berbeda karena kita Iman kita yang bekerja terlebih dahulu sebagai contoh Elisa yang beriman kepada Tuhan bahwa tentara Tuhan jauh lebih besar memagarinya. Paradigma seperti inilah yang Tuhan inginkan didalam kehidupan kita.
Kesimpulan
Paradigma kita apabila dipimpin oleh Roh Kudus sering kali bekerja dari dalam keluar, yaitu berdasarkan atau beralaskan kepercayaan/Iman.
Paradigma untuk orang-orang percaya terkadang menghasilkan Paradoks.
Apabila kita mengikuti Paradigma yang Tuhan ajarkan, terkadang kita dianggap aneh sama orang-orang diluar orang percaya (Kristen), tetapi di mata Tuhan kita adalah anak-anak yang Taat akan kehendekNya.
Pendahuluan
Setelah menjadi orang percaya (Kristen) banyak yang tidak menyadari bahwa ketika kita menjadi orang percaya (Kristen), kita mulai berada di dalam dua dunia yang berbeda didalam waktu yang bersamaan, kebanyakan dari orang Kristen masih menganggap bahwa tetap berada di dalam satu dunia yang sama seperti sebelum menjadi orang Kristen. Padahal setelah menjadi orang Kristen ada dua realita kehidupan yang sungguh bertolak belakang. Yang satu adalah realita rohani atau batiniah (yaitu dunia roh dan jiwa), sementara tubuh (daging dan darah) kita lebih berorientasi kepada dunia yang lain, yaitu realita lahiriah atau jasmaniah.
Bagaimana paradigma atau pola pikir didalam orang-orang percaya (Kristen) yang berteologi ? Apakah hanya memfokuskan pikirannya hanya kepada Ilmu Teologi sebagai ilmu pengetahuan ? Paradigma yang seperti apa seharusnya orang-orang Kristen didalam berteologi ?
Hakikat Teologi
Definisi Teologi
Istilah “Teologi” diambil dari dua kata bahasa Yunani yang berasal dari akar kata “Theos” = Allah dan “Logos” = pemikiran, uraian, ilmu. Pengertian secara sempit “Teologia” menunjuk pada usaha untuk meneliti iman Kristen dari aspek doktrinnya, Maka makna dari istilah teologi adalah suatu pembicaraan secara rasional tentang Allah dan pekerjaanNya.1 Substansi teologi adalah “saya percaya bahwa Tuhan ada sesuai dengan pernyataan Alkitab. Dan saya percaya seluruh keterangan tentang penjelasan yang ada pada Alkitab. Untuk memahami teologi kita harus berada di sekitar titik sentral, yaitu “saya percaya kepada Tuhan”. Berteologi merupakan suatu pembenahan iman kepada Tuhan yang bersifat konstruktif (konstruktif adalah adjectiva dan kiasan yg berarti berguna, bermanfaat, bernilai, membangun, membantu, positif, sehat )2 melalui suatu pengertian dan pengetahuan yang mendasar tentang Tuhan.
Teologi adalah pengetahuan metodis, sistematis dan koheren tentang seluruh kenyataan berdasarkan iman. Secara sederhana iman dapat didefinisikan sebagai sikap manusia dihadapan Allah, yang mutlak dan yang Kudus, yang diakui sebagai sumber segala kehidupan di alam semesta ini.3
Sumber Teologi
Sebagai Teologi yang sehat pertama-tama sekali harus mengacu kepada Alkitab sebagai sumber Bahan mentahnya. Karena Alkitab perlu digali, dan merupakan keharusan untuk diteliti. Apa yang kita katakan tentang Allah dan manusia dalam berteologi harus sinkron dengan Alkitab, sumber teologi yang selanjutnya adalah melihat kepada “barang” (yang sudah digali,jadi), seperti : Teologi Biblika, Teologi Historika, Teologi Filosofika.
Paradigma
Sebenernya apa yang di maksud dengan Paradigma ? Paradigma bisa berarti Ideal, Model, Patron, atau Pola, Jadi Paradigma itu sama saja dengan Pola Pikir, Cara berpikir. Jika kita melihat faktanya manusia tidak mungkin untuk tidak berpikir, manusia tidak memiliki pilihan untuk tidak berpikir, kalau kita melihat dari kemampuan daya pikir atau pola pikir manusia, manusia tidak dapat didalam waktu yang bersamaan untuk memikirkan dua perkara yang berlainan. Didalam berpikir manusia bisa memilih hal-hal apa yang akan dipikirkannya berdasarkan keinginannya. Karena kebebasan di dalam berpikir inilah terkadang pikiran-pikiran manusia bisa benar atau salah/keliru.
Paradigma atau pola pikir kita sesungguhnya terpengaruh dari bagaimana akal pikiran kita. Akal pikiran kita pada dasarnya bersifat Netral dan hanya dirancang untuk :
Menerima informasi baru
Menyimpan fakta-fakta yang dimasukkan ke dalam ingatan
Memberikan respons yang tepat kepada fakta-fakta tersebut dan mengkoordinasikan tindakan-tindakan yang sesuai.
Mengeluarkan hormon-hormon yang diperlukan untuk mengkoordinasikan tindakan-tindakan
Mengeluarkan masukan emosional yang sesuai untuk dikoordinasikan dengan tindakan-tindakan.
Memulihkan (mereparasi) diri sendiri dari kerusakan emosional yang berakibat negative.
Memulihkan kondisi tubuh jasmani dengan tenaga, semangat dan gairah yang baru.
Akal pikiran adalah seperti sebuah layar monitor sebuah computer, ia tidak dapat mengatur sendiri apa tayangan yang dikirimkan kepadanya. Ia hanya menayangkan, mengungkapkan serta memperlihatkan siaran yang diprogramkan.
Akal pikiran harus dilatih untuk berfungsi sesuai dengan pola pemrograman dan pengarahannya. Harus kita ingat bahwa memori (ingatan) sebenarnya adalah masalah yang menyangkut kebiasaan kita. Maka kita harus memprogram akal pikiran kita yang sangat berpengaruh di dalam pola pikir kita atau paradigma kita.
Paradigma didalam Berteologi
Banyak terkadang dari orang-orang Kristen di dalam berteologi hanya mengandalkan daya pikirnya saja, atau kepintarannya saja, terkadang pula di dalam berpikir teologi, pikiran mereka tidak terlepas dari keadaan dari kehidupan ini, masalah-masalah dari kehidupan yang selalu mempengaruhi cara kita untuk berpikir atau pandangan kita didalam berpikir.
Harus diingat oleh banyak orang Kristen bahwa dasar dari berteologi adalah Firman Tuhan/Alkitab, tidak mungkin manusia berteologi tetapi tidak menggunakan dasar Firman Tuhan / Alkitab. Setiap pemikiran dari orang Kristen di dalam berteologi diharapkan untuk mengikuti pola berpikirnya Tuhan. Bagaimana manusia dapat mengikuti pola berpikirnya Tuhan ? kalau kita lihat kembali ke Firman Tuhan di Roma 8: 5 yaitu “Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh”. Didalam Firman Tuhan diharapkan bagi orang-orang percaya untuk hidup menurut Roh, maka akal pikiran kitapun harus dipusatkan (berkonsentrasi) kepada hal-hal yang telah difirmankan Tuhan. Dengan cara ini maka kita menuntut pemikiran kita sendiri untuk mengikuti pola berpikirnya Tuhan.
Harus diingat bahwa orang percaya (Kristen) tidak berasal dari dunia ini, karena benih kita berasal dari surga (1 Ptr 1 : 23; 1 Yoh 3:9; Flp 3:20) Itulah sebabnya setiap orang percaya telah dipanggil dan dipilih oleh Tuhan dari dunia ini, dan ditempatkan kembali di dunia sebagai perantau atau orang asing (1 Ptr 2 : 9, 11). Dengan demikian kita harus berpikir dan bertindak sebagaimana layaknya warganegara surga. Karena kita memang tidak sama dengan orang dunia !.
Jika akal pikiran kita aktif dilibatkan untuk berpikir sesuai dengan firman yang Tuhan sampaikan, maka akal pikiran kita akan semakin banyak mengikuti pola Roh Kudus yang telah menaruh Rhema tersebut di dalam roh kita. Dengan demikian maka akal pikiran kita akan mengikuti pola yang ditentukan oleh Roh Kudus dan firman-Nya. Setiap ada pola berpikir yang lain maka akan langsung dihentikan dan ditundukkan kepada pengetahuan Roh yang terus semakin kuat berkembang di dalam hati kita.
Apabila didalam berteologi kita tidak tunduk akan kehendak Roh Kudus maka setiap pemikiran mengenai teologi didalam kehidupan manusia hanya beralaskan kepada pemikiran manusia semata-mata, hanya berdasarkan kepintaran manusia bukan berdasarkan hikmat dari Tuhan. Apabila manusia lebih sering memikirkan hal-hal yang berurusan dengan kedagingan biasanya keinginan dari kedagingan tersebut akan lebih kuat, dan cenderung setiap pemikiran manusia akan dipengaruhi oleh keinginan dari dagingnya sendiri.
Bagaimana caranya agar kita bisa mematikan keinginan dari daging kita sendiri. Mati atau tidaknya keinginan daging kita tergantung dari pikiran kita, makanya kita harus banyak-banyak memikirkan pikiran-pikiran Allah, dengan banyak mengarahkan pikiran kepada pikiran-pikiran Allah berarti kita menyalibkan kedagingan kita dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
Mungkinkan manusia mengontrol Paradigmanya didalam berteologi ? Mungkinkah untuk mengosongkan sebuah gelas dari semua udara yang terdapat di dalamnya ? Tentu saja. Menurut teori “displacement” (penggantian), kita tinggal mengisi gelas itu dengan air. Begitupula kita dapat mengontrol apa yang terdapat di dalam akal pikiran kita, yaitu dengan mengisi akal pikiran kita dengan firman Tuhan dan dengan berpikir terus mengenai prinsip-prinsip dan kebenaran Allah. Kita dapat mengendalikan paradigma kita atau pola berpikir kita dengan menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada kristus. Sesuai didalam firman Tuhan 2 Kor 10 : 5.
Perlu diingat bahwa Paradigma atau Pola Pikir kita dipengaruhi oleh bagaimana Akal Pikiran kita. Dan harus diketahui juga bahwa akal pikiran kita dirancang untuk bekerja sama dan meresponi Allah yang bersifat Roh. Hanya saja sejak kejatuhan Manusia ke dalam dosa, akal pikirannya menjadi terbiasa untuk suka menanggapi roh-roh yang lain, yaitu roh-roh Iblis.
Kalau kita perhatikan bagaimana pola pikir kita sejak kecil sudah ditanamkan oleh Orang tua dan guru mengenai hidup hemat pangkal kaya. Tetapi firman Tuhan didalam Amsal 11: 24 mengatakan “Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan.” Dua pandangan tersebut ini sangat berbeda dan bertolak belakang, Karena kita adalah orang-orang yang percaya (Kristen) maka lebih baik kita merubah pola pikir kita yang sebelumnya dan mengikuti pola pikir yang Tuhan berikan di dalam Amsal 11:24. Didalam Firman Tuhan tersebut tidak diajarkan agar masyarakat menjadi boros, apalagi menjadi konsumtif. Menyebarkan harta yang dikatakan didalam firman Tuhan tersebut tidaklah berarti menghabiskan harta untuk berfoya-foya atau untuk kesenangan jasmani. Apabila hal tersebut dilakukan maka kita akan mengalami kehidupan yang tragis seperti si bungsu di dalam perumpamaan tentang anak yang hilang (Luk 15:11-32). Di dalam Amsal 11 : 24 menyebar atau menghemat harta yang dimaksud Tuhan adalah untuk kepentingan manusia dan hubungan (sesama dan Tuhan). Seseorang dikatakan kaya apabila ia memiliki kualitas hidup yang baik secara menyeluruh, tubuhnya terawat dengan baik, jiwanya tenang dan tenteram, dan rohnya hidup dan diperbaharui.
Tetapi sebaliknya meskipun seseorang memiliki uang dengan berkelimpahan tetapi banyak penyakitnya, jiwanya tegang dan tidak ada ketenangan, dan rohnya padam maka sebenarnya orang itu hidup berkekurangan. Kehidupan manusia diukur dari nilainya, bukan dari jumlah atau kuantitas harta yang dimilikinya. Disini dapat kita lihat bedanya Pola pikir yang ditanamkan sejak kecil dan pola pikir yang Tuhan berikan di dalam Firmannya.
Terkadang kalau kita perhatikan Paradigma kita disertai dengan Ilmu Teologi akan berbeda dengan Paradigma kita tanpa Ilmu Teologi, seperti contoh diatas. Apabila diperhatikan kadang Paradigma dengan disertai Ilmu Teologi bertolak belakang dengan Paradigma kita tanpa Ilmu Teologi. Perbedaan yang bertolak belakang ini yang disebut dengan kata Paradoks. Untuk jelasnya kata Paradoks adalah hal-hal yang berlawanan atau bertolak belakang dengan pengertian atau pandangan umum tetapi sebenarnya mengandung kebenaran.
Satu lagi contoh dari Paradigma yang berbeda didalam kehidupan kita. Kita dari kecil ditanamkan nilai-nilai (value) dari Orang tua, guru, lingkungan kita bahwa segala sesuatu atau suatu keadaan atau kejadian atau kebenaran apabila dapat dibuktikan secara ilmiah dan dapat dijelaskan dengan akal sehat (logika) baru kita mempercayainya. Karena paradigma inilah maka manusia cenderung untuk melihat dahulu baru percaya. Sedangkan jika kita sudah didalam Tuhan paradigma kita disertai dengan Teologi berbeda, didalam Tuhan kita percaya dulu, kemudian kita melihat sesuatu terjadi. Didalam Yohanes 20 : 29 Tuhan Yesus berkata bahwa orang yang hidup dengan prinsip percaya meskipun tidak melihat adalah orang yang berbahagia. Dengan demikian salah satu kunci kebahagiaan terletak pada paradoks ini.
Mengapa kita bisa berbahagia dengan menjalankan paradigma yang Tuhan ajarkan ini ? sebelum menjawab pertanyaan ini kita perlu melihat perbedaan antara prinsip melihat baru percaya dengan percaya baru melihat. Yang pertama didasarkan atas kemampuan panca indera manusia. Sedangkan yang kedua didasarkan atas iman (kepercayaan) kita kepada Tuhan. Yang pertama bekerja dari luar ke dalam, artinya indera (bagian luar) kita berfungsi terlebih dahulu baru kemudian kita percaya di dalam hati kita (bagian dalam). Yang kedua bekerja dari dalam ke luar yaitu dari iman (bagian dalam) baru indera (bagian luar).
Manusia dengan paradigma yang pertama yaitu melihat baru percaya adalah manusia yang tertipu oleh Iblis karena ia hidup dengan bersandar pada inderanya, lebih daripada imannya kepada Tuhan. Hawa melihat buah yang dilarang Tuhan sebagai buah yang menarik dan sedap untuk dimakan (Kej. 3:6) akhirnya ia tertipu sehingga menjauh dari imannya. Paradigma yang Tuhan ajarkan berbeda karena kita Iman kita yang bekerja terlebih dahulu sebagai contoh Elisa yang beriman kepada Tuhan bahwa tentara Tuhan jauh lebih besar memagarinya. Paradigma seperti inilah yang Tuhan inginkan didalam kehidupan kita.
Kesimpulan
Paradigma kita apabila dipimpin oleh Roh Kudus sering kali bekerja dari dalam keluar, yaitu berdasarkan atau beralaskan kepercayaan/Iman.
Paradigma untuk orang-orang percaya terkadang menghasilkan Paradoks.
Apabila kita mengikuti Paradigma yang Tuhan ajarkan, terkadang kita dianggap aneh sama orang-orang diluar orang percaya (Kristen), tetapi di mata Tuhan kita adalah anak-anak yang Taat akan kehendekNya.
DAFTAR PUSTAKA
Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia
Apa itu Teologi, Pengantar ke dalam Ilmu Teologi, Pdt B.F. Drewes, Mth; Pdt. Julianus Mojau, Mth
Konkordansi Alkitab
Pola Pikir yang mengalami Terobosan, Dr. Jonathan David, Nafiri Gabriel
Paradoks Kekristenan, Pdt. Leonardo A Sjiamsuri, Nafiri Gabriel
Pengantar Teologi, Dr. Nico Syukur Dister OEM
Pengantar Teologia Kristen 1, Daniel Lucas Lukita, Mth
Thesaurus Bahasa Indonesia, Eko Endarmoko
Teologia dalam Arti Sebagai Pengantar Ilmu, www.petrusambarita.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar